Part 14

88 6 1
                                    

"Sebuah persahabatan tanpa kepercayaan sama saja seperti gambar tanpa warna."

Tidak sempurna.


"Anjirr! Dia dateng kesiniii." pekik Mutiara dan Anggun. Mia dan Carissa menoleh ke belakang. Dan ternyata benar, Wakil Ketua Osis menuju ke arah mereka. Mia memutar bola matanya kesal, ngapain coba datang kesini? Fikirnya. Ia tak menggubriskan sahabat-sahabatnya yang sedang berteriak histeris memanggil nama Hans, kecuali Anggun.

"Gue boleh minjem Mia bentar bisa gak?" tanya Hans kepada tiga sahabat Mia. Mereka tak menjawab malah asik memandangi Hans. Hanya Anggun yang diam saja sedari tadi.

"Uhm..ngg b–boleh kokk." jawab Mutiara.

Dengan cepat Hans menarik tangan Mia menuju ke taman belakang sekolah. Mia terus saja memukul-mukul tangan Hans sesekali Hans meringin kesakitan.

Mia yang geram pun langsung menggigit tangan Hans. "Aww–ssh sakit bego!" adu nya. Mia hanya memeletkan lidahnya saja "Bodo! Emang ngapain coba lu narik-narik gue? Lagi makan juga."

"Bacot, gue disini mau ngomong." Mia hanya membalas dengan bergumam tak jelas.

"Lo masih marah sama gue? Oke gue minta maaf sama lu udah ganggu waktu lu pas ngobrol sama Kak Dimas!"

"Emang ganggu," kata Mia pelan.

"Dan maaf tadi gue udah marah-marah sama lu. Tapi gue harap pas pulang lu bisa ikut gue?"

Mia bingung ingin menjawab apa. Dia bingung, dia ingin sekali jalan sama Dimas sedangkan dia juga sudah janji sama makhluk satu ini. Mia menatap mata Hans yang sedang menatap Mia.
"Pulang kita bicarain di mobil."

****

Kini bel pulang telah berbunyi. Sedangkan Hans sedari tadi mengoceh tak jelas karena Mia tak datang-datang. Ia pun berniat menelpon Mia tetapi tidak diangkat. Hans mencoba beberapa kali dan akhirnya tersambung.

"Ya?"  angkat Mia dengan suara yang serak.

"Eh suara lo kenapa?"

"Nggak pa-pa, gue lagi pilek aja. Kenapa?"

"Cih, sini ke parkiran. Udah dari tadi nunggu!" ucap Hand dengan nada kesal.

"Iya iya gue kesana. Lima menit sampai disana. Bawel lo!"

"Awas lo ya bak-"

Sambungan terputus secara sepihak.

"Sialan!" umpat Hans.

Tidak lama itu Mia pun datang, dengan santai nya melewati Hans yang ingin menceramahi nya panjang-panjang ia sudah duluan memasuki mobil.

Hans menghembuskan nafasnya kesal terhadap Mia. Hans pun masuk ke dalam mobil.

Mobil bergerak meninggalkan halaman parkiran. Mia menatap jalan raya dengan lelahnya. Hans sesekali mencuri-curi pandang. Ia meminggirkan mobilnya.

Mia mengerutkan dahinya bingung. Ia berfikir kalau rumah Hans masih jauh? Miapun bertanya kepada Hans.

"Eh, kenapa berhenti? Kan belum nyampe." tanya Mia kepada Hans.

Hans tertawa kecil sebentar dan menganggukan kepalanya.

"Lu kenapa? Dari tadi gue liatin diem terus."

"Nggak pa-pa." balas Mia mencoba mengukir senyuman.

"Gue nggak suka orang bohong." ujarnya dengan nada dingin.

TASIM CREWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang