Chapter Empat Belas

140 10 0
                                    

2 Tahun kemudian...
"Ayani, mading 3D lo menang!" Seru Angga.
"Serius lo?? Gue nggak percaya mading abal-abal kayak gitu bisa menang"
"Siapa bilang mading abal-abal, buktinya lo bisa kok"

Kali ini Ayani kembali membawa juara besar di kancah Nasional. Setelah kemarin ia telah mendapat juara 2 dalam ajang 'Magazine Book Fair'  serta mendapat predikat sebagai reporter terbaik menurut Majalah Horison. Tiga kali berturut-turut Ayani telah membanggakan nama sekolah. Lebih-lebih ia telah membuat Ayana bangga disana. Perlahan mimpi besar Ayani sebagai jurnalis kian melejit.

"Selamat Ayani, bapak bangga padamu. Bapak akan terus menunggu karya-karya besar yang akan kamu tulis" Ujar Bapak Kepala Sekolah.
"Terima kasih pak, saya akan mengusahakan sebaik mungkin"
Selepas menerima penghargaan, Ayani mengajak Angga untuk ke makam Ayana.

Semenjak Ayana pergi, Raka berusaha untuk mengikhlaskan kepergiannya. Ia pun pindah sekolah ke luar negeri. Mungkin dia butuh hidup baru. Dan seperti lo lihat sekarang Ayani telah menjalin hubungan dengan Angga. Mengejutkan memang! Captain basket songgong yang pernah Ayani kenal, kini telah berhasil memiliki hati Ayani.

Tanah makam Ayana hampir setara dengan tanah. Tak lupa ia membawa bunga untuk mengganti yang layu.
"Ayana, lo lihat gue berhasil membawa juara 1 dalam lomba mading. Itu semua karna lo, ayah dan ibu. Gue tahu lo pasti bangga. Gue belajar banyak hal dari lo Ayana.
Andai lo masih di samping gue, kita bareng-bareng buat ngerjain sama-sama. Terlebih melihat sunset yang amat lo tunggu"
"Ayana pasti juga bakal lihat sunset kayak lo, pulang yuk udah mau turun hujan nih" Kata Angga mengingatkan.

Siang itu awan tak lagi bersahabat, deretan mendung telah mengambil ancang-ancang untuk turun hujan. Ayani dan Angga pun segera bergegas untuk meninggalkan pemakaman.
Tapi ada satu hal yang menyorot perhatian Ayani. Sosok lelaki berpakain jacket hitam dengan topi yang menutup sebagian wajahnya yang sedari tadi telah mengikuti mereka.

"Tunggu..."  Langkah Ayani pun berhenti.
"Ada apa?" Sontak Angga pun ikut berhenti melangkah.
"Gue merasa ada yang ngikutin kita"
"Siapa?"
"Entahlah, gue nggak tahu persis wajahnya"

Sesosok lelaki misterius itu
Dia lihat gue
Gue hanya melihat banyangan abstak dari tempatnya berdiri

Sunset TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang