[14] Sinta

1.1K 69 4
                                    

Setelah merasa lengkap, Azka dan Ari langsung balik ke villa untuk menyelesaikan rencana yang mereka buat sebelum ke villa.

Setelah tiba, mereka berkumpul di meja makan. Ari dan Azka langsung duduk di kursi mereka seperti sebelumnya, dan menjelaskan apa rencana yang telah Ari pikirkan.

"Jadi, rencana gue selama ini, kita bakalan main jailangkung. Gimana?"

Muka mereka menampilkan keterkejutan. Suasana diselimuti keheningan. Bahkan, Azka yang tadi ikut membeli barang ikut-ikutan kaget, karena tidak menyadari apa yang dia beli bersama Ari.

"What the hell?!" pekik Mauren. "Lo udah gila ya?"

"Ini seru. Gue setuju!" Ajil menyahut. "Kalian udah besar, gitu doang masa takut, sih?"

"Itu mainan, bukannya pertaruhan antara hidup dan mati ya? Kalau kita gagal, kita bakalan mati." Aisyah menjelaskan, lalu menghirup udara, untuk melegakan sedikit hatinya yang masih kaget.

"Enggak se-begitunya. Gue yakin, ini seru. Lagian, kita nggak akan gagal," ucap Ari meyakinkan.

"Gila lo! Gue ogah banget jadinya." Cipa bergidik. "Sayang, kamu nggak sadar pas beli bahannya?" tanya Cipa pada Azka yang masih terdiam.

"Enggak. Gila goblok banget gue." Azka merutuki dirinya sendiri. "Ini barangnya,"ucap Azka sambil terburu-buru meletakkan barangnya di meja makan.

"Boleh juga tuh. Lumayan sih kayaknya buat seru-seruan." timpal Mauren.

"Hah? Harus banget ya gini?" tanya Cipa.

"Iyalah. Ayok!" Ari berdiri dari kursinya, diikuti Ajil, Mauren, Kefan, dan Azka.

"Kalian?" tanya Mauren.

"Gue takut. Ehm—gue nggak ikutan deh," kata Aisyah.

"Lah? Nggak ada kesetiakawanan nih. Malas banget," kesal Mauren.

"Ayolah. Sekali ini aja," ucap Ajil meyakinkan.

"Oke. Dengan satu syarat."

"Apalagi Cipa?" tanya Azka.

"Kalian tanggung jawab ya, kalau ada apa-apa." Cipa menunjuk mereka berlima.

🐼🐼🐼

"Nahh, kita disini aja gimana?" tanya Azka, ketika sudah mendekati tepi kolam yang di balas anggukan oleh semuanya.

Mereka semua duduk di tepi kolam. Aisyah masih bingung apakah dia harus terlibat dalam permainan mengerikan ini. Tetapi, teman-temannya yang lain sudah setuju, mungkin dia harus memaksakan diri untuk ikut dalam permainan menakutkan ini.

Ari langsung mengeluarkan bahan-bahan yang telah ia beli. Lalu, membacakan peraturan-peraturan yang harus mereka tepati selama bermain.

"Dengerin ya, peraturannya. Satu, mainnya harus jam sembilan malam ke atas. Dua, peserta harus ganjil. Ini yang paling penting, kalian nggak boleh pingsan, lari, atau apapun. Kalau kalian lari, kita bakalan gagal."

"Tapi, kita kan genap 8?" tanya Aisyah.

"Kita harus tambah 1 orang," ucap Cipa. "Pak Agung."

"Lo gila hah?" kaget Aisyah.

"Gak papa kali Syah," ucap Sarah meyakinkan.

"Gue aja yang mundur," ucap Aisyah pura-pura mengalah, padahal sebenarnya dia memang ingin mundur dari permainan ini.

"Nggak." Azka langsung berlari dan menuju rumah kecil milik Pak Agung.

"Eh, Azka mau ngapain?" tanya Mauren.

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang