[6] Pingsan

1.7K 91 1
                                    

02:30 A.M

Saat mereka sedang tidur, tiba-tiba ada yang membangunkan mereka menggunakan suaranya yang besarnya hampir mengalahkan speaker bioskop. Mereka langsung terbangun dengan tergesa-gesa.

Aisyah mengucek matanya. "Siapa sih? Nggak tau apa, gue masih ngantuk?" kesal Aisyah, sambil menguap.

Mauren berdecak kesal. "Nggak bisa banget deh, gak tau apa kita itu tidurnya jam sembilan tau. Malah disuruh bangun jam segini lagi. Entar kalau mata gue kayak panda gimana?" ucap Mauren kesal.

"Akh! Berisik banget sih lo pada! Mendingan kalian bangun, terus keluar sana, yang ada kita bisa kena marah lagi," ucap Cipa.

Mereka bertiga bangun dan duduk, saat ingin duduk kepala Aisyah terpentok dengan kepala Cipa. Alhasil, mereka kembali ribut.

"Ah, lo kalo bangun lihat-lihat napa sih?" tanya Ais dengan nada meninggi.

"Kok gue? Bukannya lo yang gak lihat-lihat?" tanya Cipa membela diri.

"Bodo amat. Intinya lo yg salah!"

"Iya aja deh dari pada gak kelar." Cipa menyerah.

"Rese lo."

"Ribut lagi-ribut lagi. Puyeng kepala gue, mending kita keluar deh. Entar, Kefan marah lagi."

"Yang ada nih bukan Kefan yang marah, tapi bu Ririn. Kefan mulu deh, capek gue dengernya," kesal Cipa.

"Please deh yaa, gue pengen keluar. Kalo lo pada nggak mau keluar, terserah!" Aisyah langsung bangun, dan berjalan meninggalkan mereka.

"Yaudahlah, ayok keluar!" ajak Cipa dan kemudian mengikuti langkah Mauren.

Mauren bangun dengan wajah bantal. Ia masih mengantuk, tetapi tetap saja ia harus bangun. Bisa-bisa dia diterkam oleh Bu Ririn. Akhirnya, dia mengikuti langkah Cipa dan Aisyah.

"Baik anak-anak, sekarang kita akan melatih keberanian kalian. Ibu akan meminta kalian mencari jejak. Berhubung kalian sekarang berada di dekat kuburan, maka kalian harus mencari bendera didekat kuburan tersebut. Satu kelompok harus mendapat 5 bendera. Mengerti?"

"Mengerti Bu!" jawab mereka.

"Kalian bawa perlengkapannya, dan segera mencari. Saya harap kalian kembali saat sebelum jam empat pagi. Mengerti?"

"Mengerti Bu!"

Mereka pun segera kembali ke tenda mereka dan mengambil perlengkapan mereka. Jam menunjukkan pukul dua lewat empat puluh lima menit, yang artinya mereka hanya punya waktu satu jam lima belas menit.

"Cip, lo bawa jam kan?" tanya Aisyah pada Cipa.

"Iya, gue bawa kok," jawab Cipa.

"Eh Cip lo sama gue ya, nanti takutnya lo kenapa-napa?" tawar Azka.

"Iya bener tuh. Lo juga ya Ren?" tawar Kefan.

"Ok!" jawab Cipa dan Mauren antusias.

"Enak aja lo. Gue gimana?" tanya Ais.

"Lo sama Ari noh," saran Azka.

"Gue sama dia? Itiuw ogah!" ucap Ais lebay.

"Gue juga nggak!" ucap Ari.

"Dasar Monyet!"

"Woy, inget yah ni kuburan. Kalo lo kenapa-napa gue gak tanggung."

"Iyaiya gue sama monyet," ucap Aisyah pasrah.

"Bersyukur ya gue masih mau sama lo, panda."

"Udah ah! Ayo jalan. Ntar waktunya ke buang," Aisyah menyudahi pertengkarannya.

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang