-SEBELAS-

91 5 1
                                    

Dafa memang cukup terkenal di sekolahnya, terkenal karena memang dalam hal olahraga Dafa cukup jago, Dafa adalah salah satu pengikut geng motor yang hampir semua orang tau di kota Dafa tinggal sekarang. Banyak orang menilai geng motor yang diikuti Dafa tidak baik, cuma bikin rusuh, namun nyatanya tidak seperti itu.

Kalau Dafa sedang ada masalah tempat pelarian Dafa yaitu geng motornya, Dafa adalah anak satu-satunya, Dafa tinggal bersama kakek neneknya karena orangtuanya selalu sibuk bekerja di luar kota.

Dulu Dafa memiliki teman kecil perempuan di dekat tempat tinggal kakek neneknya, ia yang selalu menemani Dafa saat bermain, namun setelah Dafa pulang dari berlibur bersama orangtuanya, temen kecilnya itu sudah pindah entah kemana tak ada kabar hingga saat ini.

"Dafa ada kiriman dari Ibu kamu, tadi nenek taruh di samping TV" ucap wanita yang kulitnya sudah keriput itu, saat melihat Dafa datang.

"Oh iya nek" Dafa langsung menuju yang diucapkan neneknya tadi, benar disana ada sebuah kiriman yang bertuliskan untuk Dafa kesayangan Ibu.

"Kalo sayang ya pulang masa cuma kirim paket" ucap Dafa bermonolog.

Dafa perlahan membuka kiriman dari ibunya, isinya jam tangan. Memang Dafa sudah menginginkan jam tangan itu sejak lama, dan sekarang Dafa dapat memilikinya, namun rasanya tidak cukup dengan jam tangan itu saja, Dafa rindu orangtuanya.

Dafa membuka aplikasi LINE untuk mengabarkan kepada ibunya bahwa kirimannya sudah sampai, Dafa tidak lupa mengucapkan terimakasih.

Kini saat bersama dengan Dyta, Dafa merasa nyaman, merasa tenang, kerinduannya kepada orangtuanya seketika menghilang. Dafa tidak yakin dengan perasaannya sekarang, Dafa bingung.

~

"Dytaaa" mendengar panggilan itu Dyta lalu menjawab dari arah kamarnya.

"Iyaa"

"Tolongin Mama Dyt"

Mendengar permintaan tolong dari Rina lalu Dyta beranjak dari tempat tidurnya dan menuju sumber suara.

"Iya Ma, Mama kenapa, Mama gak kenapa-kenapa kan?" ucap Dyta bertubi-tubi kepada Rina.

"Gak kenapa-kenapa Mama cuma mau minta tolong, beliin gas elpiji di minimarket depan komplek ya"

"Ahh mama kirain kenapa, emang kak Rio kemana Ma?"

"Rio belum pulang Dyt tolongin Mama ya" ucap Rina dengan muka memelas. Dyta mengangguk yang mengisyaratkan iya.

"Nih uangnya, beli naik mobil aja dyt panas banget keliatannya"

"Iya Ma"

~

Ketika ingin membayar gas yang Dyta beli, seketika uang di kantong baju Dyta hilang, dan setelah di cek ternyata kantong bajunya bolong. Dyta bingung harus bagaimana sekarang.

"Mas boleh ngutang dulu gak, uang saya kayanya jatuh nih, gak ada di kantong baju saya"

"Aduh mba gak bisa"

"Nih mas sekalian bayar belanjaan saya juga"
Mendengar ucapan barusan Dyta ternganga tak menyangka Riski ada di minimarket ini juga.

"Kenapa sih lo itu, kemarin ketus sekarang baik maunya apa?" ucap Dyta dengan nada meninggi, Dyta kesal dengan sikap Riski sekarang.

"Gak tau diri banget udah dibayarin" ucapan ketus itu terlontarkan dari mulut Riski.

"Oke besok gua ganti, makasih"

Baru saja Dyta ingin membuka pintu mobil, Riski menahan lengan Dyta dan memeluk Dyta dengan erat. Dyta tak membalas pelukannya, Dyta terkejut dengan pelukan tiba-tiba ini. Riski menangis, Riski tak tahan rindu dengan Dyta, setelah beberapa minggu tidak tegur sapa.

"Gua suka sama lo Dyt, gua sayang sama lo, gua kangen sama lo, guaa— gua gak berdaya sekarang Dyt" ucapan itu keluar dengan lancar dari mulut Riski, ia tak tahan menahan segala kerinduannya kepada Dyta.

Dyta mematung, pikirannya kacau, tak menyangka Riski menyatakan perasaannya sekarang, Dyta tak tahu harus bagaimana sekarang.

Setelah Riski meninggalkannya di depan minimarket dan menyatakan perasaannya tadi, Dyta langsung menuju ke rumahnya dengan pikiran kacau.

~

"Kok lo pucet Dyt" ucap Rio setelah melihat Dyta yang baru saja datang.

"Gua gak kenapa-kenapa kak, itu gas di mobil bawa ke dapur, gua capek"

Rio yang diperintahkan untuk membawa gas di dalam mobil ke dapur, langsung melaksanakannya. Rio tak biasanya melihat Dyta pucet seperti tadi yang ia lihat, takut adiknya kenapa-kenapa Rio segera menuju kamar Dyta untuk melihat keadaan Dyta sekarang.

"Dyt lo gak kenapa-kenapa kan?" tanya Rio khawatir, punggung tangan Rio ditempelkannya ke kening Dyta, untuk memeriksa panas atau tidak badan Dyta.

"Ihh gilak Dyt badan lo panas gini, kerumah sakit ya?"

"Gak mau ah kak, paling nanti juga sembuh"

"Beneran?"

"Iyaa kak"

"Yaudah gua ambilin kompresan dulu"

Dyta heran mengapa habis dari minimarket tadi badannya menjadi panas, tidak biasanya badan Dyta panas seperti ini.

"Gua kompres dulu ya"

Dengan penuh perhatian Rio mengompres kening adiknya yang panas, Rio menaikkan selimut adiknya yang tadinya di pinggang menjadi ke bawah leher.

"Besok gak usah sekolah, nanti gua suruh Mama telpon wali kelas lo buat ngijinin lo, kalo gak nanti gua bikin surat."

"Hmm, makasih ya kak"

~

Yeayyy akhirnya aku ada semangat buat ngelanjutin cerita ini lagi hehe🤪

Jangan lupa vote sama komen yaaa😁

Follow yuk ig aku:) nanti aku follback dm aja pokoknya hehe
https://www.instagram.com/dyahpermatakinanti/

Salam manis, Dyah:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIMBANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang