CHAIN's ~2~

4.2K 288 3
                                    

Kedua kelopak mata itu terbuka secara perlahan. Beberapa saat kedua kelopak mata itu terus mengerjapkan pandangannya yang terkena sinar mentari dari arah jendela. Begitu menyilaukan matanya. Kamar ini tidak memiliki ranjang ataupun lemari, sehingga membuatnya harus tidur di atas lantai kayu. Tanpa alas sedikit pun.

Dengan perlahan, dia mengubah posisi tubuhnya dari berbaring menjadi duduk. Disandarkannya tubuhnya tepat di dinding, berada di bawah jendela. Tubuhnya terasa semakin sakit, saat bergerak. Zwetta menghela napasnya, sambil terus mengedarkan pandangannya. Diliriknya lengan kirinya yang terkena cambuk kemarin. Dan dalam seperkian detik, dia merasa sangat terkejut. Tak ada memar, sayatan, dan merah membiru. Sama sekali tidak ada bekas luka disana.

Tak ada sisa sedikit pun dari luka yang cukup parah, dia dapatkan kemarin. "Siapa yang sudah menyembuhkan lukaku??" gumamnya pada dirinya sendiri. Di dalam ruangan ini hanya ada dirinya. Apa mungkin jika dirinya sendiri yang menyembuhkan? Tapi bagaimana mungkin bisa?

"Apa mungkin para omega yang baik itu datang dan menyembuhkan lukaku saat aku tidur??" Zwetta semakin mengerutkan dahinya dalam-dalam.

Hingga sebuah suara yang datang entah darimana menjawab pertanyaannya. "Yang melakukan itu adalah aku." Suara yang terdengar dingin, tak bersahabat sedikit pun.

Sebuah suara menjawab pertanyaan nya dan mengejutkannya. Membuat Zwetta terjengkit kaget, hingga bangkit dari duduknya, membuat gemerincing rantai itu terdengar berisik. Sontak itu membuat Zwetta semakin terkejut dan ketakutan. Di edarkannya pandangannya menyeluruh ke sekeliling ruangan. Tapi nihil, tak ada orang lain selain dirinya sendiri.

"Siapa yang menjawabku tadi?? Tidak ada siapapun disini..." gumam Zwetta, dan tak ada hentinya mengedarkan tatapannya dengan liar di seluruh penjuru ruangan itu.

"Zwetta... Ini aku, wolf - mu." Kali ini suara itu kembali terdengar, mulai mengintrupsi dirinya. Mencoba untuk meyakinkan Zwetta. Tapi jika di dengar, nada suaranya terdengar datar dan dingin. Dan hal itu membuat Zwetta semakin bingung. Seakan wolf-nya itu tidak ingin bertemu dengannya.

"Aku sama sekali tidak yakin... Em-maksudku... Jika kau wolf-ku, kemana saja kau selama ini?? Tidak-tidak, kau pasti bukan?! Kau bercanda..." Zwetta menjawab dengan panik, penuh ketidakpercayaan.

Terdengar tarikan napas yang panjang dan kasar. Mulai merasa jengah dengan tingkah kekanakan Zwetta. "Aku ini memang wolf-mu."
Zwetta terdiam dan Mencoba menekan rasa paniknya, yang terlihat terlalu berlebihan. "Jadi... Benar... Kau adalah wolf-ku?? Lalu, siapa namamu??" Tanya Zwetta dengan nada berbisik.

"Mariella." Wolf Zwetta menjawabnya dengan lirih, namun sama sekali tidak menghilangkan kesan dingin di dalamnya.

"Apakah kau memang seperti itu???" Zwetta kembali bertanya, dengan raut wajah yang kebingungan. Jika yang dia dengar, bahwa wolf akan bersifat hangat dan melindungi, kenapa wolf miliknya terkesan membenci dirinya. Bersikap dingin dan menakutkan.

"Seperti apa??" Di dalam kegelapan jiwanya, Mariella ikut mengerutkan dahinya. Yang dia tahu, bahwa pemilik utama tubuh itu, yaitu Zwetta, masih belum paham akan kekuatan yang dia miliki. Dia hanya perlu hadir dan mencoba untuk membangkitkan kekuatan mereka bersama.

Zwetta mulai duduk kembali ke atas lantai kayu itu, dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Dia mengangkat kedua bahunya, sambil menatap langit-langit kamar itu. "Kau bicara dengan singkat, datar dan... Em... Dingin???"

CHAIN's ✔️ {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang