USB

3 0 0
                                    

Tuuutt tuuuutt

Na young melepas ponsel itu dari genggamannya, ia berusaha mengontrol nafasnya baik baik.

"Kita punya berapa jam lagi?" tanyanya dengan nada dingin, semua orang diruangan itu dapat merasakan betapa kuatnya na young menahan emosi.

"Kita masih punya sembilan jam, gimana keputusan lo?" ujar jin, yang lain ikut menatap na young.

Jika yeok memang ingin mereka terluka, mereka bisa menghindar. Jika yeok ingin membunuh mereka, itu bukan hal mudah.

Mereka punya keahlian masing masing, menjadi pewaris tunggal buat mereka punya cara pendidikan sendiri yang khusus dan nggak main main.

Na young mengangguk yakin.

"Oke, kalo emang itu mau dia kita turutin. Biarin ini jadi kali terakhir dia buat balas dendam, jangan harap dia bisa keluar darisini hidup hidup" ucap na young, semua mengangguk setuju.

Jimin hendak memasukkan ponselnya namun tatapannya teralih pada status sinyal di ponselnya, sontak ia menatap jungkook.

"Gimana dia bisa nelfon? disini nggak ada sinyal sama sekali" bisik jimin, mendengar hal itu jungkook juga mengambil ponsel dan mengecek hal yang sama.

Benar saja, tulisan no signal sangat terpampang nyata di laman status bar ponselnya.

"Na, apa kita tinggalin mereka disini dulu?" tanya hoseok sambil berjalan mengelilingi rumah, sepertinya ia sedang ingin melihat lihat.

"Jangan, mereka aja bisa masuk sini." sahut jimin.

"Sebaiknya kita bawa mereka" ujar taehyung.

Na young yang sedang melihat lihat nakas itupun langsung menghentikkan langkahnya, ia teringat sesuatu.

"Nggak usah, kita sembunyiin mereka aja. lagian ruangannya bukan cuma yang ini" ujarnya kemudian berbalik menatap taehyung, cowok itu mengerutkan dahinya.

Na young menatap namjoon, kakaknya itu balik menatap heran.

"Masih ingat the calm room?" celetuk na young, sontak semuanya ber oh ria kecuali taehyung, wajar saja ia baru bergabung dengan mereka.

"Lo mau sembunyiin kakak gue di freezer?" celetuk taehyung dengan begonya, langsung saja jin menyikut pinggul cowok itu.

"Apaan sih orang gue nanya juga" geramnya, jin malah membulatkan matanya.

The calm room.

Ruang bermain khusus untuk kesembilan orang itu, dulunya tempat tongkrongan teman bisnis ayah hoseok tapi beliau mutusin untuk jadiin tempat itu sebagai tempat ngumpul anak anak mereka.

Itu satu satunya tempat yang nggak pernah dikunjungin yeok, satu satunya.

Letaknya dilantai paling atas rumah ini, bersampingan dengan ruang kerja tuan kim dengan pintu bercat semirip mungkin dengan dinding.

"Ayo nunggu apalagi" ajak hyojin, ia kini berusaha membantu jin membopong minguk sebab taehyung terlihat agak kelelahan.

Songhoon dibopong namjoon dan jungkook jadi jimin, na young, taehyung, yoongi, dan hoseok yang memimpin jalan.

Pintu itu tertutup otomatis setelah mereka meninggalkan ruangan.

"Gue nyewa lo" bisik jimin ditelinga na young, gadis yang sedang menyenter nyenter sekitar itu sontak bergidik.

"Nyewa? lo fikir gue ps pake sewa sewaan? sewa buat apa?" omelnya.

"Buat jadi masa depan gue" gombal jimin, bukannya tersipu na young malah ingin menjitaknya.

"Berarti gue disewa doang? yah nggak bakal lama dong" balasnya diakhiri kekehan, jimin yang termakan gombalannya sendiri langsung kikuk.

"Nggak! gue beli, eh gue lunasin" ucapnya terbata bata, ia bahkan bingung dengan ucapannya sendiri.

Tiba tiba hoseok nyempil ditengah mereka, ingin rasanya jimin menampol namun kekampretan wajah hoseok seakan menyirnakan niatan khusus jimin itu.

"Gue disewa juga dong..." pintanya sambil nyengir, jiminpun mengulurkan tangannya membelai rambut hoseok sedangkan yoongi dan taehyung dibelakang mereka bergidik jijik menonton kelakuan mereka berdua.

"Iya hoseokku sayang, kamu aku sewa" sahut jimin sambil ngacak ngacak rambut hoseok, lantas cowok itu tersenyum ceria.

"Sewa jadi pembantu setelah aku nikah nanti" lanjutnya jimin, seketika itu wajah hoseok jadi muram seperti air sumur belakang rumah.

"HHahahahahaha" tawa namjoon dan jungkook meledak begitu saja, mereka tidak sadar bahwa songhoon menatap keduanya garang.

"Iya maap hyung maap" pinta jungkook saat menyadari tatapan songhoon.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan lancar hingga lantai paling atas, kuncinya ternyata terdapat di dompet kecil hyojin.

Setelah keduanya dimasukkan, kini tersisa ketujuh orang itu.

"Dia emang nargetin kita doang" tebak yoongi.

Semua menatap ke arahnya dengan tatapan bingung, maksudnya menargetkan?

"Seharusnya dia mulai nyerang kita tapi emang dia nggak mau ngelibatin dua orang itu, dia cuma mancing kita supaya kita keluar" jelasnya.

Namjoon mengangguk paham.

"Kita harus punya rencana lain, harus ada sesuatu yang bisa bikin dia sadar. Kekerasan nggak akan ada gunanya" nasehat jin.

Semua kembali berpikir keras, tiba tiba hyojin teringat sesuatu.

"Jin oppa, waktu itu oppa liat om nerima USB dari polisi kan? itu yang isinya bukti bukti autentik soal kasus ayah yeok" tutur hyojin sambil menunjuk nunjuk jin, wajahnya bersemangat begitu membahasnya.

Jin berusaha mengingat ngingat, matanya sontak terbelalak.

"Kalo emang bener, kenapa usb itu nggak dikasih dari dulu ke yeok?" tukas taehyung.

"Omnya selalu berusaha untuk nyelakain siapapun yang berusaha ngasih bukti itu buat yeok, om kim akhirnya memutuskan untuk nyimpen usb itu sendiri" jawab jimin.

Keadaan yang masih gelap, belum lagi rumah sebesar ini seakan menambah kesan horror dirumah megah milik tuan kim.

"Emangnya lo pada yakin kalo usb itu ada disini?" tanya jungkook.

"Setau gue papa pernah bilang kalo rumah ini tempat penyimpanan semua benda berharga dari keluarga kita, jadi ada kemungkinan benda itu ada disini" sahut namjoon.

"Oke sekarang kita..." ujar na young menggantung kata katanya sambil menatap jimin.

"BERPENCAR" ucap mereka semua serempak.

"Good to see you separate"
....

To be continued...

P.REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang