CHAIN's ~8~

3.7K 248 6
                                    

Alpha Axel mulai berjalan perlahan untuk menyusuri seluruh penjuru pack-nya. Berharap mendapatkan tanda-tanda kemana Zwetta pergi beberapa waktu yang lalu. Mike ---wolf nya--- terus mengendus aroma tubuh Zwetta yang masih bisa tercium disana. Sesekali, Axel merasa frustasi saat tidak bisa lagi mencium aroma milik Zwetta disana. Axel menggeram kesal, dia merasa... Kosong. Dan juga hampa. Begitu kehilangan tanpa adanya Zwetta.

"Sial!! Kenapa aromanya malah berhenti tepat di ujung hutan ini?! Dia tidak mungkin masuk ke dalam hutan ini... Dia bisa berada dalam bahaya sekarang," ucap Axel penuh amarah dan menggeram.

"Apa sekarang kau merasa kehilangan, Axel?? Dia adalah mate kita, Axel... Dan kau hanya terlalu gengsi untuk mengakuinya," sela Mike sambil menggeram antara rasa amarah dan juga rasa sakit yang masih bisa dia rasakan.

"Diamlah, Mike!! Kau sama sekali tidak membantu." Axel mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

"Kau mencintainya, Axel. Begitu pula denganku yang juga mencintai dia. Tapi kau, dengan segala ego dan alasan balas dendam konyolmu itu, membuat mate kita tersiksa selama ini. Dan sekarang setelah dia pergi, kau malah ingin mendapatkannya lagi?! Kita bahkan tidak tahu, apakah Zwetta dalam keadaan aman atau dalam bahaya sekarang, Axel. Dan ini terjadi karena kesalahpahaman mu, untuk segalanya. Ini adalah salahmu!" Mike merasa sangat sakit hati saat mengatakan semua itu kepada Axel. Bagaimana pun juga, dia dan juga Axel adalah jiwanya yang satu, dan rasa kehilangan seperti ini, tidak pernah sekalipun dia inginkan.
Axel terdiam. Ditegakkannya tubuhnya kembali, dan mengambil langkah memasuki kembali pack-nya. Dengan kepala yang tertunduk, dia terus melangkah, tanpa memperhatikan para omega yang menyapanya di sepanjang langkahnya. Sesampainya di dalam kamar, Axel langsung mendudukkan tubuhnya ke atas ranjang, dengan tatapannya yang menerawang.

"Ini memang salahku..." gumam Axel yang dibalas hembusan napas Mike dengan kasar. "Kesalahanku yang paling besar yang pernah aku lakukan dalam sepanjang hidupku. Begitu besar hingga aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menebus segala kesalahan itu," lanjutnya dengan suara yang lirih.

Alpha Axel berteriak frustasi, hingga membuat dinding di kamarnya bergetar hebat. Napasnya terengah-engah. Kedua telapak tangannya yang besar dengan cepat menutupi seluruh wajahnya. Tanpa terasa air mata lolos dari ujung matanya. Ya, Alpha terkuat itu pun juga bisa menangis. Di iringi dengan Mike yang meraung sedih, kehilangan mate-nya, pasangan jiwanya. Axel teringat akan sesuatu yang membuatnya begitu merasa menyesal, beberapa waktu yang lalu.

***

Flashback on

Axel yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya, berjalan menuju para omega yang sedang menyiapkan makanan untuknya, namun terhenti saat mendengar suara pembicaraan yang serius di dalam kamar Beta-nya. Dengan segera, Axel melangkah mendekat ke arah daun pintu kamar Beta yang memang terbuka sedikit.

"Alpha Axel, sama sekali tidak mengetahui kebenaran ini. Hingga membuat Alpha, menyiksa mate-nya sedemikian rupa," suara penuh kekhawatiran milik Beta terdengar jelas di kedua telinganya.

"Beta, saya sama sekali tidak bisa menyimpan rahasia ini lagi. Sudah terlalu lama. Dan saya tidak ingin lagi ini di rahasiakan sekali lagi. Bahkan sudah hampir bertahun-tahun sejak kejadian kematian Alpha dan Luna, kedua orangtua Alpha," jawab Tabib dengan nada yang sama, penuh kekhawatiran dan rasa bersalah.

"Tabib, ini semua kita lakukan demi kebaikan Alpha. Apa yang nanti akan terjadi jika Alpha tahu, bahwa kedua orangtuanya tidak tewas karena di bunuh orangtua dari Luna Zwetta, mate-nya sendiri? Kita semua tahu hal itu akan begitu menyakiti Alpha..." suara Beta yang terdengar semakin berbisik.

CHAIN's ✔️ {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang