Sudah 2 jam Vanessa berada didalam ruangan yang tertanda UGD itu. Byron yang dari awal sudah hancur dan putus asa pun bangkit dalam kesedihan. Byron tidak tau, sebesar apa rasa kesedihan yang meluap pada semua orang yang ada disini setiap detik. Byron tidak tau, seberapa besar resiko yang harus dia dan semua nya akan mereka dapati.
Namun, Byron tau sebesar apa kekuatan adiknya. Byron tau sekuat apa adik kecil nya itu.Jam dinding terdengar seperti alunan musik pada telinga mereka masing-masing.
Michael dan Kay berpeluk saling menguatkan diri masing-masing. Apapun yang akan terjadi, mereka cuman berharap satu hal; mereka berharap tidak akan ada kesalahan dalam keputusan yang mereka ambil sejak dua jam lalu.Alan. Cowok yang terlihat dengan diri yang berantakan menopang kedua tangan nya, mengamit kedua telapak tangan kekar miliknya didepan mulutnya. Berdoa, berharap dan berhayal jika semua nya bakal baik-baik saja.
Dini yang masih meraung dan menangis pelan pun mampu membuat Byron kewalahan akan pukulan pada dada bidangnya yang menjadi pelampiasan Dini. Bryan yang menyaksikan dini meronta kecil dipelukan Byron dengan sedih. Bryan tau jika Dini saat ini sedang menyalahkan diri nya yang tidak pernah tau tentang keadaan sahabatnya sendiri itu.
Semua nya terlihat risau, tak terkecuali Nico dan bodyguard-bodyguard yang lain.
Keadaan didepan lobby rumah sakit yang menimbulkan keramaian berlebihan dari awak media dari hampir segala stasiun TV mampu membuat wajah Nico dan bodyguard terlihat berotot penuh amarah.Dokter Abi keluar dari ruangan Vanessa dengan wajah yang cemas dan sedih.
Melihat dokter Abi keluar semua yang didepan ruangan pun sontak berdiri.Dokter abi tersenyum kecil. "Operasi berjalan lancar. Hanya saja, saya masih curiga akan luka yang ditimbulkan dari dalam tubuh sampai luar tubuh pada bagian bawah dada kanan Vanessa yang saya jahit beberapa hari lalu. Saya minta izin untuk menggeledah bagian situ sekarang juga jika kalian mengizinkan." Jelas dokter Abi panjang lebar mencoba mengejar waktu.
"Tapi, jika itu Luka dari dalam tubuh apa akan mempengaruhi operasi yang baru saja Vanessa lakukan?" Tanya Alan dengan khawatir.
"Itu lah yang saya tidak yakin karena saya tidak tau luka apa yang Vanessa miliki. Jika saya tau mungkin saya bisa meneliti tanpa harus melibatkan 2 operasi secara bersamaan." Jelas dokter Abi lagi.
Byron pun mengambil langkah kedepan dokter Abi dengan cepat. "Lalu resiko apa yang akan kita dapati jika menjalankan operasi setelah operasi lain?" Tanya nya menuntut jawaban yang lebih akurat.
Dokter Abi menghela nafas nya. "Seperti yang saya bilang, saya tidak tau. Tapi walau bagaimanapun kita harus mencari tau luka apa itu untuk mencegah resiko lain yang kita tidak inginkan." balas dokter Abi.
Michael mengangguk setuju. "Lakukanlah, lebih baik mencegah sebelum sesuatu lebih buruk terjadi. Aku hanya takut luka itu akan menjadi infeksi dalam tubuh nya." pinta nya yang disetujui anggota keluarga lain.
************
Vanessa membuka mata nya pelan disusul dengan jari-jari nya yang sedikit kaku.
Alan, Byron dan Dini lah orang yang Vanessa lihat di dalam kamar rawatnya dengan mata yang tertutup.Kemana Bryan, ayah dan mama? Pikir Vanessa.
"K-kak." Ujar Vanessa pelan.
Vanessa mendesah pelan. "Kak B-byron!" Panggil nya lagi dengan kuat.
Mendengar suara Vanessa, mereka bertiga pun akhir nya bangun dengan kaget.
"NESSA!" Teriak dini dan menghambur mendekat kekasur milik Vanessa.
"Lo gapapa? Lo kenapa teriak? Sakit?" Tanya Alan
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Little Nightmares
RandomKesalah-pahaman antara Vanessa dan kakak tertua nya mengharuskan Vanessa mengorbankan kebahagiaan miliknya. Kehadiran seorang asing pada keluarga Vanessa membuat satu demi satu masalah dan dendam terkuak. Demi menyelesaikan game yang terjadi akibat...