Chapter Sembilan

135 10 0
                                    

Ayani pun dilarikan ke Rumah Sakit. Ia terus mengeluarkan banyak darah. Keadaannya sangat lemah. Selemah hati Angga yang tahu akan kejadian naas itu.

Ayah, ibu, Ayana dan Raka juga turut hadir untuk mengetahui kondisi Ayani.

Tak berapa lama, Dokter pun keluar.

"Bagimana dengan anak saya dok?" Tanya Ayah cemas.
"Maaf pak, akibat dari kecelakaan itu, anak bapak mengalami kebutaan. kepalanya terbentur keras dengan badan jalan dan merusak sebagian syarafnya"
"Apa? Buta?"

Ayani di vonis akan buta oleh Dokter. Pasti Ayani tak akan terima soal ini. Apalagi ia tak bisa lagi melihat sunset di setiap sore.
Dia pasti akan terpukul dengan keadaannya sekarang.

"Angga kok gelap?" Tanya Ayani saat ia mulai siuman.
"Ayani, ini aku Ayana" Ayana pun menggegam erat jemari Ayani.
"Ayana? Gue ada dimana? Kok semuanya pada gelap?"

Tangan Ayani pun meraba-raba sekeliling.
Semua yang melihat hal itu tak kuasa menahan air mata. Ada perasaan tak tega jika Ayani tahu akan matanya.

"Jawab Ayana, Gue kenapa? Apa gue buta?"
"Maafin gue Ayani" Pinta Angga.
"Nggak. Gue Nggak mungkin buta. Ayana Gue nggak mau buta. Nggak, ini nggak adil"

Jerit Ayani saat tahu bahwa ia tak bisa melihat.
Ini tak adil. Memang tak adil. Ayani adalah gadis yang baik tapi kenapa harus menderita seperti ini. Ia mungkin tak bisa terima, begitupun dengan semua orang yang hadir.

Ia menangis
Ia menjerit tak percaya
Ia tak mampu menyalahkan keadaan
Penglihatan nya hanyalah warna gelap tak berwarna
Dia merasakan itu
Dia amat takut

Sunset TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang