SEMBILAN

10.7K 1.1K 43
                                    

Laras tidak bisa tidur, ia terus-menerus teringat akan ciuman Kaisar saat lamaran. Jika berciuman, pria itu selalu memasukkan lidahnya untuk menelusuri bagian dalam mulutnya, membuat dada dan bagian bawah tubuhnya berdenyut ngilu. Pria itu pandai berciuman.

Sudah berapa banyak wanita yang diciumnya? Sudah berapa banyak wanita yang disentuhnya? Apa pria itu sering melakukan hubungan badan dengan para wanita? Tapi... jika begitu... kenapa belum ada anak? Mungkin memakai pengaman. Hmm... kenapa dia memilihku? Dia pikir aku perempuan kuat? Kuat apanya? Pria aneh, benar-benar aneh!

🍁🍃🍂


Saat Laras dan Kaisar tengah fitting baju pengantin, tiba-tiba saja seorang wanita yang dandanannya bagai aktris di televisi muncul di hadapan mereka. Ia langsung bergelayut manja pada Kaisar.

"Kai, jadi benar kamu mau menikah dengan perempuan dekil itu?!"

"Mya, jaga ucapanmu."

Laras mengerjapkan matanya. Mya? Jadi dia wanita bernama Mya yang pernah Akash sebut-sebut itu?

Mya memelototi Laras. Usia wanita itu tampaknya sebaya dengan Kaisar, namun sikapnya seolah ia jauh lebih muda dari Kaisar. "Kai, aku jauh jauh jauh lebih cantik daripada dia, tapi kenapa...?"

Kaisar melepaskan pegangan wanita itu dari lengannya. "Hentikan, Mya. Kami sedang fitting baju, jangan mengganggu," nada suara Kaisar teramat dingin.

"Kai, selama ini aku selalu berharap bahwa akulah yang——"

Kaisar menghela napas dalam. "Aku hanya menganggapmu teman, Mya, selamanya," ucap Kaisar, terdengar kejam di pendengaran Mya dan juga Laras.

"Kamu pasti akan menyesal, Kai, dan kamu akan menyadari bahwa aku jauh lebih baik segalanya dibandingkan perempuan kumuh itu!" geram Mya sebelum mengentakkan kakinya dan berlalu dari hadapan Laras dan Kaisar.

Jantung Laras berdentam-dentam. Ia sekarang baru sadar bahwa pikirannya selama ini tentang selera Kaisar sangatlah aneh... ternyata benar. Bagaimana bisa pria itu menganggap seorang wanita yang kecantikannya bagai boneka Perancis itu hanya sebagai teman?

"Nona, bagaimana? Apa Nona suka dengan gaun ini?" Pertanyaan sang asisten desainer membuyarkan lamunannya. Perempuan yang wajahnya tampak ramah ini bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa barusan.

Laras sangat menyukai gaun putih menawan yang agak longgar di tubuhnya ini, tetapi apa pedulinya? Pernikahan ini bukanlah pernikahan yang sebenarnya, dan bukan pernikahan dengan pria yang ia cintai. Ia memaksakan seulas senyum dan mengangguk.

Sang asisten desainer mengatakan bahwa ia nanti akan mengecilkan ukurannya hingga pas di tubuh langsing Laras.

"Kamu sangat cantik mengenakan gaun itu, cocok." Wajah Kaisar tampak senang, dan sepasang matanya memancarkan kekaguman yang tidak ditutup-tutupi, membuat wajah Laras menghangat. Sedikit banyak memupus rasa perih atas hinaan wanita bernama Mya tadi.

Kaisar juga tampak memesona dalam setelan jas serba putih. Laras memandangi pria tinggi itu. Ya, sepertinya Kaisar memang sangat cocok dalam nuansa putih, pikir Laras.

Usai mengepas baju pengantin, Kaisar mengajaknya makan malam seperti biasa, tetapi kali ini di rumah pria itu. Baru kali ini Laras menginjakkan kaki di rumah calon suaminya. Bangunan dua lantai berdinding cat putih dengan jendela jendela besar dan langit-langit yang sangat tinggi, membuat ruangan tetap sejuk meskipun tanpa kipas angin atau pendingin ruangan. Lantainya terbuat dari marmer, sangat mengilap dan dingin. Laras bertanya-tanya dalam hati berapa kali lantai ini harus disapu dan dipel dalam sehari?

LARASATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang