16

16 3 0
                                    

Sudah kubilang. Menyerah saja.

"Tidak akan pernah."

Kenapa? Kenapa kau peduli pada dia yang tidak mencintaimu lebih dari—

"Diam! Aku tahu, tapi aku selalu khawatir padanya yang terlalu kuat. Karena yang aku cintai sangat kuat, aku hanya bisa memikirkannya..."

Oke. Awas, si Hitam datang.

Riel melenyapkan Satan dan berdiri, pura-pura sedang meregangkan tubuh. Lalu datanglah Keel, yang langsung duduk di salah satu batu di sana.

"Ah, Keel. Pagi." Riel pura-pura tidak sadar. "Kesiangan?"

"Hum," jawab Keel. "Kamu selalu bangun kepagian!"

Setelah peristiwa buah itu, mereka sempat berhenti bicara—tapi dengan cepat kembali bersahabat. Malah seperti dulu—jadi bicara dengan lebih terbuka dan santai.

"Jadi," Keel memulai. "Karena kita masih akan aman sampai dua bulan ke depan..."

"Jangan bilang. Kamu mau latihan?" tebak Riel.

"Bukan! Justru aku mau ngobrol lagi sama kamu."

"Eh?"

"Lupakan, hehe." Keel melempar senyum ringan dan kedipan mata, lalu pergi. Riel agak geli melihatnya.

Jadi ini dia si Hitam sebelum aku bertemu denganmu? Wataknya aneh juga.

"Diam. Kenapa kamu bisa muncul lagi, sih?"     

Jibril MikailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang