Part 27 - Pertengkaran

1K 33 13
                                    

19 Mei 2017

"Sayang."

"Iya, Sayang."

"Nanti, kalau kita udah lulus, kamu mau jadi apa?"

"Aku mau jadi Fotografer Profesional yang hebat dan terkenal di dunia, Sayang. kalau kamu?"

"Aku sih nggak ingin yang muluk-muluk yah Sayang. Aku hanya ingin jadi Nyonya Nicolhas Purta Davidson aja."

"Hmm.. Kamu tuh yah, udah mulai pintar ngegombal. Belajar dari mana? Dari Andre?"

"Hahaha.. Emang Andre bisa ngegombal apa? Lagian Aku nggak ngengombal tau Sayang. Aku serius, Aku ingin terus bersama kamu, aku ingin menghabiskan seluruh sisa hidupku bersama kamu, aku ingin mendampingi kamu dalam situasi apapun. Kita tertawa bersama, menangis bersama. Segalanya akan kita lakukan bersama. Itu impian terbesarku sayang, hanya itu yang aku inginkan, nggak ada yang lain."

Dan meneteslah Air mata Keke saat kembali mengingat perkataannya kala itu. Impian terbesarnya yang selama ini ia pupuk bersama Nico kini telah sirnah, semua harapan dan cita-citanya untuk hidup bersama dengan Nico tuk selamanya hanyalah menjadi sebuah kenangan yang menyimpan begitu banyak luka di dalamnya.

Tak ada lagi yang tersisa selain rasa sakit dan air mata. Tak ada lagi senyuman indah itu, tak ada lagi tatapan damai penyejuk hati itu, tak ada lagi pelukan hangat yang selalu mendamaikan jiwa dan tak Ada lagi NICO di dalam hidupnya.

Nico-nya telah pergi...
Cinta mereka pun telah berakhir...

"Sudah Lima Tahun, Nico. Apa kamu masih mengingatnya?" Kembali, dirinya mengungkit masa lalu. Nico yang seharusnya tak pernah lagi hinggap dalam ingatannya malah kembali melekat akibat buku Diary semalam.

Keke masih duduk disamping kolam renang ketika Dafa tiba di rumah. Foto yang sedari tadi menemaninya pun masih berada dalam genggamannya. Hampir seharian ini ia habiskan waktunya hanya untuk menatap wajah oriental dalam foto itu. Bersama dengannya, bayangan masa lalu mereka ikut bermain dalam ingatannya.

Belum ada pergerakan darinya hingga Dafa menemukannya di tempat itu. Belum sempat Dafa melangkah keluar, kembali terdengar tangisannya yang membuat senyum merekah di wajah Dafa memudar begitu saja.

"Kenapa semua ini harus terjadi pada kita, Nico. Harusnya aku menikah denganmu, karna itu adalah impianku, impian kita. Tapi kenapa semua berubah."

"Ini semua karna salahmu. Kamu yang pergi meninggalkanku dan membuat semua ini menjadi kacau."

Keke mulai meracau tak karuan. Tak ia sadari jika suaminya berada dibelakangnya dan mendengar semua perkataannya.

"Andai saja waktu itu kamu nggak pergi. Kamu nggak ninggalin aku. Semuanya pasti akan baik-baik saja. Nggak perlu ada yang terluka. Dan aku juga nggak harus menyakiti hati Dafa. Kamu jahat Nico. Kamu jahat."

Dafa membelak, denyutan di hatinya mulai terasa. Apa ini? Istrinya ternyata masih memikirkan Mantan Kekasihnya. Dan parahnya, ia tak mengetahui hal itu dan malah berfikir jika Keke telah bahagia bersamanya.

"Kamu keterlaluan Nico. Aku membencimu."

Setelah puas melampiaskan emosinya, Keke berlari masuk ke dalam rumah. Ia masih tak menyadari keberadaan Dafa yang terus saja memandangi kepergiannya. Luka hatinya membuatnya tak peka dengan keadaan sekitar. Beruntungnya ia masih bisa sedikit mengendalikan dirinya hingga hanya tangisan saja yang terdengar di dalam kamar. Bukannya racauan-racauan tak karuan yang sudah pasti akan menyayat hati Dafa.

Namun tangisannya juga tetap melukai hati suaminya. Dan dibalik pintu kamar itulah, Dafa kembali menyaksikan istrinya terpuruk dalam tangisannya. Ternyata dugaannya salah, istrinya masih belum bisa mendapatkan kebahagiaan bersamanya.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang