For him, she is the princess. For her, he is the universe.
Jangan bayangkan pertemuan keduanya yang romantis, yang ada dipenuhi tensi. Namun, baik Sewoon maupun Chaeyeon tidak pernah menduga akhir kisah mereka lebih dari sekadar panggilan "muka dek...
Gue pikir yang tersiksa di sini hanyalah gue. Tapi pelukan Sewoon dan suara lirih dia bilang kangen itu buat gue mau nangis sekaligus lega.
Gue ternyata gak dilupain. Gue benar-benar sepenting itu bagi dia sampe rela berkorban nyiksa dirinya sendiri demi gue.
"Sewoon, aku pulang."
"Karena memang cinta harusnya menemukan jalan pulang ke rumahnya."
Gue ketawa pelan dengernya dan biarin aja Sewoon meluk gue. Gatau berapa lama kemudian baru lepasin gue dan sekarang gue ketawa ngakak.
"Aduh ... jelek banget sih kamu abis nangis."
"Gapapa, kalau ganteng nanti gak bisa sama kamu."
Gue itu mau nahan diri biar gak nampol dia tapi gak bisa. Di ajarin apa sih Sewoon gue selama gue gak sama dia? Mulutnya sampis tahu gak sih?
Ini anak malah cengegesan yang bikin gue kepengen nampol. Gue tahan tapinya, soalnya gue takut efek kecelakaan waktu itu masih ada. Gue tiap lihat dia loncat-loncat pasti teriak karena gue takut kakinya kenapa-kenapa lagi. Gue trauma lihat dia dioperasi sepuluh kali hanya buat dia bisa jalan dan ya, gue keras kepala sampai akhir mau samping dia.
Makanya gue putus sama dia. Gue gak mau ninggalin dia dan gue berakhir harus ngulang dari awal lagi kuliah tahun depannya.
"Kamu kalau kangen kenapa gak pernah chat aku? Kenapa gak pernah nelpon aku? Jangan bilang kamu ada main sama cewek lain ya?!"
"Nanyanya satu-satu," Sewoon udah beresin gitarnya dan gak mau lepasin tangannya gue. Bahkan saat nyetirin mobil gue buat di anterin pulang. Cuma pas ganti gigi doang bisa lepas, tapi abis itu dipegang lagi.
"Kok gak di jawab sih pertanyaanku?!"
"Mau jawaban diplomatis apa jujur?"
Gue dengernya mengeryit. "Emang beda?"
"Iya."
"Yaudah."
"Yaudah apa?"
"Keduanya."
Sewoon dengernya cuma senyum. Gue kangen lihat dia senyum dan meski gue di Singapura juga gak bohong kalau sempat pacaran beberapa kali sama orang lain, tapi gue pada akhirnya hanya mikirin dia.
Diamuk gak gue ntar kalo jujur soal ini?
"Kalau jawaban diplomatis, aku gak chat atau nelpon kamu karena kita gak dalam hubungan apa-apa," gatau, gue yang malah meringis mendengarnya. "Dan gak, gambar teknik udah nyita perhatianku, apalagi kalo apes sekelompok sama Somi dan Samuel. Gak tidur seminggu bener."
Minta ditampol memang ya Somi ini. Kalau Samuel ... gue gak bisa ngomong apa-apa lagi.
"Kalau jawaban jujur," perkataan Sewoon membuat gue berhenti menyumpah-nyumpah Somi dalam pikiran gue. Dia natap gue karena sekarang lampu lalu lintas lagi berwarna merah, "karena aku kalau melakukannya, gak yakin bakalan sanggup nahan diri untuk bilang kangen kamu. Aku tahu kamu, akan impulsif lari ke sini dari SG cuma karena itu."
Gue kepengen nangis sekarang denger hal itu. Sewoon cuma senyum dan jalanin mobil karena sudah lampu hijau.
"Kenapa?" Sewoon, ngapain lo nyiksa diri sampai di titik seperti itu?
"Karena bagiku, cinta itu emang penting tapi bukan berarti harus menghancurkan masa depan orang yang aku cintai."
Pandangan gue buram dan gue yakin ini nangis. "Kamu bodoh!"
"Gapapa aku bodoh. Asal kamu nanti gak bakalan nyesal karena gak mengejar impianmu."
Gue napas sampai bunyi karena hidung gue mampet. Kebiasaan kalau gue nangis, padahal gue paling jarang nangis. Film sad ending aja gue gak nangis, tapi kalau apa pun yang berhubungan sama Sewoon, gue bakalan nangis gak pake rem.
"Jangan nangis, nanti kamu jelek."
"Sewoon!"
Gue kesal dari dulu dia selalu ngomong gitu kalau gue nangis, tapi denger alasannya sekarang malah bikin gue mau histeris aja nangisnya. "Soalnya aku gamau orang lain yang hapus air matamu."
Kenapa sih dia jadi kayak gini? Gue dibaperin mulu dari setengah jam yang lalu.
"Tapi sebenarnya Chae, aku gak pernah peduli kamu mau cantik atau jelek saat sama aku. Karena yang penting kamu itu ada di sini."
Gue kepaksa harus mukul kepala Sewoon buat dia berhenti ngomong hal cringe lebih lanjut. Gue gak yakin Daehwi atau Samuel yang ngajarin Sewoon ngomong beginian, karena dua orang itu tipe gak mau ngaku kalau dia sayang sama seseorang secara perkataan.
Mulutnya berbisa banget berdua itu, tapi sikapnya kebalikannya dari apa yang diomongin. Gue udah gatau lagi kalau Somi sampai buang mereka karena prinsip konyolnya.
"Sewoon, ini bukan jalan ke rumahku," aku baru sadar kalau dari tadi aku belum sampai rumah juga.
"Chaeyeon, kamu kenapa kurus banget setelah aku gak urusin kamu?" ya karena gue kebanyakan mikirin kamu, bodoh. "Kira-kira ukuran cincin bakalan berubah gak kalau misalnya kamu kuurus lagi?"
Ha? Apaan sih Sewoon maksudnya?
"Princess, would you marry me who not a prince charming?"
Tampar gue, ini pasti bukan Sewoon yang gue kenal!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.