Known. (1)

501 15 1
                                    

Mata biru pemilik seorang gadis cantik berambut panjang bergelombang warna coklat itu menyelusuri koridor gedung gagah berwarna merah dan putih itu.
Vanessa Azavalen Cole, pemilik mata berwarna biru itu pun berhenti ketika Vanessa merasakan tangan kecil rapuh yang menarik rok nya pelan. Dengan cemberut Vanessa  pun melihat siapa yang berani-berani nya menggangu kegiatannya mencari ayahnya.

Vanessa mendapati anak laki-laki yang menatap nya dengan kesal.
Beberapa detik, hanya beberapa detik Vanessa terpesona dengan mata cantik milik anak itu sebelum anak laki-laki itu kembali membuat Vanessa gerang dengan ucapan-nya.

Pipi chubby anak kecil itu menggembung keras. "Kakak ngapain disini? Ini kan tempat anak-anak, kakak kan orang dewasa! Kata ibu dokter tidak ada orang dewasa yang boleh masuk kesini kecuali anak kecil dan ibu dokter nya sendiri." katanya sedikit tidak suka.

Dewasa katanya?!

Muka cantik nya ini sungguh tidak keliatan dewasa sama sekali, dia tau itu. "Nama kamu siapa?" tanya Vanessa yang sudah jongkok mensejajarkan tubuh badannya.

Anak lelaki itu menaikkan alisnya. "Nanti kalau kakak tau kakak pasti mau culik aku. Aku belum mau diculik, kakak culik aku nanti aja, pas ibu dokter nya mau suntik aku. Okey?" katanya sedikit menuduh dan menawar.

Ucapan polos itu pun membangkit kan perasaan gemas yang sedari tadi Vanessa tahan, dengan semangat Vanessa mencubit pipi milik anak laki-laki dan berkata "kamu lucu banget sih, kakak ga bakalan culik kamu kok, lagian masa culik pakai dijadwal segala. Jadi, nama kamu siapa?" ulang nya kembali.

Anak laki-laki itu berpikir keras dengan dagu ditangannya, mulut yang dimonyongkan dan mata yang melirik keatas, dan dengan ragu anak kecil itu pun mengulurkan tangannya. "Nama aku Ken. Kakak cantik deh. Jadi pacar Ken ya?" ucapnya dengan mata berbinar-binar.

Vanessa pun tergelak. Tau apa anak seumuran Kententang pacaran? anak jaman sekarang terlalu aneh. "Vanessa, nama kakak Vanessa. Kamu masih kecil, gaboleh pacaran dulu, okey?" Kata Vanessa bermaksud menasehati.

Teringat akan tujuan awalnya, Vanessa menepuk jidat nya dengan kencang membuat Ken menatap nya dengan aneh. "Mampus, daddy pasti nungguin. Kakak pergi dulu ya, nanti kapan-kapan kakak kesini lagi, nanti kakak izin sama ibu dokter nya deh kalau mau kesini. See you next time, Ken."

Ken menatap Vanessa tidak mengerti yang sekarang sudah menjauhinya menyelusuri koridor dengan cepat dan menghilang dari koridor rumah sakit.

Dengan nafas yang memburu akhir nya Vanessa pun sampai didepan pintu dengan nama yang tertera 'Dr Michael Cole.'
Belum sempat Vanessa mengatur nafasnya, pintu yang ditatapnya pun terbuka lebar dengan seorang laki-laki tua yang menatapnya datar dan juga khawatir.

"Mau sampai kapan dad menasehati kamu? Jangan lari-lari, daddy tau kamu bakalan terlambat, lain kali jangan lari-lari kayak gini lagi. Dad lebih baik melihat kamu datang terlambat dengan keadaan yang baik daripada kamu datang cepat dalam keadaan nafas seperti itu!" geram Michael sambil menuntut putrinya masuk keruangannya.

Cengiran lah yang didapati Dr.Cole ketika kembali melihat wajah putri nya yang sudah tidak terlalu merah itu. "Maaf dad."

Tatapan Michael meneduh sedih. "Kenapa kamu lari? Tidak pakai lift lagi?" tanyanya tidak mengerti.

Vanessa terlihat sangat enggan untuk menjawab pertanyaan daddy nya yang satu ini. "Lift ga bisa dipakai, satu-satu nya lift khusus yang bisa menuju keruangan dad rusak. Nessa naik lift umum dari lantai satu ke lantai 13 dan karena banyak orang didalam lift Vanessa ngerasa susah nafas, pengap. Jadi Nessa berhenti di lantai 13 dan dari lantai 13 sampai lantai 32 ini naik tangga." cicit nya pelan menjelaskan.

Pretty Little NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang