Keke berlari menembus koridor rumah sakit yang cukup ramai. Tak ia pedulikan lagi teriakan beberapa suster yang melarangnya melakukan hal itu.
"Keke." Vigo dikejutkan akan kehadirannya. Semula pria tampan berkaca mata itu hanya diam menatap sosok sang adik di depan pintu dengan kondisi yang tak begitu baik hingga akhirnya Vigo tersadar seutuhnya saat Keke menumbruk tubuhnya dengan pelukan. Pelukan yang sangan erat disertai air mata.
"Ada apa princess. Apa yang terjadi?"
Tak ada sahutan, apalagi jawaban. Keke terus saja menangis mengeluarkan sesak di dadanya. Sampai semuanya merasa sudah ia keluarkan, barulah Keke melepas pelukannya. Matanya yang sudah sembab menatap Vigo dengan begitu menyedihkan.
"Hey, ada apa Sayang? Apa yang terjadi? Kamu bertengkar dengan Dafa."
Keke menggeleng. Sesuatu ia keluarkan dari dalam tasnya lalu memberikannya kepada Vigo.
"Ini--"
"Iya kak. Ini Diary aku." Derai air matanya semakin deras mengalir "Tolong musnahkan Diary ini kak, karna aku nggak sanggup melakukannya."
Kembali Keke memeluk Sang kakak. Tangisannya semakin histeris saat Vigo balas merengkuh tubuhnya. Rasanya begitu sakit, tapi keputusan ini yang terbaik menurutnya. Diary itu harus musnah, karna kalau tidak, kenangan tentang Nico akan terus menghantuinya. Membuat luka hatinya semakin melebar dan menambah masalah baru untuknya dan Dafa.
"Terserah Kakak mau apakan Diary itu. Mau kakak sobek-sobek atau kakak bakar sekalipun, aku nggak peduli kak. Yang penting Diary itu lenyap dari pandangan aku."
Hati Vigo meringis. Tangisan pilu ini sudah lama sekali tak pernah ia dengar lagi. Tapi sekarang, adik tersayangnya kembali terpuruk, bahkan semakin jauh.
"Tolong bantu aku kak. Bantu aku melenyapkan dia dan segala tentangnya dari ingatanku. Aku nggak kuat lagi berada dalam situasi ini kak. Semuanya menjadi serba salah untukku. Melupakannya memang nggak mudah. Tapi Aku juga nggak mau melukai Dafa lebih jauh lagi kak. Aku sangat menyayangi suamiku. Aku nggak mau kebodohanku ini terus melukainya. Tolong aku kak. Bantu aku lenyapkan dia dari ingatanku."
Hati Vigo semakin meringis pedih. Ini pasti sangatlah menyiksa adiknya. Tapi tidakkah keke berfikir jika yang bisa melalukan semua itu hanyalah dirinya sendiri. Tak ada orang lain yang bisa membantunya. Dan pula, jika Nico dan segala kenangannya menghilang dari memori otaknya tidak akan menjamin jika dia akan terbebas dari semua itu. Nico sudah terlalu kuat melekat dihatinya. Meskipun lupa, tapi hatinya pasti akan selalu mengenangnya.
"Kakak nggak bisa, Sayang."
Mendengar itu, Tangisan Keke langsung terhenti. Wajahnya menengadah menatap sang Kakak yang juga menatapanya dengan tatapan pilu.
"Kakak nggak bisa melakukan semua itu. Hanya kamu sayang. Hanya kamu yang bisa melakukannya. Semuanya tergantung pada tekat dan keinginanmu untuk tetap mengingatnya, mengenangnya atau melupakannya. Semuanya hanya bisa dilakukan olehmu. Kakak nggak bisa berbuat apa-apa Sayang."
Keke mencoba meresapinya. Sedalam dalam, ia tersadar. Betul yang dikatakan Kakaknya. Hanya dia. Dan hanya dirinya yang bisa menghentikan semua ini.
"Tapi kak-"
"Kakak ngerti Princess. Ini nggak mudah buat kamu. Tapi perlahan, kakak yakin kamu pasti bisa."
Keke kembali merengkuh tubuh Vigo. Isak tangisnya berlajut. Sadar akan akan hal itu membuatnya tak yakin, apakah ia bisa melakukannya? Apakah ia bisa menghilangkan Nico dari fikiran dan hatinya.
"Kamu pasti bisa, Sayang.. Dan kamu harus selalu mencobanya kalau kamu memang nggak mau menyakiti Dafa."
~~♡☆♡~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah
Random👉Nike {Nico&Keke} Love Story👈 Sekuat apapun aku mengelaknya, maka semakin kuat juga perasaan ini menyiksaku. Dan setegar apapun aku melawan sakit itu maka semakin rapulah hati ini. Itulah kenyataannya.. Kenyataan yang menegaskan betapa aku masih s...