Panas mulai mendera di kawasan gerbang sekolah. Apalagi, makin banyak kendaraan yang lewat dan membuat polusi menambahkan semakin sesak dan panas.
Allisha sedari tadi mengibaskan tangannya untuk sedikit menyejukkan dirinya. Ia mondar-mandir tidak jelas karena kepanasan. Namun, Adnan masih stay diatas motornya, terlihat nyaman-nyaman saja. Apa dia tidak kepanasan?
Pak Satpam pun muncul dari dalam dan mulai membukakan gerbang sekolah. Allisha yang sedikit mendengar suara gembok di buka langsung menoleh dan berlari ke arah gerbang. Adnan yang juga menyadari pak Satpam, langsung menaikkan standar dan menghidupkan motornya.
Setelah pagar dibuka, Allisha menghela nafas bahagia. "Akhirnya! Makasih ya, Pak," ucap Allisha kepada pak Satpam yang dibalas anggukan darinya.
Allisha pun berlari masuk menuju kelas, sedangkan Adnan menuju parkiran untuk mem-parkirkan motornya.
Setelah sampai di kelas, Allisha langsung masuk dan duduk di bangkunya. Ia tidak memperdulikan satu kelas yang memperhatikannya. Untung saja guru yang mengajar jam ke dua belum masuk.
Allisha langsung mengambil air minum dari meja Karin. "Minta ya?" katanya lalu langsung menegak setengah botol air di dalamnya tanpa menunggu Karin menjawab 'ya'.
"Kenapa lo telat?" tanya Karin masih memandangi Allisha. Tidak biasanya teman sebangkunya ini telat. Paling juga mepet jamnya.
Allisha menoleh ke Karin sambil menutup botol air minum lalu mengembalikannya. "Abis berantem sama orang gila," jawab Allisha masih ngos-ngosan.
Tiba-tiba terdengar cekikikan dari belakang. "Haha berantem sama orang gila," gumam Bani pada Aska teman sebangkunya. Kedua orang ini sangat hobi menggosip ternyata.
Allisha sebenarnya mendengar dengan jelas obrolan Bani dan Aska, tapi dia memilih untuk diam.
Setelah beberapa saat, akhirnya Guru yang mengajar jam kedua sudah masuk. Pelajaran pun dimulai dengan tidak cukup efektif, karena lagi-lagi segerombolan Bani dan kawan-kawannya nyeloteh sendiri. Namun, Allisha tidak terlalu ambil pusing. Karena saat ini, pelajaran Matematika. Pelajaran yang paling ia benci. Tidak apa 'kan sekali-kali mengabaikan? Ha-ha.
Sudah hampir empat puluh menit waktu pada jam kedua berlalu, menunjukkan akan sudah berakhirnya jam kedua. Namun, bangku Adnan sedari tadi masih belum menunjukkan pemiliknya. Adnan belum datang, dan itu membuat Allisha resah.
Di lain tempat, Adnan masih menunggu beberapa saat untuk kembali ke kelas. Disinilah tempat favoritnya, yaitu kantin.
Adnan pun menyeruput es jeruknya sembari bermain game. Sepertinya, bolos satu jam pelajaran dan menikmati es jeruk di pagi hari yang sangat panas ini pilihan yang tepat. Bagaikan surga dunia katanya.
Bel pergantian jam pun akhirnya berbunyi, membuat Adnan menyudahi aksi bolosnya. Ia pun membayar kepada Ibu kantin lalu berjalan kembali ke kelas.
Adnan berjalan menuju kelasnya tanpa fokus ke jalanan. Ia malah fokus pada ponselnya. Karena tidak memperhatikan jalanan, ia jadi menabrak seseorang.
Si cewek yang tertabrak pun terjatuh dan Adnan hanya menatapnya biasa tanpa ada niat menolongnya. Bahkan buku-bukunya jatuh berserakan.
Si cewek itu yang notabenenya adalah kelas sebelas sama dengannya pun membereskan bukunya sendiri. Ia pun mendongak untuk meminta maaf. "Maaf ya, gue gak sengaja," katanya saat melihat ternyata orang yang ditabrak adalah Adnan. Wow, Adnan lho.
Yaps, ini kesempatan si cewek itu untuk berkenalan, ia pun berdiri membawa buku-bukunya yang jatuh tadi dan mengulurkan tangan. "E-e hai nama gue Fania kelas XI IPS 1," ucapnya ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adsha (On Going)
Ficção AdolescenteMembuat hatinya rapuh memang mudah, tapi mengembalikannya tak semudah membuatnya rapuh. © Copyright October 2019 by Indahkusuma