Selamat.

10 0 0
                                    

Ruangan yang didominasi warna putih dan cream itu menyambut mata seorang gadis berwajah cantik.

Hidungnya dapat mencium bau obat obatan yang ia benci, bunyi detak jantungnya dapat ia dengar dari mesin ekg disampingnya.

Telunjuknya bergerak pelan, ia melihat sekilas dan infus rupanya terpasang disana.

Bukan hanya itu, seorang pria tampan tertidur pulas disana dengan wajah yang begitu tenang.

Rambut orangenya berkilau terkena sinar matahari, dengan perlahan gadis itu membelai rambut pria yang menjadi pahlawan sekaligus obatnya.

Belaian itu terasa begitu nyaman, hingga tak sadar pria itu tersenyum meski dalam tidurnya.

Senyum itu berubah jadi kerutan, ia perlahan membuka matanya dan langsung kaget melihat gadisnya itu sudah sadar.

Pria itu hendak berdiri memberitahu orang orang, namun tangan gadis itu mencegahnya.

"Jimin-ah" panggil nayoung pelan, pria bernama jimin itu berbalik dan kembali menarik kursi yang tadi ia duduki.

"Kamu udah sadar" ujarnya sambil menggenggam tangan  nayoung, gadis itu tersenyum lemah mengangguk.

Ia menatap bahu jimin dan melihat sebuah perban terbalut disana, wajahnya kembali muram.

Melihat itu jimin segera mengusap pipi nayoung.

"Biarin ini jadi tanda mata, kalo aku pernah nyelamatin kamu ok?" ujar jimin.

Lagi lagi bukannya senang digombali, nayoung malah ingin menjitak kepala cowok itu.

"Papa belum dateng yah?" tanya nayoung memandang sekitar isi ruangan.

"Di pesawat, dalam perjalanan kesini" jawab jimin.

"Bukannya papa pulangnya tanggal 22?" tanyanya lagi.

Jimin mengangguk dengan wajah manisnya itu.

"Menurut kamu?" celetuk jimin.

Sontak nayoung terbangun dengan kekagetan yang luar biasa, jimin saja sampai ikut terlonjak.

"JADI AKU TIDURAN SELAMA DUA HARI?" pekiknya, jimin dengan segera menutup mulut gadis itu.

"Kamu bukan tiduran, kamu pingsan karena terlalu syok" ujar jimin dan perlahan melepas bekapannya dari mulut nayoung.

Tiba tiba terdengar suara orang berlari dari luar ruangan, kepala nayoung dan jimin menelisik asal suara itu.

BRAKK

Pintu ruang inap nayoung didobrak seseorang, rupanya itu yoongi dengan wajah ganasnya.

"Kamu kenapa teriak teriak? ada siapa? nggak usah takut ada kakak disini, mana orangnya? mana? manmmpphh" mulutnya keburu dibekap namjoon.

Nayoung menatap heran pada yoongi, sejak kapan sifat jin menular ke yoongi yang sedingin es kutub itu?

"Kamu udah sadar? syukurlah..." ucap hyojin sambil berlari memeluk temannya itu, jimin melangkah mundur dan memberi ruang bagi keduanya.

"Na, abang gue bilang makasih." celetuk taehyung perlahan berjalan maju.

"Makasih?" ulang nayoung yang masih berpelukan dengan hyojin kemudian gadis itu merenggangkan pelukannya.

Taehyung mengangguk.

"Makasih udah ngobatin mereka, songhoon sama abang gue udah berangkat kemarin. Songhoon juga bilang makasih, cuman mukanya rada nyebelin gitu pengen gue tabok" bukannya menyampaikan pesan taehyung malah curhat soal datarnya sifat songhoon.

Tiba tiba seorang wanita paruh baya memasuki pintu dengan wajah sendu, wanitu itu yeri.

Ia berlari memeluk anak gadisnya dan tak berhenti mencium puncak kepalanya, baginya melihat namjoon dan nayoung selamat adalah salah satu anugerah terbesar dari tuhan.

"Mama minta maaf nggak bisa jagain kamu yah? mama nyesel lebih mentingin kerjaan dibandingin kamu, lain kali mama nggak bakal gini lagi" sesal yeri sambil mengeluarkan air mata.

Nayoung menatap namjoon di depan brankarnya, mengerti maksud adiknya namjoon perlahan maju kemudian memegang bahu ibunya.

"Mah, dia baik baik aja. Kan tiap hari makan beton sama doa mama, jadinya kuat selalu" ucap namjoon polos sepolosnya, wajah yeri dari yang sedang sedih menjadi makin sedih.

Yoongi dan taehyung menutup kedua wajahnya menahan malu dan mengendap ngendap keluar, hal itu disadari jimin.

Tangan kekarnya menarik kerah belakang baju kedua cowok itu, taehyung yang duluan balik dengan wajah cengiran.

"Mama ngurus surat surat kamu dulu, namjoon jagain" perintah yeri kemudian keluar dari ruangan.

BUUKK

"Wadaww! dek!" keluh namjoon, ketiga temannya malah ngakak nggak karuan.

"Emang na makan beton? kalo doa mama sih iya, yakali makan beton?" omel nayoung, kesal.

"Iya deh iya maaf" Ujar namjoon.

"Kak, pengen jalan jalan keluar" pelasnya, emosinya sudah mulai mereda.

"Yaudah tapi sama jimin ya? soalnya udah dua hari ini dia nggak dikasih asupan cinta" perkataan namjoon sontak membuat jimin membulatkan matanya.

Yoongi dan taehyung akhirnya punya alasan kabur, kabur sekabur kaburnya.

"WOY! LO BEDUA!!" teriak namjoon kemudian berlari mengejar mereka, tak lupa mengacak ngacak rambut kesayangan adiknya.

Tersisa jimin dan nayoung dalam ruangan itu, cowok itu berjalan maju mendekati brankar nayoung.

"Bisa jalan?" tanya jimin sambil ikut duduk di brankar, gadis itu menatap kakinya.

"Bisa" jawabnya pelan, jimin memperbaiki poni nayoung yang menutupi matanya.

"Yaudah sini aku bantu" sambil berusaha membantu nayoung berdiri, tangan jimin dibahu kanan nayoung dan satunya memegang tangan gadis itu.

Taman rumah sakit begitu sejuk, anak anak berlarian dengan baju khas pasien dengan tawa riangnya.

"Jim.." panggil nayoung sambil menoleh kearah cowoknya itu.

"Hmmm" jimin membalasnya dengan gumaman sembari menuntun jalan gadis disampingnya.

"Semoga yeok sama om lee dapat tempat terbaik disana" ucapnya penuh harap sambil memandang langit senja, jimin ikut tersenyum.

Balas dendam bukan cara terbaik untuk menerima kenyataan, tuhan tahu kapan akhir waktu seseorang meski dalam kondisi sehat sekalipun.

Bermusuhan bukan jalan terbaik membalaskan dendam, sebab iblis bukan hanya makhluk tuhan tapi ia terdapat dalam batin seseorang.

Nayoung sadar, semakin tinggi derajat seseorang maka semakin banyak pula pengikut yang ingin menjatuhkan diluar sana.

Jimin tidak akan melepas nayoung, karena sepenuhnya gadis itu adalah masa depannya dimana tempat ia pulang dan merasa aman.

....

END.

P.REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang