32. D untuk Donghyun (II)

1.3K 292 107
                                    

Tatapan yang didapatkan Euna ketika ia kembali ke kampus sama persis ketika dulu kabar ia menolong Donghyun tersebar seantero Teknik. Ia tidak suka diperhatikan seperti itu, tapi diabaikan saja.

"Eunaaaaa!!" Chaekyung menghambur memeluknya. "Ya ampun, kangen. Kamu tambah kurus deh. Nanti aku masakin, ya?"

Celotehan itu hanya ditanggapi dengan anggukan. Ia malas bicara.

Dari kejauhan, Sewoon dan Donghyun juga muncul. Euna dan Donghyun sama-sama berkontak mata kaku. Tapi, lelaki itu langsung berbalik badan. Tidak jadi ikut Sewoon menghampiri Euna dan Chaekyung.

Ini bukan pertama kali Donghyun bersikap seperti itu. Setiap Euna ada di sekretariat BEM, dia langsung pergi. Ketika akan berpapasan di koridor, Donghyun langsung berbelok ke arah lain. Bicara soal proker juga hanya dilakukan via chat. Euna kenal baik Donghyun untuk tahu lelaki itu sengaja menghindarinya. Baik Sewoon maupun Chaekyung cukup sensitif untuk tidak membahas masalah itu.

Hari berjalan seperti biasa. Euna masuk kuliah dan melakukan tugasnya sebagai staf BEM seperti biasa. Yang berubah hanya ia tidak lagi kemana-mana bersama Donghyun terus-menerus. Euna langsung pulang kalau tidak ada kelas atau agenda rapat. Pengurus BEM yang lain mungkin menyadari perubahan itu, namun tatapan Youngmin selalu berhasil membungkam desas-desus.

Hari ini Euna membiarkan Chaekyung main ke flat. Gadis itu menempati janji bahwa ia akan memasak untuk Euna. Bapak satpam penjaga flat sampai heran karena tumben Euna membawa teman lain selain Donghyun.

Seperti biasa, masakan Chaekyung selalu juara.

"Kamu udah bicara lagi sama Donghyun?" tanya Chaekyung hati-hati.

Euna menggeleng. "Nggak ada yang perlu dibahas."

Chaekyung mendesah kecewa. "Dia nggak baik-baik aja, Eun.  Kelihatannya iya, tapi dia juga struggling kayak kamu."

"I'm fine. No lie," bantah Euna.

"Yah, kayak aku bakal percaya aja. Those eyes' bag and you getting thinner are proven enough." Chaekyung memutar bola mata.

Untuk sesaat, Euna terdiam.

"Eun, kamu boleh marah sama Donghyun. Aku nggak tahu detil masalah keluarga kamu, tapi aku yakin Donghyun yang paling paham perasaan kamu," ujar Chaekyung hati-hati. "You two are tied like fated. So, please give him second chance."

Euna hanya diam mencerna kalimat Chaekyung. Persis seperti yang dikatakan Minho. Tapi, ia ragu Donghyun masih menunggunya melihat sikap lelaki itu yang menghindarinya.

Setelah makan siang dan sesi cerita bersama, Euna mengantarkan Chaekyung yang dijemput Sewoon ke lobi. Saat itulah bapak penjaga flat menghampirinya.

"Lho, Nona Euna? Saya pikir sedang tidak ada di flat," ujarnya.

"Kenapa, Pak?"

"Soalnya tadi Tuan Donghyun datang dan cuma menunggu di lobi. Terus langsung pulang, makanya saya pikir Nona Euna tidak di flat," jelas si Bapak Satpam.

Euna tertegun.

Donghyun ... datang?

🎸🎸🎸

Mata Euna tiba-tiba terbuka. Ia menatap langit-langit, sadar bahwa ia kembali terjaga. Tangannya menggapai nakas, berusaha melihat jam weker.

04:04 am.

Sialan kamu, Kim Donghyun!

Kenapa Euna masih saja memikirkannya? Padahal ia sudah berusaha keras melupakan lelaki itu. Alam bawah sadarnya bahkan ikut membelot.

Tangan Euna meraih ponsel. Lebih karena kebiasaan daripada kesadaran. Tidak ada chat. Tidak ada video call. Tidak ada voice note. Tidak ada apa pun.

Euna turun dari tempat tidur, lalu melangkah menuju sudut kamar tempat sebuah kotak besar tergeletak yang tidak jadi dibuang. Sepasang sepatu bayi terletak di tumpukan teratas isi kotak.

Ya Tuhan! Rasanya sudah lama sekali sejak pengakuan Donghyun di mobil itu, tapi ingatan Euna masih menyimpan memori itu baik-baik. Bahkan membawanya ke alam mimpi, menggantikan mimpi buruknya

Euna bahkan tidak sadar sejak kapan dia menangis. Teringat ucapan Chaekyung tentang memberi Donghyun kesempatan kedua. Bukan lelaki itu yang butuh kesempatan kedua.

Eunalah yang butuh kesempatan kedua dari Donghyun.

Tiba-tiba saja bel pintu flat berbunyi. Euna menghapus air matanya, mengembalikan sepatu bayi itu ke dalam kotak, lalu mengintip dari lubang pengamat. Siapa yang bertamu subuh-subuh begini? Euna curiga mungkin Minho yang datang karena seharian ini dia belum memberi kabar.

Tapi, jantungnya malah skip. Sebab yang berdiri di balik pintu adalah Donghyun.

Donghyun langsung berlutut begitu Euna membuka pintu. Lelaki itu terlihat kacau dengan rambut berantakan, baju yang dipakai asal-asalan dan wajah kuyu. Sebuah keajaiban Donghyun bisa menyetir dengan selamat dalam kondisi seperti itu.

"Mau apa?" tanya Euna berusaha menutupi suaranya yang sengau.

"Take me back, Eun. Please," pinta Donghyun memelas seolah tak peduli lagi dengan harga diri. "Aku bahkan nggak bisa tidur. Aku teringat kamu sering bangun jam segini, lalu aku tiba-tiba udah nyetir ke sini dan—"

Ucapan Donghyun terpotong karena tiba-tiba Euna ikut berlutut dan memeluknya. Air mata gadis itu tumpah lagi. Donghyun yang awalnya bingung, akhirnya membalas pelukan Euna.

"Eun ...?"

"Dongdong Bodoh! Kenapa kamu nggak bilang kalau tadi sore kamu datang?! Kenapa kamu selalu balik badan kalau ketemu aku?!" racaunya sebal sambil memukul-mukul Donghyun.

"Aku pikir kamu yang nggak mau ketemu dan lihat aku. Lagian kalau aku lama-lama lihat kamu, yang ada  aku malah mau peluk kamu kayak gini," jelas Donghyun mengusap-usap rambut Euna lembut.

Mereka melepaskan pelukan lalu saling bertatapan.

"Maafkan aku, Eun, sudah membawa kamu ke rumah sakit tanpa izin," bisik Donghyun menyesal.

Euna menggeleng. "Udah aku maafkan. Maafkan aku juga karena marah pada diri sendiri tapi malah melampiaskan ke kamu."

Donghyun mengangguk, lalu mengusap air mata di pipi Euna.

"Jadi, kita baikan?" tanyanya penuh harap.

Tenggorokan Euna tercekat, jadi ia mengangguk untuk menjawab pertanyaan Donghyun.

"Balikan juga?" tanya Donghyun masih dengan penuh harap. "Be mine once again, Eun?"

Euna tertawa kecil di antara tangisnya, lalu mengangguk sekali lagi.

Senyum malaikat itu kembali dan Donghyun mengecup kening Euna dengan lembut.

"Aku sayang kamu, Eun."

"Aku sayang kamu juga, Ddong."

Beberapa saat kemudian, mereka baru menyadari sesuatu.

"Ini kita apa banget baikan sambil jongkok di depan pintu begini," komentar Donghyun random.

Euna tertawa. "Kamu duluan sih berlutut di sini. Untung sekarang masih jam empat pagi, jadi nggak ada yang lihat."

Setelahnya mereka tertawa bersama-sama, menertawakan kebodohan mereka sambil diam-diam berdoa semoga tawa itu akan bertahan bersama mereka selamanya.

-selesai.-

An. Masih ada epilog, gaes. Triple update, yaa.
-Ki.

04:04Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang