Meet

27.4K 950 4
                                    

- edited -

L U C A S :

Cahaya matahari masuk lewat celahan gorden kamar hotel yang terbuka sedikit. Aku mengucek mata sebentar, menoleh ke arah kanan dan mendapati seorang perempuan bertelanjang bulat sedang tertidur pulas. Aku menghembuskan nafas lelah. Perlahan, aku beranjak dari ranjang yang sama kemudian mengambil pakaian supaya bisa segera keluar dari sini.

Sebelum akhirnya benar-benar pergi, aku sempat memandang intens wanita yang masih bergelayut dengan mimpinya. Aku menyunggingkan senyuman saat teringat kejadian semalam. Singkat cerita, aku mengalami masa capek yang luar biasa hingga memutuskan untuk pergi ke club seperti biasa. Baru saja menginjakkan kaki di sana, puluhan wanita langsung datang dan bermanja seakan-akan siap aku pakai kapan saja. You know what i mean.

Sejenak, aku melirik arloji yang melingkari pergelangan tanganku. Aku sontak menarik nafas panjang karena waktu memaksaku berangkat ke Smith Company kemudian Lucas Corp. Namun bukan namanya Lucas Dirgantara Smith jika aku langsung panik dan melangkah terburu-buru setelah itu. Pikiranku malah menyuruh untuk mampir ke sebuah cafe kesukaanku.

Aku turun ke lantai dasar lalu pergi ke daerah parkiran. Aku melihat mobilku dengan sombongnya seakan ia ikut membalas tatapanku lewat kedua lampu bagian depan. Dengan segera, aku masuk ke dalamnya dan bergegas ke tempat tujuan. Tidak butuh waktu lama sampai aku bisa melihat bangunan tiga dimensi itu.

Aku melihat sekeliling, tidak terlalu ramai jika dibandingkan biasanya.

BRUKK!

Tanpa sadar, seorang wanita menabrakku. Sialnya, wanita itu sedang dalam kondisi membawa segelas jus. Dengan penuh amarah, aku menyempatkan untuk melihat keadaan jas mahalku. Shit! Jasku yang bersih dan rapi sebelumnya, kini ternodai oleh cairan jus menjijikan. Emosiku semakin menjadi-jadi mengingat setelah dari sini, aku akan menghadiri meeting. Batinku seolah berteriak menuntut pembalasan dendam.

"Maaf, aku tidak sengaja."

Wanita itu bergerak mengambil tisu dari dalam tas berwarna cream miliknya dan lantas meraih jasku kemudian mengelapnya.

"Kau! Apa tidak lihat saya yang tinggi seperti ini mau lewat?!"ucapku sambil menepis tangannya dengan kasar. Dia terlihat sempat meringis sebentar. Ia juga tampak tidak suka dengan perlakuanku barusan. Ia yang sebelumnya menunduk beralih menatapku terang-terangan.

"Saya kan tidak sengaja. Lagipula, om juga main tabrak saya saja."

"Kau sebut saya 'om'?"

"Lalu, apa mau saya sebut 'pak'? Umur om kan jauh lebih tua daripada saya. Dasar, tidak sadar diri!"

"Dasar, tidak punya etika! Kau yang salah malah mengatai orang!"

"Kan saya sudah minta maaf! Yasudahlah, om. Saya mau memesan minum lagi. Untung, saya tidak minta ganti rugi atas jus yang tumpah barusan. Bye, om sayang."

'Sialan! Tunggu saja pembalasanku!'batinku dengan penuh kemarahan.

Bagai angin lalu, aku lantas menelepon pembantu di rumahku untuk membawakan jas yang baru. Berbeda dari biasanya yang selalu mengandalkan sekretarisku. Sayang, aku sebagai bos malah ditinggal reasign karena menikah. Awalnya kesal saat mengetahui sekretarisku mengundurkan diri karena ingin melanjutkan hubungan yang kebih serius bersama kekasihnya. Padahal, aku masih membutuhkan kinerjanya. Tidak mungkin aku membatalkan pernikahan itu.

Singkat waktu, aku kembali memesan makanan oleh sebab cacing yang ada di perutku sudah mendemonstrasikan nutrisi. Setelah acara makan ini selesai, aku langsung berangkat ke perusahaan untuk melakukan pertemuan dengan salah satu investor Korea.

"Baiklah, ada lagi yang ingin bertanya?"tanyaku setelah pengganti sekretaris sementara itu selesai mempresentasikan hasil kerjanya.

"I think, there isn't. As always, your company's plans are perfect."

"Saya senang jika memang begitu adanya. Silahkan, tanda tangan pada kontrak yang sudah disediakan. Terimakasih dan selamat malam."

Aku terduduk sebentar, meregangkan otot leher dan tangan. Sepertinya kali ini aku akan langsung pulang ke apartemen saja. Aku tidak bisa pulang ke rumah. Orang tuaku akan menjadi satpam mendadak jika aku melakukannya. Aku jadi tidak bisa menikmati malam dengan wanita-wanita panggilan. Mungkin ini juga yang menjadi alasan utama mengapa aku memutuskan membeli apartemen dua tahun yang lalu.

"Den, mau makan malam apa?"tanya salah satu bibi di apartemenku.

Aku memiliki cukup banyak asisten rumah tangga di sini dan biasanya aku memanggil mereka dengan sebutan 'bibi'. Mungkin kelihatan aneh saat aku takut berada di satu rumah dengan orang tuaku tetapi tidak dengan para pembantu itu. Sejak enam bulan yang lalu, saat orang tuaku tahu aku membeli apartemen pribadi, mereka marah.

Namun, aku berusaha menenangkan mereka dan pada akhirnya, mereka setuju. Sayang, semuanya tidak berjalan semulus bayanganku. Orang tuaku memberi syarat untuk bisa mengirim para pelayan itu agar menjaga barangkali perlu.

"Saya mau langsung tidur saja, bi. Terimakasih sebelumnya."

TO BE CONTINUED

JANGAN LUPA UNTUK KLIK TANDA BINTANG YANG ADA DI UJUNG KIRI KALIAN, SUPAYA AUTHORNYA SEMAKIN RAJIN.

AUTHOR OPEN BUAT KRITIKAN MEMBANGUN.

KALAU TIDAK MAU KETINGGALAN, YUK FOLLOW! TERIMAKASIH.

-RY-

You Only For Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang