Derap kaki kuda menghentak tepat setelah matahari terbenam. Pasukan kerajaan Joseon yang dipimpin tiga jendral besarnya memulai perjalanan mereka untuk melawan pasukan musuh. Perjalanan mereka bisa dikatakan cukup jauh, tapi bagi sebuah ancaman, itu adalah jarak yang dekat.
Yunho menarik tali kekang kuda kesayangannya. Membuat kuda hitam tersebut menderik nyaring memenuhi malam. Diikuti ratusan kuda lainnya. Mereka semua bersiaga, waspada terhadap serangan tiba-tiba yang bisa datang kapan saja.
Jendral Ok memberikan isyarat untuk senyap. Mewanti-wanti pasukannya agar tidak menimbulkan suara apapun. Mereka bahkan tidak bergerak. Ranting tanaman yang patah menjadi penyebab mereka diam. Karena hal itu menunjukkan wilayah tersebut telah dilintasi oleh orang lain sebelum mereka.
“Ada banyak jebakan,” Yoochun berbisik. Menunjuk beberapa sulur tanaman yang ternyata telah dirakit sedemikian rupa dan diberi racun hingga menjadi senjata efektif.
Mereka semua turun dari kudanya masing-masing. Dengan obor di punggung yang menjadi sumber pencahayaan, seluruhnya berjalan tanpa derap. Sementara kuda-kuda mereka dibiarkan ditempatnya dengan mulut dililit kain agar tidak memakan tumbuhan berbahaya. Tentu saja, tidak ada yang menginginkan kuda kesayangannya mati.
Wush!
“Hhh!”
Yunho melebarkan mata musangnya. Berusaha untuk tetap tenang setelah seutas tali dengan pisau beracun di ujungnya nyaris menggores tubuh Taecyon karena namja itu tidak sengaja menginjak pemberatnya.
Wilayah itu menjadi tempat yang sangat berbahaya. Ratusan ranjau dan jebakan bisa berada dimanapun. Untungnya, pasukan Joseon sudah terbiasa berada dalam kondisi seperti ini. Mereka yang dilatih dengan baik tentunya akan mampu bertahan.
“Disana!”
Perang yang sesungguhnya telah di mulai.
Kim Jaejoong sudah sangat lelah. Matanya sayu karena mengantuk. Pakaian mereh mudanya bahkan sudah kusut karena tingkahnya yang tidak bisa tenang. Sekarang ia sedang mengikuti pelajaran sastra, pelajaran yang selalu berhasil membuat Jaejoong menguap lebih lebar daripada kudanil.
“Pangeran Joongie cantik, ayo jangan menguap terus,” Kwon Boa menepuk ringan pundak Jaejoong. Menyadarkan sang pangeran yang sudah hendak jatuh tertidur.
“Joongie sangat mengantuk,” rengek Jaejoong. Jari telunjuknya membentuk garis abstrak di buku pelajarannya yang tebal.
Yeoja berwajah cantik yang menjadi gurunya kali ini hanya tertawa kecil. Sudah sangat terbiasa menghadapi tingkah pangeran mereka.
“Bagaimana kalau kita membuat puisi saja? Agar Pangeran Joongie tidak mengantuk,” saran Boa.
Jaejoong mendesis sebal, ‘Ugh aku hanya ingin istirahat!’ pikirnya.
“Ya, baiklah.”
Jaejoong setuju, lebih baik membuat puisi dari pada mendengarkan guru cantiknya ‘bercerita’ sepanjang pelajaran.
Kelas belajar khusus sang pangeran, berakhir tepat sebelum makan malam.
“Yak! Kau sudah dengar belum?”
Shim Changmin muncul dari balik pintu kamar Jaejoong. Remaja tampan tersebut datang bersama Kyuhyun.
Kepala Jaejoong miring ke kanan, “Mendengar apa?”
“Ck!” Changmin berdecak, melipat tangannya ke depan dada. Namja itu mengambil duduk di kursi rias Jaejoong. Sementara Kyuhyun berdiri tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GENERAL AND HIS CUTE PRINCE [YunJae]
FanfictionA YunJae FanFiction Warn : Yaoi, boyxboy, boyslove Jung Yunho, Jenderal Perang kebanggan Joseon tidak pernah tahu kalau seorang Pangeran bisa menjadi begitu kekanakan sampai ia bertemu Kim Jaejoong. Pangeran manja, cengeng dan kelewat centil yang...