Seisi rumah gempar pagi itu. Masing-masing sibuk berlalu lalang sambil memikirkan kemana perginya si manis Jaejoong ini. Yunho yang paling kalut. Mengingat statusnya sebagai seorang jendral perang, juga status Jaejoong sebagai pangeran, keadaan ini tentu tidak menguntungkan. Jaejoong bisa diculik siapa saja, termasuk mata-mata kerajaan lain.
"Bocah yang malang. Ia bahkan harus diculik tiga hari sebelum pernikahannya sendiri," ratap Tae hee.
Wanita paruh baya itu duduk lemas di lantai. Lelah setelah mencari dan bertanya pada para tetangga tentang keberadaan Jaejoong. Tidak beda jauh keadaannya dengan Ji hoon.
Seluruh pengawal yang ikut dengan mereka di tugaskan untuk berpencar mencari Jaejoong. Yunho bahkan telah naik ke atas punggung kudanya. Memacu hewan berkaki empat tersebut untuk mengitari perkampungan.
Napasnya menderu, memandang awas ke setiap arah dan celah. Ia memacu kudanya pelan-pelan, bertanya pada setia orang yang ia temui.
"Permisi, apakah Anda melihat seorang bocah yang tingginya kira-kira sebahuku? Rambutnya seperti jamur."
"Maaf, aku tidak ingat pernah melihatnya."
"Baiklah, terimakasih."
Yunho lalu bertanya pada yang lain. Hanya untuk mendapatkan jawaban yang sama. Tidak ada atau tidak lihat. Sebenarnya Yunho cukup bertanya dimana pangeran Kim tapi ini menjadi lebih sulit karena penduduk di desa ini tidak mungkin mengetahui wajah pangeran mereka.
"Sial! Sebenarnya kau pergi kemana, bocah?!"
"Ini sudah berapa lama? Kenapa Yunnie belum menemukan ku? Dia sebenarnya mencari ku tidak sih?!"
Jaejoong meluruskan kakinya, pegal setelah seharian duduk bersila di dalam kandang kuda entah milik siapa. Belum lagi kuda-kuda itu terus meringkik nyaring. Seolah berseru kepadanya agar segera pergi dari situ.
"Iya! Iya! Aku pergi sebentar lagi! Kumohon bersabarlah. Aku tidak punya tempat persembunyian selain di sini, tuan kuda."
Jaejoong membuat wajahnya semelas mungkin. Ia sendiri juga tidak betah bertahan di kandang lembab ini. Tapi mau bagaimana lagi, namja cantik itu hanya ingin Yunho memberi pelajaran pada Yunho.
Sayangnya ini sudah terlewat lama. Membuat namja cantik itu tidak tahan karena kuda-kuda di situ sudah mengusirnya sejak tadi. Makanya ia memutuskan pergi. Berkeliling di sekitar dengan pandangan linglung. Jaejoong bahkan tidak tahu dirinya sedang berada di mana.
Satu-satunya yang ia ingat hanya jalan bercabang menuju rumah orangtua Yunho. Dan disinilah dirinya sekarang. Memperhatikan cabang jalan tersebut dengan wajah murung.
"Cabang yang mana ya? Hiks kenapa aku sebodoh ini sih?" Ia merutuki kecerobohannya sendiri. Tahu begini, lebih baik ia bersembunyi di dalam wadah kimchi keluarga Jung saja.
Baru saja Jaejoong akan berlutut dan menangis di tengah dinginnya udara, suara hentakan kaki kuda menarik atensinya untuk menoleh ke belakang.
"Hiks hiks Yunnie hiks~"
Jaejoong benar-benar jatuh sekarang. Jatuh ke dalam dekapan hangat Yunho yang memeluknya erat setelah meloncat turun dari kuda.
"Hiks Yunnie maafkan aku~ aku bodoh dan ceroboh sekali," kalimat Jaejoong tersendat karena tangisnya.
Ia hanya berharap agar Yunho tidak marah dan membatalkan pernikahan mereka.
"Kau!"
Jaejoong tersentak saat nada tinggi Yunho menyapanya. Tangan mungilnya mengerat, mencengkram bagian belakang pakaian Yunho.
Tarikan napas kasar terdengar dari yang lebih tua.
"Teruslah menjadi bodoh dan ceroboh. Jangan berhenti, aku suka karena kau akan terus bergantung padaku. Seperti saat ini."
Mereka berdua tiba di rumah Yunho tak lama kemudian. Disambut perasaan lega tuan dan nyonya Jung serta para pekerja. Jaejoong tertawa canggung karenanya. Bocah menggemaskan itu berkali-kali minta maaf karena ulah nakalnya. Meski sebenarnya tidak ada satupun orang yang tega untuk marah pada namja cantik tersebut.
"Kalian duduklah dulu. Kalian pasti lapar dan kedinginan." Ucap nyonya Jung. Wanita tua itu berseru memanggil salah satu pelayan. Menyuruhnya membawakan sepoci teh hangat dan beberapa camilan.
"Umma tinggal dulu, ya. Masih ada rebusan daging yang harus eomma urus di dapur."
Jaejoong membalasnya dengan anggukan lucu. Ingin berbicara tapi bibirnya kelu.
Setelah umma Jung pergi, mereka benar-benar hanya berdua di ruangan itu. tanpa terlibat pembicaraan apapun sampai seorang pelayan datang dan meletakkan beberapa cemilan serta teh hangat.
Jaejoong meneguk tehnya dengan nikmat. Melalui ekor matanya, ia melirik Yunho yang tampak tidak fokus. Namja tampan itu terlihat gelisah sejak tadi.
"Apa ada yang mengganggumu?" tanya Jaejoong.
Suaranya tidak terlalu jelas karena ia bertanya dengan mulut penuh makanan manis. Yunho tersenyum kecil karena menurutnya itu lucu.
"Aku sedang memikirkan pernikahan kita."
"Eung Yunnie~ Membicarakannya membuat malu."
Pipi Jaejoong yang merona karena dingin kini semakin memerah. Ia salah tingkah, menatap ke mana saja asal bukan pada sosok yang sedang menatap intens padanya itu.
"Kau membuatku candu. Bagaimana kalau aku nanti harus berpergian jauh? Aku pasti rindu," Yunho membiarkan suara beratnya terdengar samar saja oleh Jaejoong.
"Jangan rindu. Berat. Kau tak akan kuat. Aku juga~"
-TBC-
Sejak kapan Dilan jadi uke, Joongie?
Banyak typo, maapkeun~
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GENERAL AND HIS CUTE PRINCE [YunJae]
FanfictionA YunJae FanFiction Warn : Yaoi, boyxboy, boyslove Jung Yunho, Jenderal Perang kebanggan Joseon tidak pernah tahu kalau seorang Pangeran bisa menjadi begitu kekanakan sampai ia bertemu Kim Jaejoong. Pangeran manja, cengeng dan kelewat centil yang...