[12] Kode

1.2K 82 0
                                    

Setelah mencari cukup lama, akhirnya mereka menemukan salah satu Vila dari internet. Villa itu bertempat di pinggiran daerah bandung dan terletak agak jauh dari pusat kota. Tapi tak apa, justru mereka senang.

"Fan, ni villa?" tanya Azka meyakinkan.

"Iya, lo lihat deh ini alamatnya," jawab Kefan, sambil menunjukkan hapenya dan menunjukkan alamatnya.

"Ini itu hotel bukan villa. Gila! Bagus banget!"

"Gila, vila beneran? Pas gue di Jakarta gak kayak gini villa nya," ujar Aisyah.

Mauren berdecak. "Yaudah, ayok turun. Ada kolam renang nggak ya?"

"Ada dong. Gue udah lama banget nggak renang." Sarah menatap vila itu dengan mata berbinar.

"Kalian boleh puji, tapi harus cari dulu pemiliknya biar bisa nginap," ucap Ajil yang mendadak mengalihkan perhatian mereka.

"Eh Jil, kapan otak lo pintar? Tumben banget?" tanya Ari bingung.

"Teman lo itu emang pintar dan paling pintar itu gue," ucap Kefan pede.

"Alah, tadi aja ngambek," kesal Mauren.

"Ngarep!" ucap Ajil lalu menoyor kepala Kefan.

Merasa perkataan Ajil ada benarnya, akhirnya mereka turun dan mencari pemilik villa tersebut. Mereka mengetok pintu namun tidak ada yang menyaut. Setelah berputar-putar, lalu mereka mendapatkan sebuah rumah kecil.

"Eh, tunggu deh, kayaknya itu ada rumah," ucap Ais saat melihat sebuah rumah kecil.

"Iya, coba aja kita cek," usul Cipa

Mereka menganguk, lalu menghampiri rumah tersebut perlahan-lahan. Azka mengetok pintu rumah tersebut. Namun tak kunjung ada jawaban.

"Mana sih? Nih kayaknya nggak ada penghuni." Azka kembali mengetuk pintu. Sama saja, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam.

Setelah sekian lama menunggu, Ajil yang berdiri di paling belakang, merasa pundaknya dipeggang oleh seseorang. Dia melihat bahwa semua temannya lengkap di depan. Lalu, ragu-ragu dia bertanya pada temannya.

"Guys, ni orang yang dibelakang gue?" tanya Ajil gugup.

"Ya Allah, Jil. Lo kayak anak kecil aja, takut gitu. Itu orang tua Jil," ucap Mauren.

Ajil terdiam. Pelan tapi pasti, dia berbalik dan melihat seorang lelaki paruh baya. Rambutnya sudah memutih, dia memakai baju berwarna abu-abu yang tampak sudah lusuh.

"Maaf, kalian cari siapa?" tanya lelaki tersebut.

"Ini pak, kita mau cari yang punya villa. Apa bapak kenal?" tanya Mauren sembari tersenyum pada pria tersebut.

"Oh, nama bapak Agung. Saya penjaga villa ini. Villa ini memang disewakan. Pemiliknya sudah diluar negeri. Adik-adik ini dari mana ya?" tanyanya.

"Kami dari Bandung juga, pak. Sedang liburan, lalu menemukan villa ini diinternet. Jadi, kami coba ke sini saja." Sarah menjelaskan.

"Boleh saja, dik. Mau sewa berapa lama memangnya?" tanya bapak itu lagi.

"Kami belum tau, pak. Nanti kami kabari jika kami akan keluar," jawab Aisyah, diikuti anggukan teman-temannya.

"Baiklah, kalian bisa tunggu di sini, dan akan bapak bawakan kunci." Pak Agung beranjak memasuki rumahnya, lalu kembali keluar dengan membawa satu gantungan kunci yang berisi banyak kunci. "Kalau kalian ada kesulitan, bisa ke sini saja. Atau, ke taman belakang. Bapak ada di sana." Pak Agung memberikan kunci yang dia bawa tadi.

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang