Bagian 5

4.1K 589 27
                                    

Sisa hari itu dihabiskan Jaejoong dengan menurung diri di kamarnya. Namja cantik itu bahkan tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali meski waktu makan malam telah tiba.

“Dimana kucing nakal itu?” tanya Changmin. Berharap pamannya yang menyandang status raja bisa menjawab pertanyaannya.

Namja jangkung itu tentu saja tidak serius mengenai pernyataannya siang tadi. Ia tidak benar-benar ingin pulang karena demi Tuhan! Butuh waktu lama untuk dihabiskan dalam perjalanan.

“Harusnya paman yang bertanya padamu, bambi. Kalian seperti kue beras yang lengket.”

“Tidak setelah dia menggigit pipiku siang tadi,” jawab Changmin. Berpura-pura merajuk hingga namja paruh baya yang duduk di depannya tertawa geli.

“Dayang Seulgi, tolong panggilkan pangeran kecilku di kamarnya, “ ucap raja pada yeoja cantik yang menyandang status pelayan.

“Baik, Yang Mulia.”

Jaejoong melipat tubuhnya seperti bola. Menutupi seluruh tubuh mungilnya dengan selimut tebal yang hangat. Namja cantik itu masih sesenggukan dengan mata yang sembab. Penyebabnya tentu saja sikap Yunho yang secara terang-terangan menolaknya.

Meninggalkannya seorang diri dan mengabaikan panggilannya. Jaejoong merasa tertolak. Baru kali ini namja cantik itu merasa tidak diinginkan.

“Pangeran Jaejoong, Yang Mulia Raja memanggil Anda untuk makan malam bersama,” suara Seulgi menyapa pendengarannya. Namun, Jaejoong memilih untuk mengabaikan dayang itu.

Ia masih belum puas menangis. Ia juga tidak punya rasa percaya diri untuk muncul dengan keadaan seperti ini.

“Pangeran Jaejoong, Yang Mulia Raja memanggil Anda untuk makan malam bersama,” Seulgi mengulangi ucapannya. Dari pintu kamar yang terbuat dari kertas, Seulgi bisa melihat gumpalan gelap yang meringkuk di sudut kamar.

‘Pasti sesuatu terjadi padanya,’ pikir yeoja cantik itu.

Merasa pangerannya sedang tidak ingin diganggu, Seulgi meninggalkan tempat itu tanpa hasil.

Raja dan Changmin memusatkan perhatian mereka pada Seulgi yang datang seorang diri.

Yeoja itu membungkuk sopan, “Maaf Yang Mulia, Pangeran Jaejoong tidak memberikan respon apapun.”

Mendengar itu, Changmin memiringkan kepalanya, bingung. Sumpit yang sedari tadi di pegangnya ia letakkan di bibir.

“Biar aku saja yang menghampirinya,” raja beranjak dari kursinya.

“Shim bambi, kau makanlah duluan. Aku tahu kau tidak akan rela melewatkan makan malammu, ania?” wajah Kim senior itu dihiasi senyum jahil.

“Yah kalau paman memaksa, aku bisa apa,” jawab Changmin santai.

Pintu itu digeser pelan oleh appa Kim. Ia berjalan menghampiri putranya yang berada di dalam gumpalan selimut itu.

“Apa yang terjadi pada pangeran kecil appa, hm?” suaranya yang lembut begitu menenangkan. Namja itu juga menepuk-nepuk sayang tubuh Jaejoong.

“Hiks . . . Hiks . . .” pertanyaan itu dijawab dengan isakan keras Jaejoong. Lalu perlahan selimut itu terbuka, memperlihatkan namja cantik dengan wajah merah dan basah karena air mata.

“Kemari, peluk appa,” raja merentangkan tangannya lebar-lebar. Kemudian Jaejoong melompat ke dalam pelukan namja yang sangat menyayanginya itu.

Sang appa mengelus surai lembut Jaejoong yang berhamburan. Dengan suara pelan, raja itu bernyanyi.

Anakku, jangan menangis . . .

THE GENERAL AND HIS CUTE PRINCE [YunJae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang