12 February 2017
Tak terasa sudah seminggu Dafa dan Kawan-kawannya berada di pulau Dewata. Sesi Hunting Foto untuk Praweddingnya juga telah terselesaikan. Tersisa sehari lagi ia dan rombongannya akan kembali ke Jakarta. Dan malam ini, Bersama dengan Kekasihnya, dia duduk diatas kursi ayunan, di teras belakang Villa sambil memandang rembulan malam yang begitu terang cahyanya.
"Bulannya cantik yah, sayang." Tuturnya membuat Keke mengalihkan pandang kearahnya.
Dafa ikut menoleh menatap kekasih hatinya. "Sama cantiknya dengan kamu." Perkatannya itu membuat gadisnya tersenyum.
Keke yang semula hanya duduk bersandar disebelah Dafa yang juga bersandar pada kursi, seketika saja memasukkan tubuhnya dalam rengkuhan hangat calon suaminya itu.
Dafa menyambut baik tingkah manja Kekasihnya. Kini sebelah tangannya bermain-main diantara kepala dan lengan gadisnya. Membelainya lembut.
"Sayang." Panggilnya,
"Hemm." Keke hanya mampu berdehem. Rasa kantuk juga hangatnya pelukan Dafa membuatnya sangat nyaman hingga ingin tertidur.
"Kamu bahagia nggak?"
Rasa kantuknya menghilang begitu saja setelah mendengar pertanyaan Dafa. Apa maksudnya bertanya begitu?
Kepalanya ia tengadahkan, menatap mata Dafa yang juga tengah menatapnya, menanti jawaban darinya.
"Kamu bahagia kan sayang?"
"Maksud kamu apa bertanya begitu? Tentu aku bahagia. Bahkan sangat bahagia."
Dafa mencoba untuk tersenyum, entah kenapa ia merasa jawaban yang keluar dari mulut kekasihnya itu bukanlah jawaban yang sebenar-benarnya.
"Kamu meragukanku yah?"
Dengan cepat ia tersadar ketika mendengar penuturan Keke disertai nada kecewanya juga raut wajahnya yang mulai berubah.
Sebelah tangannya langsung merangkum wajah Kekasihnya "Tidak. Bukan begitu, sayang. Aku bukannya meragukan kamu. Tapi aku hanya takut."
"Takut? kenapa?"
"Aku takut nggak bisa bahagiain kamu, Sayang. Aku takut nggak bisa memberikan yang terbaik buat kamu setelah kita menikah nanti. Aku hanya nggak ingin kamu kecewa setelah bersamaku."
Keke tertegun sesaat, setelahnya ia menempelkan wajahnya pada Wajah Dafa. Matanya terpejam. "Jangan khawatirkan itu. Karna jauh sebelum rencana pernikahan kita diatur, aku sudah sangat yakin kalau kamu bisa membuatku bahagia. Selamanya."
Hatinya mencolos. Sebegitu sayangnya kah Dafa terhadapnya sampai-sampai menghawatirkan kebahagiaannya?
Namun apa yang telah diperbuatnya?
Dia dengan diam-diam telah melukai hati pria baik ini. Bahkan hingga kini dia masih belum bisa menyerahkan seluruh hatinya untuk calon suaminya ini.
Sungguh jahat dirinya ini!!!
"Tapi, kamu bahagia bersamaku kan, Sayang?" Sekali lagi Dafa melontarkan pertanyaan itu agar resah dihatinya dapat menghilang. Dia hanya tak ingin membuat kekasihnya menyesal karna telah memilihnya.
Kedua mata Keke yang semula terpejam perlahan terbuka. Manik matanya menatap Dafa Dengan tatapan yang tak bisa pria itu artikan, hanya dirinya dan Tuhan lah yang tahu apa sebenar-benarnya yang ia rasakan.
Namun, terlepas dari itu semua. Hati kecilnya tetap memilih Dafa. Sisi hati yang lainnya tetap membutuhkan Dafa, bahkan sangat membutuhkannya.
"Kalau aku tidak bahagia, mana mungkin aku melangkah sejauh ini." Jawaban itulah yang keluar dari mulutnya dan berhasil menerbitkan senyuman dibibir Dafa. Setelahnya, dia mengecup pipi calon suaminya sesaat, kemudian kembali menenggelamkan wajahnya pada lipatan leher Dafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah
Acak👉Nike {Nico&Keke} Love Story👈 Sekuat apapun aku mengelaknya, maka semakin kuat juga perasaan ini menyiksaku. Dan setegar apapun aku melawan sakit itu maka semakin rapulah hati ini. Itulah kenyataannya.. Kenyataan yang menegaskan betapa aku masih s...