19. Hak Milik

1.1K 277 116
                                    

Park ... Woojin?

Euna hampir tidak mengenali sosok di foto karena warna rambutnya berbeda. Namun, ia jelas mengingat wajah datar yang nyaris membuatnya bertengkar dengan Donghyun.

Itu benar-benar dia!

Lelaki itu berdiri di sebelah ayahnya saat Euna dan Donghyun memberi salam pada pria paruh baya itu. Wajah tua itu terlihat lelah, seperti baru sembuh dari sakit. Jadi yang waktu itu dijenguk Daehwi ...?

Otak Euna berputar-putar rasanya ketika menyambungkan semua kejadian kemarin. Dasar bodoh! Pantas Woojin mengenal Donghyun. Mereka bersaudara tiri.

"Ini siapa?"

"Choi Euna."

Woojin dan Donghyun menyebutkan namanya bersamaan membuat orangtua mereka keheranan.

Jaksa Park mengerut bingung sampai Nyonya Park menjelaskan bahwa Euna menolong Donghyun ketika insiden maba dulu. Lalu beliau mengangguk-angguk paham.

"Kamu kenal gadis ini juga, Woojin?" tanya Jaksa Park.

"Dia tutor privat Daehwi, Appa," sahut Woojin. "Kita pernah bertemu beberapa kali."

"Yonsei juga?" Mata Jaksa Park menilai Euna seolah memastikan apakah pantas gadis itu berada dalam lingkar dekat anak-anaknya.

Euna mengangguk.

"Mahasiswa jalur prestasi," tambah Donghyun yang langsung dipelototi oleh Euna.

"Kuliahmu lancar, Donghyun?" tanya Jaksa Park lagi.

"Lancar, Aboeji," jawab Donghyun singkat.

"Bagus. Jangan terlalu fokus main musik dengan Youngmin," pesannya kemudian berlalu ke arah Wooshim berada.

Woojin menatap Euna lama seperti ingin mengajak bicara, namun urung ketika tatapannya mengarah pada genggaman Donghyun. Ia mengikuti ke mana ayahnya pergi.

Ada semacam aura yang terasa memberi sekat antara Donghyun dan Jaksa Park. Mungkin desas desus itu membawa banyak pengaruh dalam hubungan antar anggota keluarga lebih dari yang dikira Euna.

Setelah menyerahkan kado—Wooshim bahkan sama sekali tidak menghampiri Donghyun—mereka mencari spot untuk makan. Barulah saat ini Euna punya kesempatan untuk bertanya pada Donghyun.

"Pantas kamu kenal," sindirnya.

Donghyun hanya membisu, meneruskan makan.

"Kamu benci Woojin, Ddong?" tanya Euna. Ia tahu percakapan seperti ini tidak pantas dilakukan di tempat ramai begini, tapi ia tidak bisa menahan diri.

Sahabatnya meletakkan piring makanan, lalu tangannya berpindah ke bahu Euna. Membalik tubuh gadis itu menghadap pinggir kolam renang dimana seluruh anggota keluarganya berkumpul.

"Menurut kamu, gimana?" tanya Donghyun dengan suara rendah, berbisik tepat di sebelah telinga kanan Euna membuatnya merinding. "Woojin bisa tinggal di sini dan merasakan punya keluarga. Sedangkan aku harus rela pindah. Menurut kamu, apa aku bisa nggak benci dia?"

Euna diam. Sadar bahwa alasan Donghyun sangat masuk akal. Ia juga pasti akan marah, merasa bahwa satu-satunya keluarga—ibunya—dicuri oleh orang lain. Ia paham kenapa Donghyun menggunakan istilah 'Eomma dan keluarga'. Karena ia tidak pernah dianggap bagian dari mereka. Ibunya kini punya keluarga sendiri.

"Menurut kamu, apa aku masih rela Woojin dekat-dekat kamu?" tanya Donghyun lagi. "Kalau dia udah ngambil Eomma, apa dia nggak bisa biarin aku punya kamu?"

Euna masih terdiam. Tidak pernah menduga dia dianggap sepenting itu. Diamnya Euna membuat sahabatnya menghela napas.

Tangan Donghyun melepaskan pundak Euna, namun ia buru-buru menahan tangan itu.

"Kita pulang aja, yuk," ajaknya. "Makan di pojangmacha dekat flat aja. Lagi pengen."

"Dengan baju kayak gini?" tunjuk Donghyun pada gaun Euna.

"Biasa juga kamu nggak peduli," cibirnya sebal. Lalu menarik lengan Donghyun lagi. "Ayo!"

🎸🎸🎸

Senyum Chaekyung malam itu terlalu lebar ditambah dengan Sewoon yang salah tingkah melulu membuat Euna dan Donghyun curiga pasangan itu baru saja melakukan sesuatu.

Sepulang pesta ulang tahun Wooshim, mereka tidak jadi makan di pojangmacha dekat flat Euna karena tumben warung tenda itu tutup. Akhirnya mereka malah menuju flat trio Youngdongpo karena ternyata ada Chaekyung di sana. Katanya, sih, dia masak makan malam.

"Wuih, habis darimana lo?" tanya Sewoon setelah berdeham-deham gugup.

Donghyun menatapnya aneh. "Dih, tadi, 'kan, gue pamit mau ke rumah Eomma. Ultah Wooshim. Habis ngapain lo sama Chae sampai pikun begitu?"

Sewoon malah semakin berdeham-deham tidak jelas, membuat Donghyun dan Euna saling lirik curiga.

"Udah nih makan dulu," lerai Chaekyung masih dengan senyum seribu watt-nya. "Masa habis dari pesta ultah malah makan di rumah."

"Makanannya nggak sesuai selera gue," sahut Donghyun asal, lalu mengambilkan nasi dan lauk untuk Euna. "Chae, lama-lama lo jadi chef tetap aja dah di flat kita."

Chaekyung menoyor kepala Donghyun. "Gaya lo, Ddong, kayak makan masakan gue aja. Padahal biasanya selalu makan di tempat Euna."

Donghyun hanya cengegesan. Lihat tuh, Kim-malaikat-Donghyun bertransformasi dari edisi galau menjadi tengil dalam kurang dari setengah jam.

Mendadak Euna memajukan tubuh ke arah Chaekyung yang hanya mengerjap bingung, meneliti sesuatu yang aneh dari wajah pacar Sewoon. Aah ... ia paham sekarang mereka habis melakukan apa.

Selesai makan, Euna dan Donghyun mencuci piring sebagai ganti sudah dimasakkan oleh Chaekyung. Meskipun Chaekyung bilang tidak usah karena takut gaun Euna kotor, mereka tetap melakukannya.

"Mereka habis ciuman, ya?" tanya Donghyun polos saat membilas piring.

Euna melotot. "Ssh, jangan keras-keras! Kasihan, nanti mereka malu."

Donghyun terkekeh geli.

"Kok kamu tahu?" tanya Euna.

"Aku bareng Sewoon udah lama. Tahu bangetlah kalau dia salah tingkah kenapa dan gimana," cengir Donghyun lebar. "Kamu sendiri kok tahu?"

Giliran Euna yang terkekeh geli. "Lipsticknya Chae kehapus, hehe."

"Hmm ..." Donghyun memasang wajah berpikir serius yang membuat Euna heran.

"Kenapa?"

Masih dengan gaya serius, Donghyun bertanya, "dulu pas kamu ngasih napas buatan, lipbalmnya nempel nggak ya?"

"KIM DONGHYUN MESUUUM!!!"

-bersambung.-






An. Selamat yang nebaknya benaaar. Ayo, ayo, masih banyak misterinya iniii.
-Ki.


04:04Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang