[7] Kepagian

1.5K 83 2
                                    

Jam baru menunjukkan angka enam lewat lima puluh, ketika mereka semua sudah berbaris untuk melaksanakan upacara penutupan.

"Gila, kalau di sekolah pasti panas, lah disini masih dingin aja," ucap Ais.

"Eh bego! Ini mah, gunung bukan sekolah yang pohonnya cuman satu dua," jawab anak IPA alias Mauren.

"Woy! Baris napa? Udah mau dimulai nih," ajak Cipa yang sedari tadi sudah berbaris deluan.

Setelah upacara selesai, dengan segala keluhan, mereka berjalan menuju tenda, untuk membereskan beberapa barang yang mungkin belum di masukkan ke dalam tas.

"AISYAH!" teriak Cipa dengan nafas tersengah-sengah.

"Apaan sih?!" tanya Aisyah kaget.

"Budek telinga gue," keluh Mauren.

"Itu loh di sana—" Cipa berusaha bicara dengan nafas tersengah-sengah.

"Ada apaan? Atur nafas dulu!" titah Ais.

"Ada kodok tau! Jijik banget!" masih dengan nafas tersengah-sengah, Cipa bergidik jijik.

"Gue kira apaan anjir," kesal Mauren, lalu kembali melakukan aktivitasnya.

Aisyah berdecak, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya, yang belum selesai.

"Tapi kodoknya itu aneh Syah, warnanya kayak hijau tua gimana gitu. Terus, ada bintik hitamnya banyak banget. Mana, lompatnya tinggi banget lagi. Gue jijik sumpah." jelas Cipa panjang lebar.

"Oh gitu," jawab Ais singkat.

"B aja sih."

"Gak ngehargain gue banget sih, capek gue. Dasar teman gak guna!" Cipa merenggut kesal.

"Dari pada ngurus tuh kodok, mending lo ambil barang-barang lo. Soalnya, bis nggak akan balik cuman buat barang lo yang ketinggalan." Aisyah masih membereskan barangnya.

"Iyaiya," ucapnya lalu membereskan barangnya.

🐼🐼🐼

Setelah sampai disekolah, mereka segera dikumpulkan kembali, di lapangan.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada anak-anak, yang telah mengikuti kegiatan camping. Perlu kalian ketahui, kegiatan camping itu untuk melatih jati diri kalian. Saya berharap kalian bisa mempelajari keadaan yang telah kita alami dikegiatan camping," ucapnya.

Sebagian dari mereka sudah mengeluh, karena panasnya matahari. Sedangkan yang lain, sudah bersiap ingin lari saat itu juga.

"Dan kalian akan masuk hari selasa, karena saya tau kalian pasti capek, jadi kalian libur hari senin. Sekarang kalian boleh bubar."

Setelah itu, mereka menghambur keluar pagar.

"Yes! Pak Guru baik banget sih!" pekik Azka dengan lebaynya.

"Jijik, Azka." kesal Cipa, dengan menunjukkan ekspresinya yang geli terhadap kelakuan Azka.

Mereka pun bubar. Teman dekat Aisyah sudah pulang dengan diantar oleh pasangan mereka. Namun, Aisyah masih setia menunggu supirnya yang lelet.

"Nggak pulang?" tanya orang, yang baru saja datang, dari belakang Aisyah.

"Ari? Gue nunggu jemputan supir gue yang kayak cewe itu," jawab Aisyah malas.

"Ini sekolah udah sepi, masuk aja. Gue antar." titah Ari.

"Gak usah, makasih." tolak Aisyah halus.

"Gue gak mau lihat cewek di sekolah sendirian, apalagi kalau udah sepi. Kalau gitu gue tungguin," ucap Ari, lalu turun dan ikut duduk di sebelah Aisyah.

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang