Kalo lo nggak peka, jangan paksa orang untuk peka.****
Mutiara berjalan menuju pintu keluar pesputakaan kota, disusul oleh Trian.
Mutiara baru ingat bahwa diri nya tidak membawa kendaraan. Sebab tadi, dia menaiki mobil Carissa. Dia sekarang hanya berdua bersama manusia es.
Gue ditinggal sama tuh cunguk. Mana disini tinggal gue sama manusia es lagi. Masa iya gue minta dianterin pulang. Gengsi juga gue. Batinnya merutuki.
"Yaudah lah daripada gue gak bisa pulang. Jauh juga rumah gue dari sini." ucapnya pelan. Dengan terpaksa Mutiara pun memberanikan dirinya untuk menanyakan kepada manusia es.
"Ka?" panggilnya gugup. "Eh...Tria..an maksudnya." panggilnya lagi dengan nada gugup.
"Hm."
"Bo...boleh gak gue ikut pulang bareng lu?" cicitnya pelan dengan puppy eyesnya. "Gue gak maksa ko." lanjutnya.
Hening.
Tidak ada balasan dari Trian.
Tanpa permisi, dia langsung pergi meninggalkan Mutiara sendiri.
"Tai! Nyesel gue mohon-mohon tadi. Di kira gue, dia mau nebengin gue. Eh gak tau nya malah minggat gitu aja kaya jelangkung." cerocos Mutiara kesal.
****
Mia mengerjapkan matanya berkali-kali. Pandangan nya samar-samar karena dia sempat tertidur. Dia hanya melihat tembok bewarna coklat polos. Itu pun tidak terlalu jelas.
Setelah beberapa detik dia pun sadar dan berada di sofa. Bentar, tapi ini rumah siapa? Ka Hans? Dia beneran bawa gue ke rumah nya? Batinnya menanyakan.
Disaat seperti ini, panggilan alam pun memanggil Mia, tandanya ia kebelet pipis. Mia membawa tasnya kemudian melangkah dengan cepat ke arah toilet. Sesampainya di depan pintu toilet, rupanya ada tulisan yang menunjukkan bahwa toilet di rumah ini "Sedang dibersihkan".
Mia merasa seperti ingin menangis dan mengompol di sini, tapi diurungkan niat tersebut dan mencari tempat lain. Tiba-tiba pandangan Mia tertuju pada satu ruangan dengan pintu setengan terbuka dan terletak di pojok dan tidak ada siapapun yang menjaga disana. Diam-diam, dilangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu dan tanpa memperhatikan apapun, dia akhirnya menemukan sebuah bilik yang ternyata adalah toilet.
Voila!
Sepertinya hari ini Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya dan mengirimkannya toilet dadakan. Tanpa pikir apa-apa lagi, Mia segera masuk ke toilet dan merasa begitu lega.
"Ah... lega rasanya."
Mia melongo melihat pemandangan di toilet ini sekaligus kagum dengan isinya.
Apa harus semewah ini. Ada shower dan bath tube–nya pula, ucap Mia sambil hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Begitu Mia memutuskan untuk keluar dari toilet, tiba-tiba saja tubuhnya menabrak sesuatu yang keras dan hal itu membuatnya langsung jatuh terduduk di lantai.
"Aduh!" pekik Mia refleks.
Dia melihat dari bawah, ada sepasang kaki laki-laki yang berotot. Dan ketika matanya berhasil sampai di atas alangakah terkejutnya dia. Bahkan, jantungnya seperti terlepas saat itu juga.
"Aaaaaaaa!!!" pekik Mia dengan sangat keras. Sontak, dia langsung menutup kedua matanya dengan tangannya. Ini karena seorang cowok bertubuh jangkung berdiri di hadapannya yang hanya menggunakan boxer saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASIM CREW
Teen Fiction[PROSES REVISI] Persahabatan yang kuat menjadi runtuh karena seorang cowok. Semua itu dialami oleh Carissa, Mia, Mutiara, dan Anggun. Banyak konflik-konflik yang muncul untuk meruntuhkan persahabatan itu. "Kasih gue kesempatan. Gue minta maaf sama...