Who hurt the most. (7)

147 4 0
                                    

✨✨✨

Bersiul dengan asal-asalan dan cukup bising, hampir semua tatapan karyawan terjatuh pada sosok sang pembuat suara. Vanessa yang kebetulan lewat lobby dengan client-client nya yang baru saja selesai rapat menatap Richard dengan bola mata memutar malas.
Vanessa menggeleng pelan melihat Richard berjalan tebar pesona pada karyawan perempuan di perusahannya. Namun tak bisa dipungkiri, Vanessa tersenyum kecil melihat tingkah Richard seakan-akan diri nya adalah orang Jomblo, bukan orang yang sudah bertunangan.

Menaikkan kedua bahu nya Richard berjalan santai menuju ruangan Chief Executive Officer dengan kaleng dingin soda di tangan kiri nya tanpa memperdulikan tatapan sekitar.
Richard tau jika diri nya selalu mendapat tatapan seperti ini jika sedang melewati karyawan. Richard tak sengaja melihat Vanessa yang sedang berjabat tangan dengan para client menghentikkan jalan nya.

Setelah para client pergi, Richard hendak menghampiri Vanessa akan tetapi Richard teringat Vanessa bakalan menghadiri rapat selanjutnya di ruangan lain.
Richard tersenyum lebar melihat Vanessa yang sedang melambaikan tangan kearahnya.
Richard menaikkan tangan kiri nya yang memegang soda membalas melambai dan berjalan kembali keruangan Vanessa setelah melihat Vanessa yang berlari kecil keruangan lain.

Satu jam kemudian

Erangan kecil namun terdengar menyeramkan menguasai pendengaran Richard. Membalikkan badan kekar nya, Richard mendapati Vanessa yang kini tengah bersedekap dada dengan muka yang memerah.

Mengerti kesalahan apa yang baru saja dilakukannya, Richard sontak berlari memutar meja kebesaran Vanessa menandakan meja itu sebagai perlindungan diri nya dari serangan Vanessa.

Nyaris saja Vanessa ke hilangan kendali emosinya. "Lo apain kertas-kertas itu hah? lo berantakin meja gue sialan, bantal sofa dimana-mana!" umpat Vanessa kesal.

Cengiran yang menurut Vanessa terlihat memuakkan muncul di wajah Richard. "Gue serakin." balas Richard polos.

Memijat keningnya pelan, Vanessa berjalan menuju sofa didalam ruangan kerja nya dengan lelah sambil mencoba melupakan keadaan ruangan nya yang seperti kapal pecah dan membaringkan badannya.

Melihat vanessa yang sepertinya tidak akan memberi serangan pada dirinya, Richard mendudukkan dirinya dikursi kebesaran Vanessa.

Suara decitan demi decitan terdengar pada Vanessa membuat Vanessa penasaran hal apa yang sebenarnya Richard sedang lakukan.
Rahang Vanessa seketika terjatuh sedikit kebawah dengan mulut membentuk huruf O.

"Richard! Lo ngapain sih?" tanya Vanessa tak percaya apa yang tengah dilihatnya.

Richard menghentikan pergerakannya untuk melihat Vanessa dan kembali bermain pada kursi kerja Vanessa.

Kehabisan kata-kata menghadapi Richard membuat Vanessa berjalan pelan tanpa suara namun dengan langkah lebar dan cepat, Vanessa mendorong kasar kursinya yang diduduki Richard, mampu membuat Richard jatuh kelantai dengan keras.

Ringisan dan teriakan nyaring Richard menggema di ruangan Vanessa disusul dengan tawa kencang Vanessa. "Makanya, jangan naik turunin kursi gue kayak main kuda. Rasain tuh." ejek Vanessa memeletkan lidahnya.

Berdiri dengan pincang, Richard membalas dengan ketus. "Kan gue bosan. Gue nungguin lo rapat sampai jam makan siang udah habis. Eh lo selesai malah acuhin gue." ngadu Richard sambil mengusap pinggangnya.

Vanessa meraih kursi nya yang berada tak berdaya dilantai dengan kekehan yang masih setia keluar. "Iya maaf, lagian salah lo juga kan? lo yang suruh gue mulai sekarang ikutin rapat-rapat business." sindir Vanessa.

Pretty Little NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang