Jaebum dan Youngjae berjalan berdampingan disebuah koridor sekolah yang sekarang terlihat sangat sepi. Jaebum dan Youngjae diam dalam dunia nya masing-masing. Youngjae tak ingin membuka pembicaraan karna ia masih belum bisa menahan malunya mengingat perkataan Jaebum saat di gudang tadi. Seakan mengerti bagaimana perasaan Youngjae, Jaebum disampingnya juga tak berniat untuk membuka pembicaraan diantara mereka. Jaebum hanya khawatir Youngjae tak senang jika kejadian itu diungkit kembali. Youngjae memicingkan matanya untuk melihat kearah Jaebum dan entah sejak kapan Youngjae merasakan wajahnya begitu panas. Jaebum dengan keren menelusupkan kedua tangan kedalam kantung celananya. Kemudian Youngjae memperhatikan Jaebum dari ujung rambut hingga ujung kaki. Youngjae mengangguk-anggukan kepalanya. Ia tertegun dengan cara berpakaian Jaebum. Benar-benar rapih dan tentu saja sangat berbeda dari dirinya. Jaebum tidak meninggalkan satupun atribut dari seragamnya yang wajib ia pakai setiap kesekolah.
"Dasar murid teladan!" Youngjae menggerakkan mulutnya tanpa suara.
"Youngjae?" Jaebum memanggil Youngjae tanpa menoleh sedikit pun kearahnya. Sungguh Youngjae salah tingkah ketika namanya dipanggil tiba-tiba oleh pria yang beberapa menit lalu berjanji akan mendapatkannya.
"Ya?"
"Berhentilah mengagumiku seperti itu." Tangan Jaebum mengacak surai coklat milik Youngjae.
"Ti...tidak kok." Youngjae menyingkirkan tangan Jaebum dari kepalanya.
"Aku tipe orang yang mudah peka jika sedang diperhatikan." Jaebum menoleh dan tersenyum kearahnya. Youngjae bersumpah ia akan menuntut Jaebum jika jantungnya benar-benar lepas dari tempatnya.
"A-apa? Aku tidak memperhatikanmu." Youngjae mengalihkan pandangannya kesembarang tempat. Dan untuk kesekian kali ia kembali merasakan panas pada wajahnya.
"Wajahmu merah, Youngjae." Ucap Jaebum yang akhirnya mendapat pukulan ringan pada lengannya. Ya, si pelaku adalah Youngjae. Bukannya meringis, Jaebum malah berusaha tidak melepaskan tawanya saat itu juga.
"So cute." Jaebum mencolek dagu pria disampingnya.
"Bahkan semua orang sudah tahu itu." Youngjae menggembungkan kedua pipinya didepan Jaebum untuk pertama kalinya.
"Oh God! Terimakasih karna telah menciptakan pria semanis ini." Jaebum mencubit kedua pipi Youngjae.
"Yak! Yak! Aku tidak mengizinkanmu untuk mencubitnya tahu!"
"Kau memancingku Youngjae." Jaebum semakin gemas dengan pipi Youngjae.
"Jaebum-ah sakit!" Youngjae berusaha menarik tangan Jaebum untuk menjauh dari pipinya.
"Tidak akan kulepaskan." Jaebum tertawa melihat tingkah Youngjae yang entah mengapa semakin menggemaskan dimatanya.
"Jaebum!"
"Youngjae~"
"Kau-"
"Youngjae hyung?" Suara itu membuat Jaebum menyudahi aktivitas mari mengagumi pipi gembul milik Choi Youngjae.
"Ah! Yugyeom?" Youngjae menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Seorang pria berkacamata, berambut hitam pekat dengan model mangkuk terbalik bernama Yugyeom tengah berdiri didepan mereka.
"Hanya Youngjae yang kau sapa?" Jaebum melipat kedua tangannya didepan dada.
"Ah. Maafkan aku hyung, hehehe." Yugyeom nyengir kuda.
"Apa yang kau lakukan disini Gyeom?" Tanya Youngjae.
"Aku ingin ke toilet hyung. Ah iya, kebetulan sekali aku bertemu denganmu disini. Tadi Jinyoung hyung mencarimu." Jelas Yugyeom.
"Aish!" Youngjae terkekeh mendengarnya. Jinyoung tetaplah Jinyoung. Youngjae paham betul kalau sahabatnya terlalu over terhadapnya.
"Satu lagi hyung. Nanti sepulang sekolah, temui aku diruang musik ya?"
"Hm? Bukankah hari ini ekskul musik libur?"
"Iya aku tahu hyung. Tapi, aku ingin memintamu untuk mengajariku bermain piano."
"Hey Yugyeom! Aku tidak sepandai yang kau pikirkan, eoh."
"Kau berbohong hyung. Ah ayolah! Aku juga ingin menjadi pianis, sepertimu." Yugyeom membentuk tanda permohonan dengan kedua telapak tangannya.
"Kenapa tidak cari guru pembimbing saja sih?" Suara Jaebum terdengar tidak mengenakan. Sesungguhnya Jaebum memendam rasa kagum yang luar biasa terhadap Youngjae, ia baru tahu kalau pria itu pandai mengoperasikan piano.
"Ya... menurutku itu terlalu makan waktu hyung."
"Jangan modusi calon pacarku, Yugyeom." Kini Jaebum menatap Yugyeom tepat pada matanya.
Dan tak lama dari itu, Jaebum meringis kesakitan karna merasakan nyeri ditangannya. Itu ulah Youngjae yang mencubit kuat tangan Jaebum.
"Kondisikan mulutmu." Youngjae berbisik sepelan mungkin agar Yugyeom tidak ikut mendengarnya.
"Oh? Eh, aku tidak modus hyung. Kau tenang saja." Yugyeom menepuk pundak Jaebum.
"Baiklah Gyeom, aku akan mengajarimu." Youngjae tersenyum tulus kearah Yugyeom.
"Youngjae! Kau-"
"Benarkah hyung?" Yugyeom sesegera mungkin memotong ucapan Jaebum.
"Tentu saja."
"Aku ikut!" Jaebum merengkuh tubuh Youngjae dan membawa tubuh itu kedalam pelukannya.
"Jaeb-"
"Aku tidak menerima penolakan, Sayang." Jaebum mengecup pucuk kepala Youngjae dan membawanya pergi dari hadapan Yugyeom.
"Aku menunggumu hyung!" Yugyeom bergumam pada hatinya yang saat ini merasakan sakit lumayan dalam.
.
.
.
Setelah melewati perdebatan hebat, akhirnya Youngjae mengalah untuk menuruti kemauan Jaebum yang ingin mengantarnya masuk kedalam kelas. Sekarang mereka telah sampai didepan kelas Youngjae dan perlahan tangan Jaebum terulur untuk mengentuk pintu.
"Maaf aku memotong jam belajarmu, Guru Lim. Aku ingin mengantarkan Youngjae. Dia terlambat dan sekarang baru bisa mengikuti pelajarannya." Jaebum membungkuk 90 derajat di depan kelas. Semua murid termasuk Jinyoung tercengang melihat aksi Jaebum yang terbilang cukup romantis. "Tolong jangan marahi Youngjae." Jaebum tersenyum kearah Guru Lim.
"Ah. Baiklah kalau begitu, silahkan duduk Youngjae."
"Terimakasih." Youngjae tersenyum kikuk dan mulai melangkahkan kaki menuju tempat duduknya.
"Guru Lim."
"Apa ada lagi Im Jaebum?"
"Aku melupakan satu hal. Apakah aku boleh bergabung di jam pelajaranmu? Aku ingin menemani Youngjae. Kau tahu? Sebenarnya Youngjae dalam keadaan tidak vit." Tentu saja itu hanya akal-akalan Jaebum agar ia bisa menemani Youngjae belajar dikelasnya. Youngjae saling bertukar pandang dengan Jinyoung.
Pria itu baru ingat dengan ucapan Jackson.
'Youngjae dalam keadaan tidak vit.' Ucapan ambigu yang dilontarkan Jaebum membuat pikiran Jinyoung melayang entah kemana. Jinyoung mengira Youngjae tidak vit karna terlalu kelelahan menuruti nafsu Jaebum.
"Duduklah jika kau mau." Itu suara dari Guru Lim. Ayolah, Jaebum adalah anak pemilik yayasan sekolah mereka. Jadi tak heran kalau guru-guru disana dengan begitu mudahnya menuruti kemauan Jaebum.
"Terimakasih banyak, Guru Lim." Jaebum tak henti-hentinya tersenyum kemudian menarik kursi dan duduk dibelakang Youngjae.
"Aku membencimu Jaebum!" Youngjae menoleh kebelakang dan mengacungkan jari tengahnya tepat didepan wajah Jaebum.
"Aku juga mencintaimu Youngjae." Jaebum membentuk love sign yang ia buat dengan ibu jari dan telunjuknya. Youngjae langsung diam dengan kelakuan Jaebum yang memang sulit untuk ditebak.
.
.
.
Bel istirahat pun berbunyi. Jaebum mengajak Youngjae serta Jinyoung untuk pergi kekantin dan menemui teman-temannya.
"Wassup bro!" Suara Jaebum menyapa indera pendengaran Yugyeom, Jackson, Mark, dan BamBam.
"Hey! Kemana saja kau?" Tanya Mark.
"Menemani Youngjae belajar dikelasnya." Jawab Jaebum seraya merangkul tubuh mungil Youngjae.
"Nekat." -Mark.
"Nekat." -BamBam.
"Nekat." -Yugyeom.
"Nekat." -Jackson.
"Dasar nekat!" -Jinyoung.
"Aish!" Jaebum menggerutu sebal sedangkan Youngjae hanya menahan tawanya.
"Park Jinyoung?" Sapa Jackson seraya menghampirinya.
"Oh? Kau Jackson Wang kan?" Sepertinya Jinyoung memang baru menyadari bahwa disana ada Jackson.
"Iya. Aku Jackson. Perkenalkan, mereka adalah teman-temanku. Yang bule itu namanya Mark, yang duduk disebelahnya itu BamBam, dan bocah berambut mangkuk itu Yugyeom."
"Hai hyung!"
"Senang bertemu denganmu, Hyung." BamBam dan Yugyeom menyambut hangat kehadiran Jinyoung.
"Senang bertemu kalian juga." Jinyoung bow 90 derajat dihadapan mereka.
"Baiklah baiklah. Kalau begitu aku ingin meminta waktu kalian sebentar." Suara Mark mengintrupsi mereka. "Minggu depan adalah hari jadiku dengan BamBam. Aku dan BamBam sudah membuat planning ingin mengajak kalian menginap di villa orang tuaku. Ya, anggap saja untuk memperingati hari jadi kami."
"Wow!" -Yugyeom.
"Aku dan Youngjae pasti datang." -Jaebum.
"Aku akan mengajak Jinyoung untuk datang." -Jackson.
"Terimakasih bro. Aku dan BamBam akan menunggu kalian semua." Mark menarik BamBam dan mengecup sekilas bibir menggemaskan itu.
"Hey! Jangan lakukan didepan kami." Dia Jackson, yang selalu protes dengan hal-hal romantis.
.
.
.
Hujan turun mengguyur kota Seoul di malam itu sekitar pukul 20:03 KST. Jaebum bersender pada rak buku didalam perpustakaan sekolahnya. Tangannya sibuk membolak balik lembaran buku dengan tema kedokteran. Jaebum memang sangat minat dengan pekerjaan mulia itu, dan ia sudah membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang dokter handal di Negara nya.
Sebenarnya tujuan Jaebum tetap tinggal di perpustakaan pada malam hari tidak sepenuhnya untuk membaca buku. Jaebum hanya ingin menemani Youngjae yang masih terlelap disana. Entah mengapa ia sama sekali tidak punya keberanian untuk membangunkan pria manis itu. Jangan lupakan juga memori handphone Jaebum yang sudah terpenuhi oleh photo Youngjae yang sedang tertidur.j
Jaebum mendekati Youngjae dan duduk disamping nya. Jaebum meletakkan kepalanya diatas meja dan menatap penuh kearah Youngjae.
"Kau tahu? Aku suka semua yang ada pada dirimu, Youngjae." Tak sadar, Jaebum tersenyum ketika mengucapkan itu.
"Aku bingung Youngjae, kau selalu saja menghantui pikiranku. Aku merasa selalu merindukanmu bahkan ketika kau ada dihadapanku seperti sekarang." Jaebum mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Youngjae.
Lima detik berlalu, Jaebum masih memejamkan matanya dan belum melepaskan tautan bibirnya pada bibir Youngjae membuat si tukang tidur risih dan perlahan mengerjapkan kedua matanya.
Pandangan Youngjae yang semula kabur menjadi sangat jelas. Ia membulatkan matanya begitu tahu bahwa orang yang berhasil mengganggu tidurnya adalah Im Jaebum. Sedangkan si pelaku juga tak kalah terkejutnya ketika ia membuka mata dan melihat Youngjae yang sudah terbangun. Jaebum langsung menjauh dan melepaskan ciuman itu tapi Youngjae kembali menarik tengkuk Jaebum. Youngjae mengecup singkat bibir Jaebum dan sukses membuat wajah Jaebum merah padam.
"Apa yang kau lakukan disini Jaebum?" Tanya Youngjae.
"Hm? Anu... Aku hanya menemanimu. Sekarang sudah malam Youngjae."
"Benarkah!? Kenapa kau tidak membangunkanku? Aish! Tasku masih tertinggal di-"
"Itu tasmu." Jaebum memotong ucapan Youngjae dan menunjuk bangku kosong didepan Youngjae dan benar saja tas nya sudah duduk rapi disana.
"Terimakasih Jaebum. Tapi-"
"Aku akan mengantarmu pulang." Jaebum memotong ucapan Youngjae untuk kedua kalinya.
"Tidak. Aku-"
"Diluar sana hujan. Tak ada pilihan lagi selain menurutiku."
Youngjae berpikir sejenak.
"Aku akan mengantarmu sampai dirumah. Jangan khawatir." Jaebum mengusap punggung tangan Youngjae.
"B-baiklah."Ini pertama kalinya bagi Youngjae masuk kedalam mobil Jaebum. Perasaannya gugup, berdua dengan seorang Im Jaebum didalam mobil saat hujan dimalam hari tentu bukan hal yang bisa dibayangkan sebelumnya. Sepanjang perjalanan Youngjae memilih untuk mengunci mulutnya. Sesekali ia menjadi pendengar setia suara Jaebum yang sampai saat ini masih melantunkan sebuah lagu barat ber genre romance.
Tak butuh waktu lama mereka pun telah sampai didepan pagar rumah Youngjae. Rumah bertingkat dua yang cukup mewah dengan cat warna putih.
"Ini rumahmu?" Bukan ingin sok bodoh atau tidak tahu apa-apa. Jaebum hanya dibuat bertanya-tanya oleh suasana rumah Youngjae yang bisa dibilang seperti rumah tak berpenghuni.
"Jangan heran. Rumahku memang tidak pernah ramai." Jawab Youngjae yang seolah peka dengan apa yang Jaebum pikirkan.
"Orang tuamu terlalu sibuk kah?" Tanya Jaebum dan Youngjae tidak merespon pertanyaan itu. "Maaf Youngjae. Aku tidak bermaksud-"
"Tidak masalah." Youngjae sudah terlebih dulu memotong ucapan Jaebum.
"Kalau begitu, biarkan aku menetap semalaman dirumahmu." Ucap Jaebum dengan perasaan tanpa dosa.
"Tidak! Kau harus pulang sekarang Jaebum."
"Aku hanya ingin menjagamu, Youngjae. Lagi pula besok hari minggu kan? Jadi kurasa tanpa izin dari orang tuaku pun aku sudah dibolehkan untuk menginap dirumahmu."
"Pokoknya tidak boleh!"
"Ayolah Youngjae~ ini sudah terlalu malam. Aku juga sudah mengantuk. Kau mau aku kecelakaan karna tak fokus saat menyetir huh?"
"Aish! Kenapa kau keras kepala sekali sih!?" Youngjae mengacak rambutnya frustasi. Sedangkan Jaebum hanya tertawa bangga atas kemenangannya.
"Terimakasih, Tuan Choi." Jaebum mencubit pelan kedua pipi Youngjae.
Tbc😘😘😘😘😘
Mungkin ini update-an terakhir aku sebelum ukk yah :3 tapi entah, kalau ada waktu senggang pasti aku update kok😂 maaf kalau akhir" ini aku terlalu lama update hiks.
Aku cuma berharap kalian semakin suka dan semakin ngasih respon yang baik-baik hhehehehehe
Tolong tinggalkan jejak. Oke?🙏Btw sebentar lagi puasa yah? Aku minta maaf lahir batin kalau aku punya salah sama kalian semua hehehehe🙏🙏🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want a 'Y'
Fiksi PenggemarPs : ini judul terinspirasi dari lagunya got7-Q :v Warning!!! Fanfiction 17+ YAOI Don't like? Just leave:) . . . Happy reading😄😄😄