Teror pertama

5 0 0
                                    

"HUAAAAA.... akhirnya sampe juga" pekik hyojin lega, dalam mobil terlalu sulit untuk bernafas.

Semua telah memarkirkan kendaraannya masing masing, jungkook yang pertama kali berlari memasuki rumah karena kebelet buang air.

Tiba tiba..

"AAAAAAAAA" teriak seseorang dari dalam, tak lain itu adalah suara jungkook.

Semuanya saling menatap dan sesaat kemudian berlari menghampiri jungkook, cowok itu terduduk dilantai.

"Ada apaan?" tanya namjoon sambil membantu kawannya itu berdiri.

Jungkook dengan spontan menunjuk ke arah kaca besar di samping tangga naik menuju lantai dua, kaca itu penuh dengan tulisan berwarna merah.

Angkat dan dengarkan...

Semenit setelah tulisan itu terbaca oleh mereka, dering telfon rumah mengaggetkan semuanya.

Namjoon dengan gugup berjalan mendekati nakas tempat benda itu berada, sesaat kemudian tangannya telah menempatkan telfon itu didaun telinganya.

"Halo?" sapanya.

"Apa kabar? hyung?"

Sontak telfon itu terlepas dari genggaman namjoon, ia terlalu syok untuk mendengar kembali suara bajingan yang telah menyakiti adiknya itu.

Ia berbalik menatap na young dan kawannya satu persatu.

"Yeok" ucapnya.

Na young membelalakkan matanya, ia yakin dirinya berada dalam bahaya sekarang.. sangat yakin.

Jimin menggenggam tangan gadis itu, ia tahu saat ini na young tengah ketakutan setengah mati.

Na young membalasnya dengan genggaman yang erat, seakan akan takut terlepas.

"Ikut gue" ucap jimin kemudian menarik na young, semua hanya saling tatap dengan maksud 'Biarin jimin yang ngurusin ini'.

....

"Gue nggak takut" celetuk na young lebih dulu, jimin bahkan belum bertanya.

Cowok itu menatap na young dengan sendu, merasa ditatap oleh orang disampingnya membuatnya merasa sedikit canggung.

Gadis itu sengaja berkata demikian karena ia tau emosi jimin saat ini, ia tau bahwa jimin.... takut kehilangannya.

"Na, lo nggak mikirin gue?" lirih jimin, tiba tiba saja nada bicaranya menjadi sendu.

Na young terpaku, untuk kedua kalinya ia kembali melihat cowok dihadapannya ini menangis lagi..

Pertama, saat ia dan hyojin diculik oleh yeok.

Dan...kali ini.

Tangannya terulur mengusap pipi jimin, entah kenapa hatinya mencelos melihat cowok itu bersedih karena dirinya... iya.

Karena jimin takut hal itu mungkin akan terjadi lagi.

"Gwenchana, kenapa harus sedih? Kita nggak boleh egois, na bisa rasain gimana sakitnya yeok tentang fakta kematian ayahnya dan terlebih dia denger kabar kalo ternyata ayah na yang ngebunuh papanya." jelas na young sambil kembali menatap langit malam.

"Na, kamu nggak dendam sama yeok?" tanya jimin.

Na young menghembuskan nafas berat, seakan terdapat beban yang susah untuk dilepaskannya.

"Gimana bisa na young benci orang yang na young suka" ucapnya.

Hening.

Jimin merasa kecewa, sedih, dan rasa keterpurukan itu bersatu dan membentuk luapan ekspresi.

Na young yang menyadari perkataan konyolnya segera menatap jimin, wajah cowok itu kini muram

"Tapi entah kenapa cowok dipinggir na sekarang punya ruang sendiri dihati na" ujarnya, sontak jimin menegakkan kepalanya dengan mata berbinar.

"Apa?" gumam jimin sambil menatap mata gadis didepannya, hatinya seperti tercharge ulang.

"Apa yah?" ulang na young sambil memasang ekspresi bingung, dengan gemas jimin mencubit pipi gadis itu dengan kedua tangannya.

"Anak kecil, nggak boleh main cinta cintaan" candanya masih dengan mencubit pipi na young.

"Yaudah sih, biar na single aja terus. Eh tapi siapa tau na jodohnya sama taehyung. Gimana dong? " canda gadis itu balik, tatapan jimin jadi tak suka.

"Nggak! nggak boleh sama dia" omelnya jadi serius.

"Lah katanya nggak boleh main cinta cintaan?" ucap na young.

"Main cinta cintaannya sama gue aja" tukas jimin, seketika itu na young tertawa terbahak bahak.

Gombalan jimin memang sederhana, tapi itu salah satu obat penyembuh kesedihan na young.

Keduanya merasa lebih baik, baik itu jimin maupun na young seperti lupa akan kejadian hari ini.

Di ruang tengah...

Tak ada satupun dari mereka yang duduk, kejadian tadi terlalu sulit untuk dilupakan dalam sekejap.

Jejak langkah terdengar, ternyata jimin dan na young.

Melihat wajah adiknya ceria kembali seperti sebuah hadiah bagi namjoon, hal itu membuatnya lega.

Jimin kembali berdiri disamping jin, ia menatap jin seakan akan mengerti bahwa jin juga khawatir dengan keadaan na young.

"Kenapa kalian nggak lapor polisi?" tanya taehyung tiba tiba.

"Lo masih inget pak lee?" tanya namjoon balik pada taehyung, cowok itu mengangguk.

Seingatnya, pak lee adalah kepala kepolisian di korea. Darimana ia kenal? karena pak lee pernah berkunjung di acara rapat tahunan kantor ayahnya.

"Kenapa emangnya?" tanya taehyung.

"Dia om yeok, satu satunya orang yang diduga jadi penghasut yeok untuk balas dendam sama kita." jawab suga.

BLAAAM

Seluruh ruangan tiba tiba menjadi gelap, lampu mati dan membuat penglihatan mereka semua menjadi tak jelas.

Serba hitam.

"Kalian semua waspada oke? na young pegang tangan kak hoseok yang ada disebelah lo, hyojin pegang tangan suga sekarang" sahut taehyung, semua menjadi was was.

Tak ada yang bergerak dari tempat mereka, ini mungkin saja salah satu jebakan yeok.

.....

To be continued...

P.REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang