FASTER THAN A KISS
Chapter 7 – Es Krim Yang Meleleh
“Bisa kau jelasan padaku apa arti ciuman semalam?” tanya Kai tak sabar begitu ia berhasil menemui Kyungsoo saat bel istirahat berbunyi. Kai tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Mengejar-ngejar seseorang hingga ia butuh sebuah jawaban ataupun penjelasan. Semalam, ketika Kyungsoo menciumnya dan membimbing bibirnya secara tiba-tiba, Kai sama sekali tak mampu berpikir apapun untuk menanyakan hal tersebut pada Kyungsoo. Tubuhnya tiba-tiba saja seperti tersihir, dan hanya memfokuskan dirinya pada Kyungsoo yang selama ini ia tahu tak se-agresif itu.
Sungguh! Ia bahkan tidak bisa tidur dan hanya membaringkan tubuhnya di sofa dengan pikiran kosong namun sejuta pertanyaan tetap bergelayut di otaknya. Mendadak Kai merasa bahwa Kyungsoo sedang menantangnya.
Kemudian hari ini, setengah hari sudah ia habiskan waktu untuk menunggu-nunggu saat yang tepat sampai akhirnya ia berhasil menemui Kyungsoo. Karena Kai butuh penjelasan darinya! Apapun itu!
"Ya Tuhan! Kau ini berisik sekali. Kupikir kau akan bertanya tentang hal apa,” balas Kyungsoo melemparkan tatapan tak percaya.
“Jadi kau pikir, apa yang terjadi semalam adalah sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan?” bingung Kai ketika mendapati reaksi Kyungsoo tidak se-dramatisir dirinya.
“Begini ya, aku bahkan sulit harus menjelaskannya padamu bagaimana…”
“Jelaskan saja. Apapun itu.”
“Well, ciuman itu, hanya sebuah ujian keyakinan untukku sendiri apakah kau bertekad menjadikanku partner pada … entahlah misimu yang sebenarnya apa. Aku tak memusingkan itu. Intinya, bagiku sangat penting mengetahui seberapa kecil kau tidak menginginkanku …”
“Hei, aku sama sekali tak paham …”
“Sejujurnya aku hanya sedang bertaruh. Terutama untuk diriku sendiri. Kau tahu, dalam kerjasama hal-hal seperti ini, siapapun tak ada yang bisa menjamin bahwa kita tidak akan melewati tahap dimana kita akan saling menggunakan perasaan yang sesungguhnya. Aku hanya bilang, pada saatnya nanti, kau akan menemukan kesulitan untuk memahami perasaanmu sendiri…”
“Maksudmu, kau takut bahwa kau akan benar-benar mencintaiku ataupun sebaliknya?”
“Aku tidak bilang begitu. Tapi bisa saja hal itu terjadi, bukan?”
Kai terdiam. Ia tak mengira bahwa Kyungsoo akan memikirkan hal seperti ini hingga pada level yang tak kebanyakan orang lain pikirkan. Kai mengakui, pemikiran Kyungsoo benar-benar tepat. Pria mungil itu secara tidak langsung ingin memastikan pada dirinya sendiri bahwa paling tidak ada sekecil kemungkinan Kai akan menyukainya jika suatu saat nanti level yang dimaksudkan oleh Kyungsoo benar-benar terjadi. Ya, seharusnya Kai memikirkan juga perasaan Kyungsoo.
Sangat benar dengan pemikiran Kyungsoo bahwa memang tak satu pun dari mereka dapat menjamin, jika mereka tidak saling mencintai satu sama lain di kemudian hari. Karena itulah, Kyungsoo melakukan semacam ujian kecil untuk dirinya sendiri. Dan ciuman itu pastinya telah membuat jawaban tersendiri dari segala yang dipikirkan oleh Kyungsoo.
“Aku rasa aku mulai paham maksudmu.”
“Kalau begitu aku tak khawatir.”
“Tapi tunggu, bisakah kita memperjelas lagi semua ini?”
“Oh Tuhan, apalagi?”
“Seharusnya aku juga memikirkan perasaanmu. Kau benar, di satu sisi aku terkesan seperti egois karena hanya memikirkan kepentinganku untuk meyakinkan Luhan hyung bahwa aku tengah memulai ketertarikan baru pada seseorang. Tapi, seperti yang kau bilang, bagaimana denganmu?”
“Kau mengkhawatirkan aku?”
“Hei, ini bukan seperti …”
“Aku hanya bisa bilang, jika memang diperlukan, aku akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu. Untuk saat ini, keinginanku memang hanya ingin membantumu. Tidak lebih. Tapi, aku tidak bisa janji bahwa keesokan hari, mungkin saja kau yang menginginkanku …”
“Jadi, kau berkeyakinan bahwa aku akan benar-benar mencintaimu suatu saat nanti?”
Kai terkekeh. Tiba-tiba saja ia tak habis pikir dengan sikap Kyungsoo terhadapnya. Ia pikir, selama ini pria mungil itu hanyalah seorang pria polos berprestasi di sekolah, yang hanya tertarik pada novel-novel klasik serta pernyataan “I love you” yang hanya datang dari pangeran kuda putih. Ternyata Kai salah besar.
“Kau merasa ini lucu, ya?”
“Tidak. Maksudku bukan begitu. Jangan tersinggung. Aku hanya sedikit terkejut bahwa kau benar-benar menarik.”
Kai sangat sadar pada ucapannya. Ia sendiri mengakui bahwa dirinya-lah yang sekarang terlihat menunjukkan sisi-sisi ketertarikannya pada Kyungsoo. Ia bahkan tersenyum sendiri pada tingkahnya yang mendadak berubah konyol.
“See! Kau bahkan telah melihatku sebagai es krim strawberry yang sangat meleleh …”
Kyungsoo tak menanggapi lagi perkataan Kai. Ia justru pergi, meninggalkan Kai yang masih menatapnya dengan senyum bodoh.
***
Jam pulang kelas beasiswa tiba. Kyungsoo tak bisa berpikir apapun lagi selain tugas-tugasnya yang menumpuk di dalam tas. Baru saja ia berpikir untuk mengharapkan Kai menjemputnya, para murid beasiswa lain yang berkumpul di mading sekolah lebih dulu menarik perhatiannya.
Kyungsoo pun bergabung dengan mereka. Namun, karena tinggi tubuhnya tidak setinggi kebanyakan pria di sekolahnya, ia pun menunggu hingga sebagian murid beasiswa lain menjauh dari mading, tentunya setelah selesai dengan rasa penasaran mereka yang telah terjawab. Sekilas, Kyungsoo samar-samar mendengar mereka membicarakan sebuah kata-kata romantis, pasangan kekasih, dan hal-hal semacam itu.
Kyungsoo pikir, mungkin saja ada seorang murid yang baru saja menyatakan perasaannya kepada murid lain melalui mading sekolah. Namun, walau Kyungsoo merasa hal tersebut sangat klise, ia tetap diselimuti rasa penasaran yang tinggi. Paling tidak, ia ingin tahu konsep apa yang disampaikan oleh si penyampai pesan cinta di masing sekolahnya itu kali ini.
.
.
To : Es Krim Strawberry yang sangat melelehFr : Ksatria Tanpa Es Krim dari padang gurun
Pesan : Kau tahu apa artinya menantang seorang ksatria tanpa es krim yang berasal dari padang gurun? Kuberitahu ya, kau harus rela melelehkan dirimu untuknya …
.
.
.
Tak butuh pengulangan berkali-kali untuk membaca setiap kalimat yang tertera pada mading di hadapan Kyungsoo. Pesan yang tertulis di kolom pesan “dari dan untuk” pada madding itu telah menjelaskan apapun pada Kyungsoo.Pria mungil itu tak ingin salah menyimpulkan. Namun, kenyataannya memang benar!
Ia tak percaya bahwa kurang lebih 6 jam yang lalu, saat jam istirahat makan siang tadi, ia memutuskan untuk menunjukkan ketertarikannya langsung pada pria yang menuliskan pesan norak itu!
Apanya yang romantis??!
Kyungsoo menggeleng lemah, menyisir rambut depannya dengan penuh keterkejutan.
Kemana ia harus bercerita? Paling tidak, cerita cinta norak-nya ini tidak ingin ia simpan sendiri hingga umurnya 70 tahun nanti!
Sungguh, luar biasa norak dan menggelikan!
Kyungsoo mencibir dalam hati. Tiba-tiba saja otaknya tak mau berhenti membayangkan Kai yang kini tengah melumat es krim strawberry dengan wajah Kyungsoo di dalamnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Faster Than A Kiss
FanfictionSemua murid sekolah tahu, bahwa Kyungsoo adalah murid berprestasi nomor satu dan Ketua OSIS di sekolahnya. Namun siapa yang mengira jika kehidupannya akan sangat berbeda 180 derajat saat ia berada di dalam apartemen Kai? Tak peduli bahwa Kyungsoo a...