DUA

14.5K 1.3K 72
                                    

Laras merasakan benturan itu. Tubuhnya terlentang di atas sepedanya yang terseret beberapa meter dari lokasi tabrakan. Saat tersadar, ia masih terlentang dengan pandangan nyalang ke arah langit kebiruan di antara pepohonan flamboyan. Jantungnya berdegup sangat kencang dan tubuhnya bergetar hebat. Ia buru-buru bangkit duduk. Ajaib. Ia selamat. Tubuhnya baik-baik saja karena tas yang menjadi bantalan di punggungnya. Namun, ia merasakan nyeri di bokongnya, sementara kedua sikunya berdarah.

Pengendara motor itu telah melesat pergi sebelum Laras sadar tadi. Laras mendesah, dan saat akan bangkit, tiba-tiba seseorang menghampiri dan mengulurkan kedua tangannya.

"Kamu baik-baik saja?"

Laras berpegangan pada pria yang membantunya berdiri. "Aku... baik-baik saja, kurasa——" Laras mendongak untuk berterima kasih, namun kala tatapannya bertemu mata cokelat terindah yang pernah dilihatnya, tubuhnya terpaku. Pria ini sangat tampan, ah, bukan, tetapi luar biasa! Sepertinya ia pernah melihatnya... tapi di mana, ya?

"Kakimu terkilir?"

Laras menjejakkan kedua kakinya pada aspal. "Kurasa tidak." Hanya nyeri dan gemetar di kedua kakinya. Ia kembali mendongak, lantas seketika terbayang foto yang dilihatnya di meja cafe. Kai, sepupu Gary!

Tanpa sadar Laras mendorong tubuh pria penolongnya yang sepertinya adalah Kai, sepupu Gary. Pria yang mencari istri, yang hanya menginginkan seorang anak sebagai penerus usahanya! "Terima kasih sudah menolong." Laras berjalan tertatih-tatih menuju sepedanya yang masih berbaring di aspal.

"Nona... sebaiknya kuantar ke rumah sakit."

Sambil memunggungi Kai, Laras menggeleng dan berseru panik, "Tidak perlu! Aku baik-baik saja!" Ia tidak bermaksud membentak. Ia hanya kalut, dan tidak ingin berhubungan dengan Gary atau sepupu pria itu.

Ia menghela napas lega saat melihat bahwa sepedanya baik-baik saja, hanya setangnya sedikit bengkok. Ia menarik napas panjang, menaiki sepedanya——meringis saat bokongnya menyentuh sadel——lalu mulai mengayuh sepeda.

Di belakangnya, pria bertubuh tinggi yang mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana bahan berwarna mocca itu berdiri terbengong-bengong sambil memandangi punggung Laras. Jangan-jangan dia Wonder Woman? Tadi gadis itu baru saja terserempet motor, jatuh, dengan luka di kedua sikunya, berjalan sedikit pincang, dan kembali mengayuh sepedanya seolah tidak pernah terjadi apa-apa! Bagaimana bisa?!

Matanya tanpa sengaja menemukan ikat rambut berwarna putih bergambar daun-daun berwarna biru muda dan biru gelap. Ia membungkuk dan meraih kain itu, lantas buru-buru kembali ke mobilnya. "Pak Ren, cepat kejar gadis bersepeda di depan itu, tapi jangan sampai ketahuan."

"Baik, Pak." Ren segera melajukan mobilnya. Ia heran melihat gadis tadi yang kembali bersepeda padahal baru saja terserempet motor, dan ia lebih heran pada majikannya yang ingin mengejar gadis belia itu. Apa bosnya suka pada daun muda? Tumben, biasanya bosnya itu selalu ditemani wanita-wanita dewasa. Ah, sudahlah, bukan urusannya.

"Gary, kamu tidak perlu mencari lagi, aku sudah menemukannya." Didengarnya protes Gary, tetapi ia buru-buru memotong, "Terima kasih atas usahamu, tetapi aku punya pilihan sendiri." Pria itu memutus sambungan telepon sementara matanya masih mengikuti si gadis bersepeda. Senyum merekah di wajah tampannya kala tangannya memasukkan ikat rambut kain ke dalam saku celananya.

🍂🍂🍂

"Sebaiknya kamu libur saja hari ini."

Laras menggeleng panik. "Tidak, jangan, Pak Bayu! Aku baik-baik saja, aku bisa mengirim bunga-bunga pesanan!"

Bayu mengamatinya beberapa saat. Ia mengembuskan napas sebelum berkata, "Kalau begitu bersihkan dulu lukamu dan tutup pakai plester. Lalu kenakan jaket, pinjam punya Miya. Jangan biarkan orang-orang dan para pelanggan mengira aku adalah bos yang tega membiarkan pegawaiku yang sedang terluka untuk mengantar bunga!"

LARASATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang