#10

18 6 6
                                    

>>>Happy reading<<<

"Temui gue pas pulang sekolah  di Jalan Kenanga, Komplek Nusa Indah, rumah cat biru No. 23 , Alvin."

Ansel tertegun, dia kembali menatap handphonenya, Alvin?, batin Ansel. Ansel tersentak saat bel berbunyi, ia segera kembali ke kelas dengan perasaan tidak enak.

Seperti yang dikatakan Alvin, Ansel pergi ke alamat yang di berikan Alvin.
Sepanjang perjalanan dia memikirkan bagaimana cara menjelaskan semuanya, jantungnya berdetak kencang. Dia telah tiba di depan sebuah rumah berwarna biru seperti yang dikatakan Alvin. Dia mengetuk pintu rumah tersebut, kemudian tangannya langsung di tarik paksa masuk ke dalam.

Bug

Alvin langsung menampar wajah Ansel sangat keras sampai-sampai darah segar keluar melalui bibir Ansel. Ansel tidak melawan sedikitpun saat Alvin memukulinya, dia hanya meringis kesakitan saat pukulan Alvin mengenai tubuhnya. Alvin terus menampar, menendang tubuh Ansel yang kini terbaring tak berdaya di lantai. Alvin menarik kerah baju Ansel kemudian memukul wajahnya. Ansel sekarang sudah babak belur setelah dipukuli habis-habisan oleh Alvin. Alvin berdiri di samping Ansel, menatap tajam ke arah Ansel. "Kenapa lo ngelakuin itu sama Audrey?!"

Ansel tersenyum menatap Alvin, "Gue bilang kenapa?" sambungnya, kemudian kembali menendang perut Ansel. Rintihan kembali terdengar dari mulut Ansel, ia mencoba menahan rasa sakit di perutnya. Ansel kembali menatap Alvin, dia mencoba berbicara, "Karena g-gue pengen ngelindungin Audrey,"

"Ngelindungin apa maksud lo?!"

"K-kak, K-keyza tahu tentang masalah pembunuhan i-itu." jelas Ansel.

Alvin tidak terlalu terkejut mendengar perkataan Ansel karena ia sudah mendengar percakapan Ansel dengan Keyza tadi pagi, namun hanya saja dia menatap Ansel meminta penjelasan. Anselpun menjelaskan semuanya, saat ia dipaksa untuk menjadi kekasih Keyza, kemudian saat Keyza menyuruhnya untuk mempermalukan Audrey, semuanya ia jelaskan. Alvin mendengarkannya dengan seksama sampai Ansel mengakhiri ceritanya.

"Jadi begitu, kak Alvin kalau mau mukul aku pukul aja lagi, kak. Anggap aja ini hukuman aku karena sudah bikin Audrey nangis." ucap Ansel pasrah.

Alvin kembali terdiam menatap Ansel, tidak disangkanya kalau orang yang telah ia hajar habis-habisan ini rela kesakitan hanya demi adiknya, bahkan dia tetap tersenyum meskipun dia sedang kesakitan. Alvin berjongkok, kemudian membopong tubuh Ansel dan membawanya ke sofa yang ada di ruangan itu.

"Kenapa kakak ngebaringin aku disini? Pukul aku lagi kak, hukum aku lagi!" ucap Ansel.

"Gak, gue gak mau bikin lo mati! Entar gue masuk penjara lagi, gue gak mau, hidup di penjara untuk yang kedua kalinya" Alvin terkekeh karena perkataannya sendiri. Kemudian, ia memanggil bi Jum untuk mengobati luka-luka yang ada di tubuh Ansel.

"Biarin bi Jum ngobatin luka lo dulu, kalau lo sudah baikan baru kita bicara lagi. Gue mau ke kamar dulu, capek mau istirahat. Gue tinggal dulu ya?"

Ansel menganggukkan kepalanya membiarkan Alvin pergi ke kamar. Setelah diobati, Anselpun beristirahat di sofa tersebut. Ansel memperhatikan isi rumah itu, terdapat banyak foto yang terpajang di dinding ruangan tersebut. Ada foto dua orang laki-laki dan perempuan yang masih kecil yang ia yakini bahwa itu adalah Alvin dan Audrey.

Ada foto Alvin yang sedang menggendong Audrey. Ada juga foto Audrey yang terlihat menggunakan lipstik di seluruh wajahnya. Ansel tersenyum melihat semua foto-foto itu, semuanya hanya didominasi oleh foto-foto Alvin dan juga Audrey dari masih kecil sampai mereka sudah besar. Sebuah suara membuat Ansel menoleh ke asal suara.

"Lucu, ya?" tanya Alvin.

"Iya, lucu"

"Gue atau Audrey nih yang lucu?" goda Alvin.

Ansel terkekeh dengan perkataan Alvin, "Dua-duanya"

Alvin duduk di samping Ansel, dengan membawa dua gelas minuman. Satu gelas dia berikan kepada Ansel dan yang satunya untuknya sendiri. Alvin menatap Ansel, "Jadi lo ngelakuin itu buat Audrey?" ucap Alvin.

"Iya, jujur aku mau minta maaf karena sudah bikin Audrey nangis,"

"Kalau itu kamu minta maaf sama Audreynya aja"

"Iya kak, aku bakal minta maaf sama Audrey."

Hening. Alvin nampak sedang memikirkan sesuatu, "Kayaknya gak ada gunanya juga kita sembunyiin ini semua dari Audrey. Pasti suatu saat dia juga bakal tahu tentang masalah ini. Gue berencana untuk ngasih tahu Audrey tentang masalah ini. Oh iya sebelumnya gue mau nanya, Ansel lo sudah maafin gue atau belum?"

Ansel terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa. "Jujur sampai sekarang aku masih bingung, kak. Aku pengen percaya sama kakak, tapi di satu sisi aku masih gak bisa ngelupain masalah yang dulu."

"Gapapa, gue ngerti kok. Yang pasti gue bakal ngebuktiin bahwa gue gak bersalah, kalau lo percaya sama gue lo bisa datang ke bandara seperti yang sudah gue bilang sebelumnya."

"Yasudah, lo boleh pulang. Maaf ya gue udah mukul lo sampai babak belur begitu." ucap Alvin.

"Gapapa, kak. Kalau gitu aku pulang dulu."
Ansel benar-benar mirip sama lo, Cel.
***

Iya gue tau kok mukanya Ansel mirip sama kakaknya, ya iyalah mirip, kalo enggak berarti salah satu dari mereka anak dapetan, dapet di sungai yang banyak enceng gondoknya
Ah apaan sih, kok gue gajelas..

A Pitch Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang