05. Pingsan

67 4 1
                                        

"Hoi, maunya latihan dirumahnya siapa? ini cuma satu bulan loh, jangan ngaret," tanya Aska lagi karena sedari tadi belum ada yang menjawab.

Saat ini Aska dan para kelompoknya sedang berembuk membahas Seni Budaya. Sebenarnya, ketuanya itu Adnan. Namun, Adnannya tidak peduli, jadi Aska lah yang berinisiatif menggantikan.

"Gue terserah," ucap Ambar tidak tahu. Ia hanya menurut.

"Jangan terserah, gue paling nggak suka jawaban terserah," ucap Aska mulai malas, jawaban terserah itu bukan jawaban yang pasti.

"Rumah Adnan aja, oke?" tanya Aska lagi.

Adnan pun menoleh karena merasa dirinya dipanggil. "Nggak nggak, lo aja kenapa jadi gue?" tolak Adnan malas.

"Yaelah, rumah lo kan yang tengah-tengah, biar adil gitu lho, Nan," jawab Aska menepuk bahu Adnan.

"Kalau nggak ya tetep nggak!" ucap Adnan keras kepala.

"Halah, pokoknya besok Sabtu, latihannya di rumah Adnan, titik!" putus Aska menyelesaikan kalimatnya. Setelah itu gerombolan pun bubar dengan tidak teratur.

Adnan memandangi temannya yang sudah bubar dengan membuka mulutnya tidak percaya. Sedetik setelahnya ia menjitak kepala Aska.

Aska hanya tertawa dan menarik tubuhnya menjauh seraya mengangkat jari telunjuk dan tengahnya sebagai lambang damai. Ia lalu melarikan diri ke kantin karena memang ini sedang jam istirahat.

°••••••••••••°

Karin dengan lahapnya menyantap bakso di hadapannya seperti belum makan satu bulan. Ia sudah sangat lapar karena dari pagi belum makan. Ia memutuskan untuk meninggalkan Allisha dikelas karena katanya mau membahas Seni Budaya.

Setelah baksonya habis, Allisha baru menampakkan batang hidungnya. "Udah?" tanya Karin saat Allisha sudah menemukannya.

Allisha hanya membalas dengan anggukan kecil. Ia lalu bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah Ibu kantin dan memesan es kopi. Setelah itu ia kembali ke bangku tempat Karin berada. Ia pun duduk dan mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja sembari menunggu pesanannya datang.

Setelah beberapa saat, akhirnya pesanannya pun sudah datang, "Makasih ya, Bu," ucap Allisha berterimakasih. Ia memang sopan dan ramah, tapi hanya dalam beberapa hal saja.

Karin mengeluarkan sedotan dari mulutnya lalu berkata. "Enak ya lo bisa sekelompok sama Adnan," kata Karin sambil mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan.

"Biasa aja," jawab Allisha datar lalu menyeruput es kopinya. Enak dari mana?

"Kalo gitu tukeran yuk?" ucap Karin antusias membuat air kopi yang Allisha minum sedikit masuk ke saluran pernapasannya. Allisha tersedak.

Tukeran?

"Secara ya, Adnan itu ganteng," gumam Karin membayangkan Adnan.

"Huek," Allisha pura-pura muntah. Ganteng? Menurutnya, Adnan tidak ganteng, tapi kebalikannya.

"Pinter main basket," gumam Karin lagi.

"Hueeek." Allisha berpura-pura muntah lagi, tapi ini lebih parah.

"Atletis," tambah Karin.

"Hueekkk," tambah Allisha, kali ini disertai batuk. "Haduh, lo ngomong kayak gitu buat selera minum gue ilang," jelas Allisha.

Adsha (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang