Chapter Lima

201 13 0
                                    

Tepat hari ini pertandingan bola basket pun dimulai. Lawannya adalah SMA Cyber, sekolah elit saingan dari SMA Kusuma Bangsa.

Kali ini semua sangat antusias melihat pertandingan, tak terkecuali dengan Ayani. Ayana juga turut melihat meski harus memakai kursi roda. Mereka berada tepat pada tribun nomor lima dari atas. Bersebelahan dengan Vena dan teman-temannya. Kali ini SMA Kusuma Bangsa berharap tetap menjadi pemenang untuk ketiga kalinya.

"Lho Ayana lo kenapa? Baru masuk aja udah pake kursi roda. Apa sekalian nggak bawa ambulance?"
"Kenapa sih lo mesti nyari gara-gara? Lo bosen hidup?"
"Iya gue bosen hidup. Dan itu semua karna kalian"
"Udah-udah gue nggak mau ada pertengkaran disini. Lebih baik lo pergi aja deh Ven"
"Urusan kita belum selesai"

Tatapan sinis serta dendam masa lalu membuat hati Vena buta akan kebaikan. Hingga ia pun tak pernah bisa menerima segala hal yang membuatnya hancur. Dia amat membenci. Benci akan saudara kembar yang selalu membawa amarah pada dirinya. Keinginannya hanya satu, ia ingin menghancurkan salah satu dari mereka, atau paling tidak keduanya.

Pertandingan kali ini bernasib baik untuk SMA Kusuma Bangsa. Skor tercatat 1-0.
Pertandingan pun amat sengit, babak kedua skor amat berimbang 1-1.

"Lo lihat Angga, dia keren kalau lagi di lapangan" Senggol lengan Ayani sembari menunjuk captain basket yang penuh dengan kharismatik.
"Apa an sih. Orang dia biasa aja. Gue bisa bilang dia hebat asal dia nggak songgong"
"Gitu-gitu juga lo bakalan wawancarain dia Ayani. Secara otomatis kalian ketemu, Bicara dan lama-lama..."
"Ngaco. Nggak lucu tahu nggak"

Babak ketiga segera dimulai. Babak terakhir yang akan menentukan siapa pemenangnya.
Stadion amat ramai. Para audince bersorak sorak menyebut nama sekolah masing-masing.
Bola terus terlempar, mengejar dan berlomba memasukkannya ke dalam ring. Pertandingan lebih sengit dan memanas daripada babak sebelumnya.

Dan masuk...

Angga berhasil memasukkannya kedalam ring. Alhasil kemenangan diraih oleh SMA Kusuma Bangsa untuk ketiga kalinya. Dengan skor 3-2.
Semua para pemain bersujud, saling berpelukan satu sama lain. Jerih payah saat latihan telah membuahkan hasil. Dan inilah kemenangan itu.

Congratulation!

"Selamat buat kalian"
"Iya Ayani makasih" Daniel pun merespon baik tangan Ayani.
"Gue mau wawancarain kalian buat artikel mading minggu depan. Bisa?"
"Kayak orang penting aja"
"Memang penting. Gue minta kerja samanya"
"Gue dan anak-anak yang lain sih terserah. Cuman kayaknya Angga sulit buat di ajak kompromi"
"Its oke. Nggak masalah. Ntar bisa gue omongin sama dia. Sekarang biar kalian dulu yang gue wawancarain"

Ayani pun mulai mewawancarain mereka.
Tentang bagaimana kesiapan mereka, taktik mereka saat di lapangan dan perasaan mereka saat menjadi pemenang berturut-turut.
Semua dibahas secara detail dan terperinci.

Ayani pun pergi ke tengah lapangan tempat dimana Angga berada.
"Angga, gue  minta waktunya sebentar" Teriaknya.
"Apa?"
"Gue mau wawancarain lo"
"Buat apa? Nggak perlu. Wawancarain aja yang lain"
"Yang lain udah gue wawancarain, tinggal lo yang belum"
"Ya udah. Selesai kan"
"Susah banget sih. Kalau bukan Bu Indri yang minta, gue mah ogah wawancarain lo"
"Oke, gue mau di wawancarain. Asal kita tanding basket"
"Siapa takut"

Ayani pun menerima tantangan dari Angga untuk tanding basket.
Ayani sangat mahir saat merebut bola dari Angga. Sejak kecil ia memang suka dengan basket, bahkan ia sering bertanding dengan Ayana. Namun saat Ayana jatuh sakit ia tak lagi memainkannya dan saat ini kelincahannya tetap sama seperti dulu.
Bola pun masuk ke ring dan Ayana pun menang dengan skor 4-3.

"Oke, gue akui lo hebat, bahkan lo bisa ngalahin captain basket sekalipun"
"Makanya jangan anggep remeh seorang cewek. Udah ah, kita mulai wawancaranya"

Perlahan, cepat atau lambat
Aku baru mulai menyadari bahwa ini bukanlah pertandingan basket biasa

Sunset TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang