1

39 5 0
                                    

Happy Reading,,



Saat aku melewati jalan ini seakan bayangan lelaki itu tak pernah hentinya datang menyapa, tersenyum bahkan yang lebih parahnya otak ini membayangkan dia datang memelukku. Laki-laki itu adalah boyband korea yang paling aku inginkan menjadi suamiku yaahh siapa lagi kalau bukan Lay Exo

Ini seperti nyata ya tuhan. Astaga dia akan menciumku...

Ayo cium aku rela untukmu bang

ummmmuachh

Satu...

Dua...

Tiga...

"Wilma..... bangun, sudah jam berapa ini kamu gak kekampus??"

"emmhh" sambil menggeliat aku sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari sebelum nyonya besar ini menyiramku dengan air dingin

"dasar anak malas, mau jadi apa kamu sudah besar begitu kelakuannya masih seperti anak kecil. Gimana kalau sudah punya suami"

"tenang ma aku belum niat ingin menikah" teriakku dari dalam kamar mandi yang kudengar dia masih membabi butaku dengan ocehannya

Setelah mandi dan berpakaian aku menuju meja makan untuk sarapan bersama papa, mama, dan ke dua adikku

"pagi pa" sapa ku yang dijawab senyuman oleh papaku

"kak Wilma, kata mama kakak akan pergi ninggalin kami"

" Kakak mau kemana?" Tanya Ardan adikku yang paling bungsu

"siapa yang bilang begitu?"

" kak Aira!!"

"dari mana kamu tau kakak bakal pindah?" mataku menatap tajam kearah Aira

"tuh" sambil memonyongkan mulutnya menunjuk mama

"yaelah" gumamku

"nak, kamu yakin bakal tinggal sendiri di aparteman kamu. Papa kok agak khawatir. Bukannya karena apa kamu kan.."

"kamukan belum bisa mandiri, bangun aja masih mama yang harus jadi alarm" ucapan papa dipotong oleh mama dengan nada yang kurang mengenakkan

"tenang aja papa ku yang paling ganteng aku mau coba hidup sendiri. kalau gak sanggup aku bakal balik kerumah kok tanpa kalian panggil"

Papa hanya tersenyum mendengarkan penuturanku. Aku tahu bahwa dia sangat khawatir terhadapku, bagaimana tidak dulu pernah sekali aku ditinggal seorang diri dirumah. Ada urusan mendadak yang mengharuskan papa dan mama pergi malam itu

Memang aku tidak sendirian ada mbak lina yang menemaniku dirumah. Mungkin karena kecapean mba lina tertidur dan lupa mengunci pintu belakang. Hingga ada sekelompik pencuri yang hampir membunuhku dan mba lina waktu itu

Untungnya ada beberapa orang yang lewat depan rumah dan mendengarkan kami berteriak minta tolong, sehingga aku masih bisa hadir dalam cerita ini(hehehe). Semenjak saat itu papa dan mama tidak pernah membiarkanku tinggal sendirian lagi

"iyah pa biarkan anak kita menjalani hidupnya sesuai apa yang dia inginkan" mama memang selalu memberiku semangat yang tentunya diwaktu yang tepat dan dibutuhkan. Walaupun kadang sangat menjengkelkan tapi dialah mamaku wanita terhebat dalam hidupku

"oke papa beri kamu isin. Tapi kamu janji kamu harus jaga diri dan jangan sampai ada yang berani melukaimu"

"Siap boss" dengan semangat 45 aku memberi hormat bak tentara yang hormat kepada atasannya

"rencananya kapan kamu pindah"Tanya mama

"mama ngusir aku?"menatap mama dengan tatapan sinis hehe aku takut durhaka tapi apa boleh buat sudah terjadi.

"iya mama ngusir kamu, jadi anak kok gak ada sopan-sopannya sama mama gak takut durhaka" jawab mama yang membuat kami tertawa hingga sakit perut

"apanya yang lucu?, sampai kalian ketawanya kayak gitu" wajah mama memelas menahan amarah

"mama deh masa nyumpahin anaknya masuk neraka. Aku rencananya pindah.... Hari ini"

"cepat banget kak" mata Ardan terlihat berkaca-kaca. Aku lalu menariknya kedalam pelukanku

"kakak akan sering datang jengukin kamu, lagian kalau Ardan capek atau punya banyak Pr kan ada kak Aira yang bakal bantuin" kucium pucuk kepala Ardan yang sudah menangis sesegukan" iyakan Aira"

"iya kak"

Sudah menjadi kebiasaanku datang terlambat jika mata kuliah pak Burhan. Bukan karena aku membenci dosennya itu karena dia akan menjelaskan materi sepanjang sungai nil dan selebar lautan sana. Itu yang membuatku malas bukan aku saja sih tetapi satu ruangan kadang tertidur dibuatnya

Tapi entah angin apa yang membuatku datang lebih awal hari ini

"tumben loh datang pagi, biasanya 15 menit sebelum mata kuliah Pak Burhan selesai lo baru nongol" Naila menyindirku yang kubalas dengan tatapan acuh tak acuh

Meskipun dia kadang berkate-kate seenaknya dia termasuk orang yang bisa dipercaya dan satu-satunya sahabat gue yang paling dekat

"Nai, gue udah diijinin tinggal diapartemen" kataku yang membuatnya kaget gak kepayang

" serius loh?"

"iyya, papa udah setuju bahkan dia gak nolak kalau gue pindah hari ini"

"selamat untukmu Wilma, selamat menderita tinggal sendiri"

"jahat loh Nai,"

"jadi gue jahat?, Emang iyya"

"Naila awas loh yah. Andai hati gue gak seneng hari ini gue bakal cincang lo jadi bakso dan tulang loh gue kasih anjing sekalian"

"yakin loh, ntar kalau gue gak ada loh curhatnya sama siapa?, loh kan jomblo kekal abadi"

botol kaleng yang aku pegang seketika aku lempar ke kepalanya biar tau rasa berdarah yah gak apapa yang penting hati ini senang dan bahagia

"Awwww, sakit!!!"

Pak Burhan hari ini gak masuk!!! Dia lagi nikahin anaknya. Teriak katua tingkat gue yang membuat kami satu ruangan bersorak untuk itu

"WiL pak Burhan gak masuk, belanja yuk"

"gak Nay gue mau ke apertemen dulu, mau beres-beres"

"gue ikut deh sekalian bantu teman. Pasti dapat pahala dan tentunya makan ga.ra.tis"

"iyya, ayok keburu mama sama papa datang. Ntar gue dapat kata-kata mutiara lagi dari mama"

"gue ke toilet dulu pengen.."

"jorok.. pergi sana dasar bau" aku mendorong tubuh Naila yang mengeluarkan bau panggilan alam yang tak bisa ditahan

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang