[11] Nginap?

1.3K 78 0
                                    

"Gini deh, gimana kalau kita nginap di vila gitu?" usul Cipa.

"Gue setuju dan gue ada rencana," ucap Ari tiba-tiba.

"Rencana apaan?" tanya Kefan.

"Jangan aneh-aneh, deh Ri." Cipa mengerutkan keningnya. "Emang apaan?"

"Ya nanti aja di sana."

"Yaudah oke. Yang penting jangan aneh-aneh," ucap Aisyah.

"Enggak aneh, astaga."

Mauren menganggukkan kepalanya. "Oke deh. Vila ya?" tanya Mauren memastikan.

"Iya, sayang," jawab Kefan. "Tapi, vila dimana?"

"Nanti aja bahasnya. Mending sekarang kita pulang deh, nanti kemalaman," ujar Sarah. "Gue izin pulang ke mama gue, sebelum malam."

"Lah, yang tadi bilang pulang setelah malam, siapa?" tanya Cipa bingung.

Cengir Sarah. "Yaudah deh, maaf. Ayo, pulang."

Mereka mengangguk, lantas beranjak dan berjalan ke parkiran bersama. Seperti tadi, mereka berpisah dengan pasangan masing-masing. Ralat, tidak untuk Ari dan Aisyah.

"Ari, lo kalau capek, turunin gue di halte aja. Gue bisa kok, pulang sendiri," ucap Aisyah.

Ari menatap Aisyah. "Berani?"

"Oh jelas! Gue kan cewek strong."

Ari mengangkat satu alisnya. "Enggak. Gue udah dapat nasihat dari mama. Kalau jadi laki-laki harus tanggung jawab."

"Jadi?"

"Pikirin sendiri, gue malas menjelaskan."

Aisyah manggut-manggut, lalu masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Ari. Setelah itu, mobil mereka melaju. Menuju rumah Aisyah.

Di dalam mobil, tidak ada perdebatan. Diam. Hanya lagu yang bersuara melalu speaker mobil. Ari sibuk mengemudi dan Aisyah sibuk memandang keluar jendela. Tidak ada yang berani membuka suara. Terlalu canggung.

"Ehm, Ri?" panggil Aisyah. Sejujurnya, Aisyah tidak suka berdiam diri. Dia ingin mengobrol. Tapi, tidak tau harus memulai dari mana.

"Kenapa? Lo kalau mau tanya, tanya aja. Gue nggak sejahat itu sampai mau gigit elo."

"Enggak. Gue nggak suka aja diem."

Ari menatap Aisyah. Tersenyum tipis. Lalu, kembali fokus menyetir. "Lo mau gue gimana?"

"Lo tau nyanyi?"

"Nyanyi? Gampang. Mau nyanyi lagu apa?" tanya Ari.

"Apa aja."

Ari mengangguk, lalu menyetel salah satu lagu. Just Give Me A Reason. Aisyah menatap tape mobil Ari. Lalu, menatap Ari sebentar, sebelum akhirnya menatap jendela.

"Kenapa? Lo nggak tau lagu ini?" tanya Ari.

"Tau, cuman nggak hafal lirik."

Ari berdecak. "Lagu apa dong?"

"Enggak usah deh. Udah mau sampai." Aisyah menyengir.

Ari mengangguk, dan akhirnya tetap memutar lagu itu.

Setelah tiba di depan rumah, Aisyah tidak langsung turun. Dia menetap di tempat sebentar.

"Lo nggak mau turun?" tanya Ari.

"Eh?" Aisyah tersadar. "Makasih ya, Ri."

Ari mengangguk.

"Gue turun dulu." Aisyah turun dari mobil, meninggalkan Ari dengan sebuah senyuman tipis.

🐼🐼🐼

Ujian kenaikan kelas telah berakhir. Tepat hari ini. Semuanya selesai di kelas sebelas. Mengingat rencana yang sudah direncanakan, mereka berkumpul di salah satu restorant cepat saji ternama.

"Besok nih ngumpulnya? Mending pakai satu mobil aja deh, biar nggak rempong nantinya," usul Azka.

"Iya gue setuju," ucap Cipa.

"Lo mah setuju karena pacar lo," goda Sarah, sambil terkekeh.

"Gue juga setuju kok," ucap Mauren.

"Ok, kita juga setuju," ucap Kefan. "Besok kita ngumpul dimana?" tanya Kefan.

"Pake mobil siapa?" tanya Ari.

"Tanya satu-satu bisa nggak?" kesal Ajil.

"Mobil gue aja deh, karena lumayan besar juga kan? Dan otomatis kalian harus ngumpul dirumah gue," tawar Azka.

"Iya, mobil azka aja." Aisyah menyahut.

"Enak aja lo, ngasal nyahut. Emang mobil lo apa?" tanya Ari judes.

"Sibuk banget sih, Azka aja gak sibuk kok," timpal Ais.

"Udah deh, gak usah kayak tom and jerry gitu." Mauren pun melerai lagi dan lagi.

"Jadi, udah fix ya?" tanya Sarah memastikan.

"Oke, besok jam sembilan, di rumah Azka. Jangan telat!" Kefan mengingatkan. "Bawa barang seperlunya aja. Nggak usah berlebihan, kayak bedak, lipstik atau apalah."

"Lo nyindir nih?" tanya Sarah, yang sebenarnya tak pantas disebut pertanyaan.

"Ya, kalau merasa."

Sarah memutar bola matanya.

🐼🐼🐼

Pagi ini, Aisyah bangun seperti biasa. Seperti kebiasaannya, dia bangun, mandi, dan sarapan. Papanya sedang tidak ada di rumah, dia bersyukur, karena kalau tidak dia akan digoda habis-habisan karena pergi menginap dalam jangka waktu yang lumayan lama—bagi Aisyah.

"Pagi, Mama," sapa Aisyah, lalu menarik salah satu kursi meja makan, lalu duduk di sana. "Papa kapan pulang, ma?" tanya Aisyah.

"Pagi, sayang. Minggu depan kayaknya. Udah kangen ya?" goda Mama Aisyah.

"Ih, iya sih. Mama, Aisyah belum tau pulang kapan, tapi nanti Aisyah kabarin, ya?"

"Iya, yang penting jangan sebulan." Mama Aisyah terkekeh. "Udah dapat vilanya?"

"Belum nih, Ma. Mama tau nggak vila yang bagus dimana?"

"Hm, nggak tau. Soalnya, mama belum pernah ke vila yang ada di Bandung."

"Oke deh, ma."

🐼🐼🐼

Setelah sarapan, Aisyah bersiap, lalu berpamitan kepada mamanya. Setelah itu, dia berangkat dari rumah ke rumah Azka.

"Hai," sapa Aisyah, pada teman-temannya yang tampak sudah lengkap dan sedang berkumpul di ruang tamu.

"Jam berapa nih?" sindir Cipa.

"Yaelah, gue telat tujuh menit doang," pelas Aisyah.

"Tujuh menit juga waktu, Syah. Kita juga belum dapat vila kali," ucap Mauren.

"Iya-iya, maaf deh."

"Lain kali, tepat waktu. Gue capek nih tunggu." Ari yang sedari tadi diam, ikut berbicara.

"Dih, kan udah minta maaf."

"Udah deh, nggak usah banyak ngomong lagi. Mending kita jalan sekarang aja," ucap Kefan.

"Ayok." Azka berdiri deluan, dan berjalan ke garasi untuk mengeluarkan mobil.

Di dalam mobil, banyak hal yang dilakukan. Mulai dari lelucon Ajil, godaan Mauren pada Kefan yang tiba-tiba ngambek. Atau apa saja. Intinya, hari itu mereka sangat bahagia. Lebih dari bahagia.

TBC

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang