Chap 10

1.8K 154 7
                                    

#Youngjae pov

Pagi ini Jaebum berjanji akan menjemputku. Sudah sekitar 10 menit yang lalu aku menunggu tapi pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Entah ini karena aku yang terlalu rajin bersiap-siap atau Jaebum yang memang terlalu mengulur waktu. Aku terduduk di sofa ruang tamu sembari mengetuk-ngetuk kecil sebuah kotak makan di pangkuanku.

Drttt

ImJaebum
Di depan rumah

Read 07:45

Dengan langkah yang bisa dibilang tidak pelan, aku segera membuka pintu dan benar saja, Jaebum sudah berdiri didepan mobilnya sambil tangannya melambai kearahku. Aku melempar senyum kearah Jaebum.
"Maaf membuatmu menunggu."
Itulah kalimat yang Jaebum ucapkan pertama kali saat aku menghampirinya.
Aku hanya mengangguk tanpa menghilangkan senyum dari mulutku.
"Jaebum-ah?"
"Ya?"
"Kau sudah sarapan?"
"Kau harus tahu satu hal kalau aku ini tidak pernah sarapan, Jae." Jaebum terkekeh sambil mengacak rambutku.
"Ini untukmu." Aku menyodorkan sebuah kotak makan berwarna hijau muda kearah Jaebum. Ya, aku memang sengaja bangun pagi buta hanya untuk membuatkan Omourice untuk Jaebum.
"Hm?" Kedua alis Jaebum bertaut satu sama lain.
"Anggap saja sebagai ucapan terimakasih karena kau telah mengerti bagaimana keadaanku."
"Kau ini terlalu berlebihan. Tapi, karna kau memaksa aku akan menerimanya."
"Hey! Aku tidak memaksamu." Tanganku terulur dan menepuk pundak Jaebum.
"Bercanda." Jaebum tersenyum penuh kemenangan.
.
.
.
Tak butuh waktu lama, aku dan Jaebum sudah sampai disekolah. Setelah mengucapkan terimakasih dan Jaebum pamit menuju kelasnya akupun ikut masuk kedalam kelasku sendiri. Disana sudah lumayan ramai. Dan tunggu... apa aku tidak salah lihat? Jinyoung sudah terduduk dibangkunya dengan kedua tangan yang melipat didepan dada.
"Jinyoung-ah? Kau kesambet apa huh? Tumben sekali kau datang lebih cepat dariku." Aku terkekeh seraya meletakkan tasku dan duduk disamping Jinyoung.
"Youngjae." Jinyoung menoleh kearahku. Nada bicaranya terdengar serius. Tangannya membenarkan posisi kacamata yang sedikit merosot dari hidung mancungnya.
"Ya?"
"Apa saja yang sudah Jaebum lakukan padamu?"
Tubuhku menegang. Aku paham, sangat paham kalau Jinyoung memang punya naluri seorang ibu. Ia selalu saja mengkhawatirkanku dan selalu ingin tahu apa yang sudah terjadi padaku. Tapi aku belum pernah melihat ia sefrontal ini.
"M-maksudmu?"
"Kau bilang baik-baik saja, tapi nyatanya tidak kan?"
"Hey.. ayolah, Nyoung. Tepis saja pikiran burukmu itu. Aku baik-baik saja." Aku tersenyum kikuk kearah Jinyoung yang memasang tatapan mengintimidasi.
"Bagaimana aku bisa percaya apa yang kau ucapkan, Jae? Hah... baiklah. Kau itu memang sahabatku, tapi aku yakin kau sedang menutupi sesuatu. Jae, aku hanya khawatir... kau mengerti kan bagaimana perasaanku? Ah, maksudku Jaebum itu kan mesum, aku sama sekali tak bisa berhenti memikirkanmu semalam. Apalagi saat pagi itu, kau mendesah-err sudahlah... aku mendengar semuanya, Jae." Jinyoung mengacak rambutnya frustasi. Jujur saja hati kecilku menyimpan perasaan bersalah pada Jinyoung. Tapi, kalaupun Jaebum melakukan hal yang tidak-tidak padaku, bukankah semua itu sama saja? Toh memang dari awal Jaebum sudah berhasil menerobosnya.
"Maaf, Nyoung... aku hanya-"
"Kau harus menolak, Jae."
"Kau hanya tidak tahu bagaimana rasanya, Nyoung. Aku- tubuhku kaku, aku benar-benar tidak bisa berbuat banyak."
Aku menunduk. "Entah mengapa aku merasa tidak ingin menolaknya, Nyoung." Lanjutku.
"Youngjae-ah? Kau... tidak benar-benar menyukai Jaebum, kan?" Jinyoung menangkup kedua pipiku. Membuat tatapan kami kembali bertemu.
Aku diam.
Bukan, bukan karna tidak ingin menjawab pertanyaan Jinyoung.
Aku masih bimbang, seingatku semalam aku menyatakan perasaan pada Jaebum tapi entah mengapa aku masih meragukan ucapanku sendiri. Sesungguhnya aku masih tidak bisa menyakinkan perasaanku pada Jaebum. Yah, memang dulu aku pernah menjadi fans rahasianya tapi, ingat! Itu dulu!
Jaebum-ah aku baru pertama kali merasakan perasaan yang seperti ini, dan ini karena kau. Iya, lelaki brengsek yang aku temui di Club malam.
Aku membencimu, tapi tidak sepenuhnya. Tentu saja tidak sepenuhnya, karna akhir-akhir ini aku merasa ada suatu perasaan yang masuk kedalam hatiku tanpa permisi. Semacam perasaan tidak ingin kehilangan dan ingin memiliki, mungkin?
"Kau harus mengatakan semuanya, Youngjae." Suara Jinyoung kembali menyadarkanku.
"Mengatakan apa?"
"Mengatakan kalau kau mencintai Jaebum, lah."
Kedua mataku membulat. Hey... yang benar saja? Walaupun semalam aku sudah sedikit mengatakannya tapi, tetap saja aku belum sepenuhnya bilang kan kalau aku mencintainya?
"Hubungan kalian harus diperjelas. Kalau tidak, kalian tetap saja terlihat seperti tuan muda yang haus sex dan kau budak yang siap melayani tuanmu kapan saja."

I Just Want a 'Y'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang