Suasana petang pun terasa. Matahari sudah akan menghilang pulang ke rumahnya. Burung-burung juga terbang kembali ke sarangnya.
Allisha menatap jalanan sembari memandang langit dengan warna jingganya. Ia sekarang sedang naik Thaksi, perjalanan ke rumah. Stevan ternyata sudah pulang, karena katanya sekolah sudah sepi.
Setelah Thaksi itu berhenti, Allisha pun membayar dan langsung turun. Ia masuk ke dalam rumah setelah dibukakan gerbang oleh pak Satpam.
Allisha menghentikan langkahnya saat melihat Stevan yang berdiri di depan pintu dengan tatapan mengintimidasi. Allisha hanya nyengir tak bersalah. Pasti setelah ini Stevan akan memarahinya, pikirnya.
"Dari mana?" tanya Stevan menyelidik. Ia ingin memarahi Allisha, tapi tidak tega. Ingat, Stevan masih mengidap sister complex. Jadi, walaupun Allisha berbuat kesalahan, Stevan akan berfikir dua kali untuk memarahinya.
"Dari tadi." Allisha melenggang masuk.
Stevan menghelas nafas lalu mengejar Allisha ke dalam. Allisha yang menyadari Stevan mengejarnya langsung berlari ke arah Cindi–Mamanya yang sedang menonton tv.
"Mamaa!" teriak Allisha bersembunyi di depan Mama.
"Kenapa sih? Ngalangin dek, mama lagi nonton tv." Mama menggeser tubuhnya ke samping, tapi Allisha mengikutinya. Padahal, ia sedang menonton sinetron India kesukaannya.
"Itu, Bang Stevan!" pekik Allisha saat melihat Stevan sudah mendekatinya.
"Dari mana? Dia pulang sekolah bukannya pulang malah kelayapan, Mah," adu Stevan sok tahu. Ia juga berdiri di depan Mama.
Allisha langsung berdiri, "Enggak, orang aku tadi belajar kelompok," ucap Allisha berbohong, takut-takut kalau mamanya marah. Walaupun, Mama tidak pernah marah, tapi Allisha jaga-jaga.
Stevan mendekatkan wajahnya ke Allisha, "Oh, belajar kelompok ya? Masa sih? Ngga percaya ah." Stevan lalu menarik kepalanya menjauh dengan senyum jahil.
"Kalo ngga–"
"Kalian berdua berdebatnya bisa di sana aja nggak?! Mama tu lagi nonton tv, ngga di depan mama bisa, 'kan?" kata Mama, "Ica juga, sana mandi, bau kamu."
Raut wajah Allisha pun berubah tidak enak, "Ish, Mama ..."
"Bau banget sumpah," ucap Stevan sambil menutup hidungnya.
"Dasar!"
Allisha langsung meninggalkan Stevan dan mamanya menuju kamar. Memang ada benarnya sih, badannya sudah lengket semua, tapi nggak bau, wangi!
°••••••••••••••••°
Allisha sedang memainkan ponselnya di kamar dengan posisi tengkurap. Ia juga memainkan kakinya.Ada satu pesan yang membuat ia menaikkan satu alisnya. Ini personal, bukan dalam grup.
Adnan:
Heh! Mbak kos! Mau latian kapan?Oh ya! Allisha lupa akan mencari panggilan baru buat Adnan. Sebelum ia membalas pesan itu, ia harus sudah punya panggilan baru.
Beruang laut? Terlalu alay dan kurang menusuk menurut Allisha. Ini panggilan sayang namanya.
Makhluk astral? Sudah ada yang punya.
Jin tomang? Juga sudah ada yang punya.
Semut rangrang? Ini mah panggilan di sebuah sinetron.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adsha (On Going)
Teen FictionMembuat hatinya rapuh memang mudah, tapi mengembalikannya tak semudah membuatnya rapuh. © Copyright October 2019 by Indahkusuma