-SEPULUH-

334 16 21
                                    

Sejak dari cafe kemarin, Dyta dan Dafa sekarang menjadi dekat, kadang mereka juga jalan bersama, bahkan sekarang Dyta sering di antar pulang oleh Dafa.

Dyta tidak pernah menyangka kalau dirinya bakal bisa dekat dengan Dafa, lucu memang Dyta yang hanya siswi biasa bisa dekat dengan Dafa, orang yang cukup terkenal di sekolah.

"Assalamualaikum" ucap Dyta yang baru saja pulang sekolah.

"Waalaikumsalam, sayang"

"Kak Rio belum pulang ma?

"Belum, tadi Kak Rio telfon dia bakal pulang terlambat"

"Owh, aku ke kamar dulu ya ma" ucap Dyta meninggalkan Rina.

"Dyta, mama ke butik ya"

"Iya ma" seru Dyta dari arah kamarnya.

Mengganti baju, lalu merebahkan tubuh ke kasur itu adalah kebiasaan Dyta setiap pulang sekolah.

Dyta yang baru saja ingin memejamkan matanya, tetapi suara bel rumah berbunyi berkali-kali.

"Apaan sih" ucap Dyta mendengus

Dengan jalan yang ogah-ogahan Dyta memeriksa siapa yang memencet bel tersebut, namun ketika Dyta telah membukakan pintu, Dyta tidak menemukan siapa orang tersebut, tapi Dyta menemukan sebuah kotak yang dibungkus rapi dengan kertas kado berwarna merah dan di ikat dengan pita berwarna putih.

"Siapa sih" batin Dyta yang sedang termangu melihat kotak tersebut.

Ketika Dyta ingin menutup pintu utama, Rio datang dengan motornya dari arah gerbang .

Tinn tinn

Niat Dyta yang ingin menutup pintu, beralih membukakan gerbang untuk Rio.

"Iya iya gua peka, sabar" teriak Dyta pada Rio.

Dari arah luar gerbang Rio menatap Dyta, dan mengacungkan dua ibu jarinya pada Dyta.

Rio yang telah memarkirkan motornya tepat di garasi rumah, melihat Dyta sedang memegang kotak berwarna merah tersebut dan bertanya pada Dyta.

"Kotak dari siapa?"

"Ntah" jawab Dyta sambil mengangkat pundaknya mengisyaratkan bahwa dia tidak tahu.

"Kak, laper" ucap Dyta sambil menyenderkan kepalanya ke pundak Rio.

"Makan lah"

"Ishh gak peka, pantesan gak laku"

"Terus?"

"Beliin bubur ayam" pinta Dyta sambil mengeluarkan jurus pupy eyes nya.

Persetan Rio langsung menarik tangan Dyta, dan menyuruh Dyta untuk naik ke motornya sekarang.

"Pintunya belum di tutup ogeb" ucap Dyta, yang tadinya sudah naik ke motor, lalu turun untuk menutup pintu.

Setelah menutup pintu dan menutup gerbang, Dyta langsung naik lagi ke motor, dan Rio langsung melajukan motornya ke Warung bubur ayam.

"Mas bubur ayam dua, sama es teh dua ya" pesan Dyta ketika sampai di Warung bubur ayam.

"Di tunggu ya mba" jawab Mas mas bubur ayam.

Tak sampai sepuluh menit bubur ayam dan es teh pesanan Dyta tadi, telah sampai di depannya, dengan sangat antusias Dyta langsung memakan bubur ayam tersebut, Rio yang melihat adiknya makan dengan sangat lahap tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Laper banget ya?"

"Iyaa hehe"

"Mau makan apa lagi nih?"

"Gak ada lagi udah kenyang, kalo mau beliin harum manis gapapa deh" jawab Dyta dengan cengiran kudanya.

"Iya deh, selesain dulu itu makannya nanti kita beli harum manis" kata Rio sambil mengacak-acak rambut Dyta.

"Mas mas" panggil Rio pada mas mas penjual bubur ayam.

"Iyaa" jawab mas mas penjual bubur ayam tersebut, lalu menghampiri meja Rio dan Dyta.

"Nih mas" kata Rio sambil memberikan uang untuk membayar pesanannya tadi.

"Terimakasih" ucap mas mas penjual bubur ayam.

"Yuk dyt, let's go harum manis"

~

Saat Dyta dan Rio sampai di Taman, tempat menjual harum manis, mata Dyta berbinar binar melihat harum manis kesukaannya.

Setelah mendapatkan harum manis yang tadi Dyta beli, dia sangat senang sekali.

"Kak, gila ya udah lama banget tau gua gak beli harum manis disini, kayanya udah setahun gak makan ini"

"Lebay, orang jelas-jelas tiga Minggu yang lalu beli"

"Hehe"

"Lo masih deket sama anak kelas lo yang pernah ketemu di tempat bubur itu?" tanya Rio tiba-tiba.

"Deketlah, tapi gak seberapa kaya awal-awal masuk sekolah kemarin"

"Kayanya dia suka deh sama lo, tapi setelah gua perhatiin semenjak lo deket sama Dafa dia kaya ngejauh gitu"

"Yaudah deh ya kak daripada sibuk ngurusin orang mending kita santai kaya dipantai makan harum manis ini" ucap Dyta slengekan.

~

Pagi yang indah, Dyta yang telah siap berangkat ke sekolah segera menuruni anak tangga, Dyta melihat Dafa sedang berada di bawah mengobrol dengan Mamanya.

Dyta heran, biasanya Dafa hanya mengantarkannya pulang, namun sekarang Dafa menjemputnya.

Dafa yang melihat Dyta sedang menuruni anak tangga tersenyum.

"Loh kok ada Dafa, kak Rio kemana?" ucap Dyta heran.

"Tadi Rio udah berangkat duluan, sana gih buruan berangkat bareng Dafa, nanti terlambat lagi" jawab Rina.

"Ehm, tante Dafa berangkat dulu ya" pamit Dafa sambil bersalaman pada Rina.

"Dyta berangkat ma" ucap Dyta sambil bersalaman, lalu mencium pipi Rina.

"Hati hati Dafa" Rina mengingatkan Daffa.

"Iya, terimakasih tan"

~

"Tumben jemput?" tanya Dyta pada Dafa, ketika sampai di parkiran sekolah.

"Emangnya gak boleh ya?"

"Yaa gapapa sih, tapi gak biasanya aja"

"Tapi seneng kan dijemput sama calon pacar"

Degg

Seketika jantung Dyta berdetak melebihi ritme.

"Ada yang gak beres, jangan jangan Dafa tau kalo gua suka sama dia" batin Dyta.

"Bercanafa kali, ya karena memang gua lagi mau jemput lo aja"

"Ooo" jawab Dyta membulatkan mulutnya.

"Yaudah gua duluan ya" ucap Dyta meninggalkan Rio.

"Dyt" panggil Dafa.

"Hmm" jawab Dyta sambil membalikkan badannya.

"Helm nya" ucap Dafa sambil menunjuk nunjuk helm yang berada di kepala Dyta.

Ketika mengetahui helm nya belum Dyta lepas, Dyta langsung melepaskan helm tersebut, dan memberikan nya pada Dafa, lalu berlari meninggalkan Dafa karena merasa malu.

~

BIMBANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang