*flashback on
#Youngjae pov
Kalian pernah merasakan bagaimana rasanya diawasi oleh seseorang?
Jika iya, bagaimana rasanya? Risih? Sebal? Tidak suka? Atau justru kalian menganggap itu hal yang menyenangkan mungkin? Entahlah, aku selalu dibuat bertanya-tanya dengan sikap Jaebum padaku. Bahkan ia benar-benar menepati ucapannya untuk ikut denganku dan Yugyeom ke ruang musik.
Kau mau tahu bagaimana sosok Im Jaebum dimataku?
Plis, ia hanya lelaki brengsek yang mengambil keperjakaanku. Ia hanya lelaki yang tak tahu malu dan mengerikan. Ia hanya lelaki pecandu sex. Ia hanya lelaki bertopeng yang menutupi semua keburukannya melalui wajah tampan, prestasi dan sikapnya yang sopan.
Jujur saja, aku termasuk orang yang sangat ingin menjadi teman baik Jaebum. Aku pun juga pernah menjadi penggemar rahasianya. Tapi setelah kejadian sial di cafe itu, aku benar-benar berpikir seribu kali tentang kelakuannya yang ternyata sangat berbeda dengan yang terlihat disekolah.
Jaebum adalah pria yang paling populer dikalangan wanita-wanita. Mulai dari wanita highclass sampai wanita yang biasa saja. Aku sering mendengar Jaebum dibicarakan oleh wanita-wanita dikelasku. Itu lah mengapa nama Im Jaebum sudah tak asing lagi ditelingaku. By the way, ada apa denganku? Mengapa aku asik menceritakan tentang pria itu? Aish!o0o
Belajar dikelas dengan Jaebum yang duduk dibelakangku sama sekali bukan hal yang dapat dibanggakan. Setelah istirahat usai, aku memaksa Jaebum untuk segera kembali dan mengikuti pelajarannya dikelasnya, tapi apa daya. Jaebum bersikeras untuk tetap berada dikelasku sampai waktu pulang tiba. Aku mendengus sebal. Iya sebal. Tentu saja, Jaebum itu anak yang keras kepala. Ia selalu punya cara agar mendapatkan apa yang dia inginkan.
Ditengah pelajaran Matematika, handphone ku bergetar, menandakan adanya panggilan masuk yang ternyata dari seseorang yang sangat aku kenali.
Ayah meneleponku?
Tanpa basa basi, aku segera bangkit dari kursiku dan mengendap-endap untuk keluar kelas melalui pintu belakang.
"Kabur?" Tangan Jaebum berhasil mencengkram lenganku.
"Bukan urusanmu!"
"Semua yang menjadi urusanmu, adalah urusanku juga."
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan."
"Ada panggilan dari Ayahmu kan? Pergilah, Youngjae. Tugas matematika mu akan aku selesaikan." Jaebum tersenyum manis, tangannya mengusap lembut surai coklat milik Youngjae.
"Tapi-"
"Jangan buang-buang waktumu, Youngjae. Pergilah."Begitulah Jaebum.
Terkadang bagaikan malaikat untukku.
"Tapi, kau harus membayar pertolonganku ini." Jaebum menyungging senyum kirinya.
"Apa?"
"Dengan bibirmu."Tidak.
Jaebum sama sekali bukan seperti sosok malaikat untukku.
Ia mengerikan!
.
.
.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke toilet sebagai tempat yang aman untuk berkomunikasi dengan Ayahku disebrang sana.
"Halo, Ayah?"
"Yak! Kenapa lama sekali Youngjae!?"
"Maafkan aku, Ayah. Tadi aku sedang dalam pelajaran."
"Ah, peduli apa aku?"
"B-baiklah. Ada apa kau meneleponku?"
"Ayah hanya ingin memberitahu, dalam waktu dekat ini Ayah akan pulang ke Seoul."
"Benarkah? Apa kau akan mengajak Mama juga?"
"Begini Youngjae... Ayah minta maaf."
"Ayah? K-kau tidak sedang bertengkar dengan Mama kan?"
"Maafkan aku Youngjae. Tapi, aku benar-benar tidak tahan dengan sikap Mama mu."
"Kenapa Ayah? Apa karena lelaki yang menjabat sebagai sekretaris Mama? Ayolah... kumohon kau jangan salah paham lagi. Hiks aku hiks... aku percaya Mama tidak akan melakukannya." Tanpa sadar ribuan air mata sudah menciptakan jalur pelayaran dikedua pipi Youngjae.
"Kau tidak mengerti apa-apa soal ini, Jae-ah."
"Bagaimana mungkin aku tidak mengerti, huh!? Aku ini anak kalian! Hiks... hiks..."
"Youngjae, kumohon mengertilah-"
"Aku sudah cukup dewasa untuk mengerti hal-hal seperti ini. Aku juga ingin punya keluarga yang harmonis! Kumohon Ayah, bawa Mama pulang.... hiks aku sangat merindukan kalian berdua. Hiks..."
"Aku tidak bisa, Youngjae. Lagi pula waktu cuti ku tidak banyak."
"Ayah-hiks..."
"Tenangkanlah pikiranmu, Sayang. Ayah mencintaimu."
Dan lagi-lagi aku merasakan sakit didalam hatiku dari seseorang yang seharusnya mengayomi dan menjagaku. Sejujurnya aku lelah dengan pertengkaran mereka. Terlebih lagi dengan Ayah yang selalu salah paham dan tak bisa berpikir jernih. Aku benar-benar merindukan masa-masa kecilku. Masa dimana tak ada air mata dan rasa sakit.
Keadaanku benar-benar kacau sekarang, jadi aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pelajaran dikelas. Aku berpikir sejenak mencari tempat yang cocok untuk menenangkan pikiranku.
Tempat yang tenang, nyaman, aman dan jauh dari kebisingan orang-orang.
Ya, perpustakaan!
Tanpa pikir panjang lagi aku segera melangkah menuju perpustakaan dengan sisa rasa sakit yang masih membekas dihatiku.
![](https://img.wattpad.com/cover/106178709-288-k294319.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want a 'Y'
FanfictionPs : ini judul terinspirasi dari lagunya got7-Q :v Warning!!! Fanfiction 17+ YAOI Don't like? Just leave:) . . . Happy reading😄😄😄