SEBELAS

21.4K 1.2K 189
                                    

Laras membuka mata dan mendapati seorang pria tampan tengah menatapnya dengan sepasang mata terindah. Bibir pria itu mengulas senyum menawan. Terkejut, ia bergerak mundur, namun tangan pria itu menahan punggungnya.

"Hei, mau ke mana?" tanya Kaisar.

Laras menyadari ketelanjangannya saat merasakan sejuknya telapak tangan pria itu di punggungnya. Refleks ia menutupi dadanya dan menunduk. Namun, matanya malah bertabrakan dengan perut berotot Kaisar, membuatnya meneguk ludah. Akhirnya ia memejamkan matanya. Wajahnya terasa panas. "A-a-eh, sekarang jam berapa?" tanya Laras gugup. Ia baru teringat bahwa dirinya telah menikah dengan pria di hadapannya ini. Ia malu pada ketelanjangan mereka, malu pada kejadian semalam yang tiba-tiba menyerang ingatannya.

"Kurasa langit di luar masih gelap," jawab Kaisar. Tangan besarnya mengelus-elus punggung Laras, membuat gadis itu merasa nyaman. "Kamu mau minum?" tanyanya lembut.

Tenggorokannya memang kering. Laras membuka mata. "Eh iya, biar kuambil sendi——"

"Tidak usah." Kaisar bangkit dari tempat tidur lalu beranjak turun dan berjalan ke meja kayu di depan tempat tidur untuk mengambil sebotol air mineral.

Laras buru-buru bangkit duduk seraya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan celana dalam. Ia mengambil botol air dari tangan suaminya dengan canggung. "Te-terima kasih."

Kaisar tersenyum memamerkan lesung pipinya seraya duduk di sebelah istrinya. "Aku ingin kita cepat membuat anak. Jadi jangan lama-lama, ya, haidnya."

Laras tersedak air minumnya dan ia terbatuk-batuk. Kaisar menepuk-tepuk punggungnya dan mengambil botol minum dari tangan gadis itu. "Hati-hati kalau minum."

Dia pikir ini salah siapa? semprot Laras dalam hati. Setelah batuknya reda, ia mengambil kembali air minumnya dan meneguknya dengan hati-hati, sementara tangan pria itu masih bertengger di punggungnya. Kaisar mengambil botol dari tangan gadis itu segera setelah Laras selesai minum, dan meletakkannya di nakas samping tempat tidur.

"Laras, aku masih lapar."

"Jam segini bisa pesan makan?"

Kaisar menggeleng. Ia tersenyum lalu meraih Laras dan mencium bibir gadis itu dengan cepat. Kedua tangannya dengan lihai menarik turun selimut yang menutupi tubuh istrinya, memperlihatkan gundukan bulat dan kenyal dengan puncak merah muda yang langsung diremas pria itu.

Laras mengerang dalam ciuman mereka. Tangannya naik untuk mendorong tangan pria itu, namun Kaisar bergeming. Sebentar saja, napas Laras sudah tersengal-sengal akibat ciuman dan remasan suaminya.

"Aku lapar ingin memakanmu," ucap Kaisar di sela-sela ciuman mereka. Kedua tangannya meremas kuat payudara Laras, membuat gadis itu meringis kesakitan. Lalu jari-jari tangannya memelintir putingnya, membuat bagian kewanitaan Laras berkedut.

Tapi lagi-lagi, tentu saja mereka harus berhenti karena Laras sedang haid.

💐💐💐


Saat Laras terbangun, sinar matahari sudah menerobos masuk melalui jendela kamar penginapan bernuansa bambu dan kayu yang terbuka. Ia tidak mendapati Kaisar di sebelahnya. Ke mana pria itu?

"Sudah bangun?" Tiba-tiba pria yang dicarinya muncul dari arah kamar mandi hanya dengan lilitan handuk putih di pinggangnya. Rambutnya basah.

Laras mengangguk. Betapa Laras ingin menyentuh pria itu, tetapi ia menahannya. Ia teramat malu dengan pikirannya sendiri yang kerap ingin menyentuh pria itu. Ia butuh keberanian ekstra, pikirnya.

"Kamu mau makan di sini atau di restoran?" tanya pria itu seraya melangkah di atas lantai kayu yang tertutup karpet beledu merah, menuju lemari pakaian di dekat kamar mandi.

LARASATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang