EMPAT

12.8K 1.2K 91
                                    

"Kak Laraaaaaassssss!"

Laras yang tengah menjemur baju di halaman belakang terkejut mendengar teriakan Srijati, adik bungsunya yang duduk di bangku SMP.

"Apa, Sri? Pagi-pagi sudah teriak-teriak, kaget, tahu!"

"Sri juga kaget, Kak Laras, masa di depan ada tamu cari Kakak. Coba tebak siapa?"

Laras menjemur celana pendek biru. "Siapa?" tanyanya acuh tak acuh.

"Coba tebak!"

"Kakak tidak tahu."

"Ih, Kak Laras! Pak Kaisar!"

Sepasang mata Laras hampir meloncat dari tempatnya. "Apa?" Laras buru-buru menghampiri adiknya. "Tolong lanjut jemur, Sri."

"Iya, Kak," ujar Srijati patuh.

Laras keluar ke teras yang masih diterangi lampu. Kaisar memunggunginya. Pria itu tampak menjulang dan mewah, tidak cocok berada di rumah jelek Laras. "Ada apa ke rumahku pagi-pagi?" Laras tidak heran bagaimana Kaisar bisa mengetahui di mana rumahnya.

"Mau menyapamu saja." Kaisar tersenyum, dan Laras selalu terpesona pada lekuk di kedua pipi pria itu.

"Sudah, itu saja? Aku masih banyak urusan." Laras menunggu Kaisar berpamitan. 

"Aku ingin bertemu dengan calon ibu mertuaku."

"Lain kali saja. Ibuku sedang memasak——"

"Wah, ada tamu rupanya." Tiba-tiba Srikandi keluar ke teras, diiringi Amelia dan Titi, membuat Laras melongo.

Tanpa Laras duga, Kaisar buru-buru mendekati Srikandi lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. Setelahnya, Srikandi dan kedua adik Laras mendongak pada Kaisar yang begitu tinggi——kepala pria itu hampir mencapai langit-langit teras.

"Kaisar, kekasih Laras. Panggil saja Kak Kai." Kaisar menjabat tangan Amelia lalu Titi.

"Kak Kai bawa bunga apa kali ini untuk Kak Laras? Setelah mawar merah dan putih, seka——"

"Amel, cepat lanjutkan memasak, nanti gosong!" Laras buru-buru memotong ucapan Amelia dan mengusir adiknya itu masuk ke dalam. Gadis berambut ikal itu menghela napas lalu menurut.

"Mau minum apa, Kak Kai?" tanya Titi sopan.

Kaisar menggeleng. "Tidak usah, saya cuma mampir sebentar sebelum ke kantor." Ia menoleh pada Srikandi. "Bu Srikandi, dua minggu lagi saya dan Laras akan menikah, jadi supaya Ibu tidak terkejut, saya memberi tahu sekarang."

Srikandi menutup mulutnya, ia terlihat syok. Selama beberapa saat suasana menegang, sebelum wanita itu menoleh pada Laras. "Laras?" Mata dan pertanyaan wanita itu menuntut jawaban.

Laras ingin sekali melempar Kaisar dengan sandal selopnya untuk menutup mulut pria itu. Ia menatap ibunya seraya menelan ludah. "A-akan kujelaskan nanti malam. Kai, sebaiknya kamu segera pergi, karena aku masih banyak urusan. Aku tidak mau terlambat ke tempat kerja."

Kaisar menyugar rambutnya, lalu meminta Laras mendekat.

Laras dengan enggan mendekat, dan seketika aroma parfum segar menggoda hidungnya. "Ada apa?"

"Aku tidak memberimu mawar putih," bisik Kaisar.

Laras menegang. Rupanya pria itu mendengar ucapan Amel, pikir Laras panik. "Memang bukan dari kamu."

"Lalu dari siapa?"

"Dari pengagumku yang lain. Kamu kira cuma kamu yang menyukaiku?"

"Berapa pria yang mengagumimu?"

LARASATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang