entah apa yang membuat air mata seorang kim sejeong memaksakan kehendaknya untuk keluar dari kantung matanya, yang jelas sekarang yang ia butuhkan adalah secarik tisu. "kenapa nangis?"
"maaf, salahku."
"kenapa salahmu?"
"kalau aku ingat kamu lebih awal, mungkin gak gini jadinya." daniel tersenyum, lebar. sampai hampir menghilangkan matanya.
"kenapa coba mikir kayak gitu?"
"ya karna itu salah aku, euigeon. coba aja aku waktu itu lebih memperhatikan sekitar, jadi gak perlu kecelakaan dan aku gak perlu lupa ingatan atasmu. jadi gak perlu memakan waktu lama untuk bikin aku inget lagi sama kamu,"
"tapikan sekarang kamu inget aku?"
"ya tapi teㅡ" belum sampai sejeong mengakhiri kalimatnya, laki-laki di hadapannya sudah lebih dulu merengkuh gadis itu.
"kamu inget aku sekarang aja udah cukup kok," dan itu membuat tangis sejeong makin menjadi-jadi.
di dalam rengkuhan seorang daniel, dengan kehangatan yang amat betul sejeong kenal.
tak peduli dengan nama euigeon yang sudah berganti karna ia dulu sekolah di luar negeri, yang jelas sekarang tangis sejeong tidak bisa di bendung. "stop crying, you always look so ugly when you do so."
kalimat itu hanya di balas oleh pukulan pelan di dada kanan milik daniel, "ouch, im the patient here. be careful, darling. udah nangisnya?" sejeong ngangguk. "mau anterin aku gak?"
"kemana?"
"ya jalan-jalan aja, bosen."
"yaudah,"
"sambil aku ceritain, gimana kisah seorang laki-laki yang sampe tiga puluh menit lalu nyari cinta pertamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
mémoire. - daniel.
Short Story"tolong sertakan aku pada memori kehidupanmu." ㅡ akrtrbl, 2017.