"Hei. Jadi, kamu suka sama siapa?"
"Haah?!" Riel kaget—sampai menjatuhkan sendok yang dia pegang. Maklum, sedang makan malam. "Kok tiba-tiba tanya?"
"Penasaran." Keel mengangkat bahu.
"Eeh..." Riel menggigit bibir. "Ada, sih. Seseorang."
"Siapa?" Keel mencondongkan diri.
"Wha—tidak akan kuberitahu!" Riel menyilangkan tangan. Menutupi wajahnya yang merona.
"Kenapa??"
"Terus kenapa kalau tidak kuberitahu?"
"Terus kenapa kalau aku tidak boleh tahu?"
"Terus kenapa kamu peduli?"
"Terus kenapa kamu peduli kalau aku peduli?!"
"...siapa sih, peduli itu?"
"Uuh.." Percakapan tidak jelas hampir berakhir, tapi mulur Keel kembali terbuka. "Pokoknya, bagaimana sih rasanya jatuh cinta?"
"Eng..." Riel agak bingung mengutarakannya. Apalagi dihadapan Keel. "Rasanya—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jibril Mikail
Romance"Lebih bagus daripada mendengar "aku jatuh cinta" seratus kali, adalah mendengar "aku mencintaimu" satu kali... dan lebih dahsyat dari seratus juta niat membunuh, ...adalah satu ciuman." Kisah pendek biasa tentang cinta dan pengorbanan... ditambah...