CERITA SUDAH TERBIT!!!
Sebagian Part telah di hapus!
Highest Rank #4 in ROMANCE - 21/06/2019
Highest Rank #5 in ROMANCE - 20/06/2019
Highest Rank #6 in ROMANCE - 10/06/2019
Highest Rank #7 in ROMANCE - 21/05/2019
_____________________
Aluna, begitu...
Jangan lupa VOTE dan KOMENTAR kalian yaa guyss!!!!
HAPPY READING
.
.
.
"Aluna. Aluna Ivanosky, huh?" Tanya pria itu. Namun gadis bernama Aluna itu hanya diam.
"Nama yang cantik, seperti apa yang ada dalam kenyataan."
"Kenapa kau diam saja huh?! keluarkan lagi suara indahmu seperti saat berbicara dengan bajingan tua itu!" Pria itu berkata lagi, namun Aluna tetap dengan pendiriannya. Membungkam bibir kecilnya.
Hingga saat pria itu membalik badannya menghadap pintu, meraih punggung kecilnya yang terlihat sangat rapuh. Kemudian membawanya keluar dari area club malam tersebut. Meninggalkan gemerlap malam di kota itu.
Pria itu membawanya masuk kedalam sebuah mobil yang Ia tidak tahu pasti apa merk dari mobil itu, namun Aluna tahu pasti mobil ini sangat mahal. Dalam perjalan, hanya keheningan yang terjadi diantara mereka. Tidak ada yang bersuara sedikitpun, mungkin deruan nafas mereka hanya samar-samar terdengar dalam ruang kecil itu.
Setelah 1 jam perjalanan, ia sudah memasuki sebuah Mansion, saat didepan gerbang yang menjulang tadi Aluna dapat membaca sebuah papan yang bertuliskan 'Smith's Mansion.' Jadi ia pikir ini adalah kediaman dari Tuan Smith itu.
Aluna menutup matanya, berdoa semoga ia masih bisa baik-baik saja walaupun sedikit kemungkinan bahwa dirinya dalam keadaan baik. Ia tidak tahu siapa Tuan Smith, bagaimana perilakunya dan lain sebagainya tentang pria yang membawanya ini.
Aluna terkesiap saat pintu mobil terbuka dan melihat supir lah yang membukakannya.
"Silahkan masuk Nona, Tuan sudah berjalan kedalam."
Aluna turun dari mobil dan masuk kearah pintu utama Mansion itu.
'Ini 10 kali lipat dari rumahku,' batin gadis itu yang sangat takjub dengan kemegahan mansion ini.
Matanya tak bisa lepas saat ia melihat deretan para pelayan yang memakai pakaian seragam menyambutnya. Semua pelayan itu menundukan tubuhnya, sebagai tanda hormat. Aluna yang masih polos pun mengikuti mereka semua, ikut menundukan tubuhnya juga, merasa canggung.
"Nona. Aku Stacy, kepala pelayan di Mansion ini. Aku akan memenuhi semua yang kau butuhkan saat berada disini," Ujar wanita yang cukup tua dan memakai pakaian berbeda dengan pelayan lainnya menghampirinya, bersikap ramah padanya.
"Cukup Aluna saja, Bibi Stacy.'' Aluna berujar sambil tersenyum tipis pada wanita itu.
"Tapi Tuan mengatakan harus memanggilmu Nona." Ujar Stacy tetap bersikap ramah.
"Baiklah tak masalah, Bibi Stacy," Mata Aluna kemudian menatap sekelilingnya. Sangat besar dan berkelas.
"Stacy saja sudah cukup, Nona. Jika Tuan mendengar, dia bisa marah." Ujar Stacy mencoba menyakinkan Aluna.
"Aku akan tetap memanggilmu Bibi." Senyum tipis terukir diwajah cantik Aluna.
"Kupikir kau sudah melakukan tugasmu, Stacy!" Suara baritone itu kembali menyela perbincangan antara Aluna, kali ini dengan Stacy.
"Maaf Tuan, akan kulakukan sekarang." Ujar Stacy menatap Aluna, memberikan isyarat agar Aluna mau mengikutinya.
Aluna yang mengerti, mengikuti langkah Stacy menaiki tangga ke lantai dua. Stacy membuka sebuah pintu berwarna cokelat yang begitu besar. Aluna takjub, belum pernah melihat yang seindah ini.
Ruangan yang sangat besar yang didominasi dengan warna putih, ranjang yang cukup besar itu dibalut sprei berwarna putih juga, disebelah kanan terdapat sofa - sofa yang menghadap ke jendela, dan satu lagi—terdapat balkon yang dibatasi dinding kaca, entah pemandangan indah apa yang dapat dilihatnya dari sana.
"Mulai sekarang kau tidur disini, Nona." Stacy berjalan kearah kiri ruangan dan menekan sebuah tombol, yang tadinya hanya satu lampu yang menyala dan sekarang digantikan oleh nyala lampu-lampu lainnya yang membuat Aluna semkain lebih jelas melihat keindahan kamar tersebut.
Stacy berjalan kearah kiri ruangan dan menekan sebuah tombol, yang tadinya hanya satu lampu yang menyala dan sekarang digantikan oleh nyala lampu-lampu lainnya yang membuat Aluna semkain lebih jelas melihat keindahan kamar tersebut
"Disana tempat walk in closet dan kamar mandi , kekanan sedikit terdapat perpustakaan mini dan home teater." Stacy melanjutkan penjelasannya mengenai bagian-bagian ruangan yang belum Aluna ketahui.
"Nona Aluna bisa membersihkan diri sembari menunggu saya yang akan menyiapkan makan malam," Aluna meresponnya dengan sebuah anggukan kecil sambil meneliti ruangan tersebut.
Matanya melebar saat melihat betapa mewahnya home teater yang disediakan dalam kamar ini. Kakinya melangkah lagi, ingin melihat apa saja yang akan mengejutkannya. Bibirnya terbuka mengagumi keindahan sebuah ruangan untuk mandi tersebut, sampai-sampai jari-jarinya menutupi mulutnya yang menganga kagum itu. Bibirnya terbuka mengagumi keindahan sebuah ruangan untuk mandi tersebut, sampai-sampai jari-jarinya menutupi mulutnya yang menganga kagum itu
'Ini terlalu besar bagiku, bahkan anak-anak bisa bermain petak umpet disini,' suara batin gadis itu
"Dan satu lagi Nona—di lantai ini, tepatnya disamping kamarmu adalah kamar Tuan Smith." Sambung Stacy. Dan setelah mendengar nama pria itu disebut, ketakutan dan kegelisahan mendatangi pikiran dan hatinya.
Siapa sebenarnya Tuan Smith itu, dan untuk apa ia membeliku. Berbagai macam pertanyaan bermunculan di benak Aluna.
"Nona? Apa ada yang salah?" Stacy mengadahkan tangannya, menggoyang-goyangkan didepan wajah Aluna, berusaha menyadarkan Aluna dari lamuannya.
"Maaf Bibi Stacy, maafkan aku." Aluna menyugar rambut cokelat gelap panjangnya, terlihat sangat frustasi.
"Apa yang sedang anda pikirkan, Nona?''
"Bibi Stacy..." Aluna menggantungkan kalimatnya, berpikir apakah yang akan dikatakannya tepat atau tidak.
"Iya Nona?'' Stacy menunggu kalimat yang keluar dari bibir Aluna.
"Bisakah Bibi memberi tahu siapa Tuan Smith itu?" Aluna mengatakannya dengan satu tarikan nafas.
TBC.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.