"Ya mau latihan lah," jawab Allisha lalu menurunkan tangannya yang tadi di depan wajahnya.
Mendengarnya, Adnan pun langsung menutup pintu rapat membuat Allisha terkejut. Di dalam kamar, Adnan langsung memakai kaos dan sepatunya. Sebenarnya, Adnan berniat mau kabur.
Setelah beberapa saat, Adnan berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Ia memandang Allisha yang terhuyung ke belakang dengan tatapan aneh. Rupanya Allisha bersender di pintu dari tadi.
Tanpa memperdulikan Allisha, Adnan pun langsung berjalan menjauh. Ia hendak menuruni tangga, tapi tangannya dicekal oleh Allisha.
"Heh, mau kemana?" tanya Allisha mencegah Adnan pergi. Menatapnya horor.
"Mau pergi," jawab Adnan lalu berjalan lagi menuruni tangga.
"Enggak boleh! Kan kita mau latihan!" cegah Allisha sambil berlari mengejar Adnan.
"Ck," Adnan berdecak lalu berjalan lagi sampai ke pintu.
Allisha tiba-tiba sudah di depan pintu menghalangi jalannya Adnan. Adnan langsung menatap Allisha sinis.
"Minggir," ucap Adnan malas lalu mencari kenop pintu di belakang Allisha.
Allisha hanya menggelengkan kepala dan menggerakkan telunjuknya ke kanan dan kiri. Ia menghalangi setiap pergerakan Adnan.
"Duduk!" teriak Allisha sambil tangannya menunjuk ke arah sofa ruang tamu.
Rumah-rumah siapa? Yang sok ngatur siapa?
Adnan pun menurut karena pikirnya setelah ia duduk, Allisha akan pergi dari pintu sehingga ia bisa keluar.
Setelah Adnan duduk, Allisha pun mengikuti Adnan dengan juga duduk di hadapannya. Ternyata yang Adnan pikirkan benar. Jadi, sekarang ia harus mengalihkan perhatian Allisha.
Allisha sedari tadi masih memandangi Adnan. Ia tidak mau jika ia memandang arah lain, orang dihadapannya ini akan menghilang dan kabur.
Adnan mulai berfikir bagaimana caranya agar Allisha tidak memandanginya terus-menerus. Tiba-tiba muncul lampu bolep di atas kepalanya. "Ca! Belakang lo ada setan!" teriak Adnan sambil tangannya menunjuk ke arah yang di maksud. Ia memasang wajah setakut mungkin agar Allisha percaya.
Diluar dugaan, Allisha masih saja menatap Adnan membuat Adnan berdecak lagi. Tepat saat Adnan teriak tadi, kebetulan Bibi sedang lewat di belakang Allisha. Bibi hanya terkejut sebentar lalu berlalu pergi. Adnan jadi tidak enak.
Allisha hanya menahan tawanya melihat ekspresi Adnan. Ia sekarang menopang dagunya.
Adnan mulai berfikir lagi, berharap ada ide luar biasa yang mampir di kepalanya. "Ca! Di pundak lo ada kecoak!" teriak Adnan sambil menarik kakinya ke atas sofa. Ia membayangkan itu semua saja sudah merinding. Sejujurnya, ia sendiri yang takut dengan kecoak.
Allisha masih menahan tawanya, hanya terdengar kekehan-kekehan kecil darinya. Adnan yang sudah mulai bosan dan tidak tahu lagi bagaimana cara mengalihkan perhatian Allisha, langsung berlari ke arah pintu.
Allisha langsung membelalakkan matanya saat melihat Adnan berlari, "Adnaan!" teriaknya sambil berlari mengejar Adnan.
Adnan sudah yakin bisa kabur saat ini juga, jaraknya dengan Allisha tidak terlalu dekat dan sekarang tangannya sudah sampai pada kenop pintu.
Adnan langsung memutar kenop itu dengan cepat. Namun, melihat seseorang yang datang dari balik pintu dan merentangkan tangannya membuat ia menghela nafas. Usahanya dari tadi untuk kabur sia-sia.
Aska, Ambar, dan Angel sudah berada di depan pintu. Aska merentangkan tangannya dengan tersenyum lebar lalu nyelonong masuk ke dalam dan menjumpai Allisha yang berdiri beberapa langkah di belakang Adnan. Allisha langsung menghela nafas lega, untung teman-temannya itu sudah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adsha (On Going)
Fiksi RemajaMembuat hatinya rapuh memang mudah, tapi mengembalikannya tak semudah membuatnya rapuh. © Copyright October 2019 by Indahkusuma