#13

22 4 2
                                    

"Hhhhhh..hhh..hhh.."

Keyza terbangun ditengah malam yang gelap, dia menatap jam digital yang ada di nakas, pukul 03.00 pagi. "Huh.. Hanya mimpi~" ucapnya dengan nada yang terdengar lega.

"Mimpi buruk ya?' ucap seseorang membuat Keyza menolehkan kepalanya.

"Aaaaaa..mphh..mppphh.."

"Ssshh.. Jangan teriak, ini gue Audrey," celotehnya seraya melepaskan tangannya yang menutup mulut Keyza. "Maaf ya, lo habis mimpi buruk?"

"Iya, gue tadi habis mimpi buruk."

"Hm.. Yasudah, itu cuma mimpi, sekarang kamu tidur lagi aja, tapi sebelum tidur kamu baca doa dulu, oke?"

"Hm.."

Audrey menarik selimutnya, kemudian kembali tidur disamping Keyza. Keyza juga melakukannya, hanya saja matanya tidak bisa tertutup. Ia masih memikirkan peristiwa beberapa jam yang lalu. Sebenarnya ia tidak terlalu terkejut ketika melihat wajah Audrey yang tertutup masker dan membuatnya terlihat seperti penampakan. Ia terkejut karena ternyata semua yang ia lihat dan ia dengar tadi malam itu nyatadan bukan mimpi. Buktinya ia tertidur dikamar milik Audrey, dia bahkan lupa memberitahu papa-nya kalau dia tidak pulang. Semoga saja papanya itu tidak memarahinya saat ia pulang keesokan harinya.

Sinar mentari menelusup masuk melalui celah-celah gorden, Audrey bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian, ia kemudian menghampiri Keyza yang masih tertidur pulas dikasur empuknya. Audrey ingin membangunkan Keyza, hanya saja ia tidak tega membangunkan gadis itu karena sepertinya Keyza kelelahan. Audrey menyelimuti Keyza, kemudian pergi ke dapur untuk memasak sarapan. Audrey menghampiri Bi Jum yang sedang memasak sarapan untuk mereka.
"Selamat pagi, Bi" sapa Audrey kepada pembantu yang sudah ia anggap seperti bibinya sendiri.

"Pagi, Non. Gimana tidurnya non Audrey? Nyenyak?"

"Nyenyak dong bi, tadi malam Audrey sama sekali gak mimpi buruk loh."

"Oh ya? Bagus dong non, semoga aja non Audrey nggak mimpi buruk lagi."

"Amiin.. Oh iya, bi. Kali ini porsi masak bibi nambah tiga piring, soalnya ada temen-temennya Audrey sama kak Alvin yang tadi malam nginap disini."

"Jangankan tiga piring, seratus piringpun bakalan bibi masakin non! Hehe.."

"Ah bibi bisa aja"

Audrey mengambil beberapa peralatan makan, kemudian meletakkannya diatas meja. Kemudian, ia kembali membantu Bi Jum untuk memotong sayuran dan yang lainnya. Aroma sedap dari masakan yang dimasak Bi Jum tercium diseluruh ruangan. Setrlah selesai memasak Audrey segera pergi ke kamar-kamar untuk membangunkan teman-temannya.

Tok tok..

"Kak Alvin bangun! Sarapan dulu, yuk!"

"Kak Alvin! Iiihh kebiasaan!!"

Cekrek

"Wuih pintunya gak dikunci nih," perlahan, Audrey membuka pintu kamar yang tidak dikunci. Ia kemudian masuk ke  dalam kamar yang suasananya remang-remang tersebut, "Kak Alvin bangun!" celotehnya seraya menggoyang-goyangkan badan kakaknya itu.

"Iiihh, gak bangun-bangun," ia menengok ke atas nakas, tiba-tiba ide gila muncul dikepalanya. "Karena Kak Alvin gak bangun-bangun, sekarang Audrey bakalan kasih hadiah, Ha..Ha...Ha.. (Devil laugh)"

Audrey kembali di dapur dan menuju ke meja makan, disana sudah ada Olivia yang terlihat masih mengantuk mungkin karena kecapekan. Audrey mulai menuangkan makanannya ke piringnya dan piring Olivia.
"Kakak mau makan yang mana?" tanya Audrey.

"Itu sama itu aja,"

Audrey menuangkan nasi goreng dan ayam goreng ke piring milik Olivia dan juga miiiknya. "Gak nunggu kakak sama temen kamu dulu?" tanya Olivia.

"Gak usah, mereka dari tadi aku bangunin gak bangun-bangun. Kalau Keyza sengaja nggak aku bangunin, soalnya tadi malam dia mimpi buruk jadi tidurnya gak nyenyak, lagipula kelihatannya dia kecapekan."

Olivia menganggukan kepalanya, ia mulai memasukkan sarapannya kedalam mulutnya. Audrey juga melakukannya, dia makan dengan lahap seperti orang yang tidak makan selama berhari-hari.

"Makannya pelan-pelan, sayang. Ntar keselek loh."

Audrey menengok ke asal suara, "Eh Kak Alvin, Pagi Kak!"

"Pagi,"

Audrey menatap wajah Alvin yang bersih tanpa ada noda sedikitpun. Loh, kok mukanya bersih ya? Apa udah dibersihin sama Kak Alvin? Batinnya.

"Kamu kenapa natap kakak kayak gitu?" tanya Alvin.

"Eh anu itu.. Kak Alvin udah bersihin muka ya tadi? Susah gak?"

"Huh? Nggak tuh, emang kenapa?"

"Nggak soalnya tadi kan aku nyoret-nyoret wajah Kak Alvin karena kakak gak bangun-bangun!"

Alvin mengerutkan keningnya, "Kamu nyoret-nyoret muka kakak? Perasaan tadi pas kakak sikat gigi didepan cermin wastafel muka kakak baik-baik aja tuh, nggak ada bekas coretannya. Tunggu, kamu masuk ke kamar mana?"

Audrey menatap horor kakaknya, "Berarti kalau bukan kak Alvin-"

"Aaaaaaaaakkhhh"

Suara teriakan seseorang mengejutkan mereka bertiga, terlebih Audrey. Mereka bertiga segera berlari menuju asal suara. Alvin membuka pintu kamar orang itu dan segera menuju kamar mandinya. Orang itu menatap mereka bertiga dengan tatapan bertanya.

"Siapa yang nyoret-nyoret muka gue?" tanya Ansel.

Mereka bertiga terdiam, Ansel berjalan kearah Audrey membuat gadis itu menundukkan kepalanya. "Ekhem.. Audrey, siapa yang udah nyoret-nyoret muka gue?" tanya Ansel dengan nada yang dilembut-lembutkan.

"G-gue.. Sorry An gue gak sengaja! Gue pikir elo Kak Alvin soalnya kamar lo tuh gelap banget kayak di goa kagak ada cahayanya sumpah!" celoteh Audrey.

"Sudah gue duga, sekarang lo harus dihukum!"

"Apa? Yah gak usah deh ya, uhuk..uhuk.. Gue lagi sakit nih! Uhuk..uhuk.." ucap Audrey beralasan. Ansel meletakkan punggung tangannya di dahi Audrey.
"Yaelah gak usah bohong deh, Dy. Pokoknya sekarang lo dihukum!"

Audrey tertawa terbahak-bahak saat Ansel mulai menggelitiknya. Audrey sampai terduduk karena saking gelinya, Anselpun juga ikut tertawa melihat Audrey yang sedang ia gelitik saat ini.

"Aaaahahahahahaha.. Ampun An.. Ampun!! Kak Alvin tolongin Audrey kak! Kak Oliv tolong! Ahahahaha.."

Alvin menggelengkan kepalanya melihat adik dan sahabat adiknya itu. Dia sama sekali tidak berminat untuk menolong Audrey saat ini, malahan dia menyuruh Ansel agar terus-terusan menggelitik adiknya. Lain halnya dengan Oivia, dia merasa bersalah karena adiknya telah mencoba untuk memisahkan kedua sahabat itu. Melihat mereka yang tertawa lepas membuat Olivia tersenyum senang, dia jadi teringat dengan sahabatnya yang dulu. Argh, apa yang kupikirkan?! batinnya.
Alvin menarik tangan Olivia, "Kita keluar yuk, biarin aja mereka." setelah berkata seperti itu, Alvin segera berjalan keluar kamar sambil menarik tangan Olivia meninggalkan Ansel dan Audrey yang sedang bersenang-senang.
***

Mampus nggak punya ide lagi :')

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Pitch Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang