^Chapter 11

364 45 12
                                    

Sekarang mereka bertiga telah duduk dibangku yang sama. Jia, jimin, dan hani. Daritadi mereka belum ada yang membuka obrolan, semua larut dengan pikiran masing-masing.
Sampai....
"Jim, kita perlu bicara" ujar hani.

"A-aku rasa kalian perlu waktu berdua" saat jia ingin beranjak pergi tangannya langsung ditahan oleh jimin.
Jimin menggeleng pelan pada jia, jia menghela nafas dan kembali duduk.

"Aku ingin penjelasan" ujar hani menoleh kearah jimin yang tengah menatap lurus kedepan.
"Memang penjelasan apa yang kau ingin?" tanya jimin datar.
"Mengapa kau menghindariku?" tanya hani.
"Aku hanya ingin bergaul dengan teman yang lainnya, bukan hanya denganmu saja" jelas jimin yang tentunya hanya bohong belaka.

Hani tersenyum miris. "Tapi bukan itu yang kudengar dari jia" ujar hani lagi.
Jimin menoleh ke jia yang hanya dibalas gumaman "mianhae".

"Memang apa yang kau dengar dari jia?" tanya jimin lebih datar.
"Aishh,, sudahlah! Biarkan aku pergi" kesal jia yang langsung melenggang pergi tanpa memperdulikan tatapan jimin yang memelas.
"Sudahlah, kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan aku pergi" jimin beranjak dari kursinya dan melangkah dengan santai.

Baru sampai sepuluh langkah, ia sudah mendengar hani yang berteriak sambil menangis.
"AKU MOHON JANGAN SEPERTI INI, KENAPA KAU TIDAK TERUS TERANG SAJA PADAKU.... Bahwa kau mencintaiku. Kau satu-satunya keluarga yang ku punya, jangan menghindariku... Kumohon" hani terduduk dijalan dengan tangisan yang tidak bisa dikontrol.

Hani memejamkan matanya saat dia merasa badannya direngkuh erat.
"Mianhae, kumohon maafkan aku" lirih jimin sambil mengeratkan pelukan mereka.

Dari kejauhan jia mengintip dibalik tembok. Ia bernafas lega.
"Fyuhh, akhirnya" ujarnya sambil tersenyum lebar. Ia langsung berlari kearah jimin dan hani dan langsung ikut memeluk mereka berdua.

"Aku rindu kalian yang seperti ini, aku rindu kita bersama" ujar jia semangat. Hani dan jimin tersenyum mendengar perkataan jia.

Huh, persahabatan rupanya.

~~~

Hani pulang kembali kerumahnya dengan perasaan lega, ia sudah memperbaikinya dengan jimin.
Jimin meminta maaf kepada hani karna sudah menghindarinya dan akan menganggap hani sebagai kakak perempuan jimin seperti hani yang menganggap jimin adik laki-laki. Fine, semuanya baik-baik saja sekarang menurut hani.

Oh iya, taehyung? Hani melihat sekeliling rumah.
"Kemana dia?" gumam hani.
Hani memilih membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

~~~

Hani sedang membaca buku novel, tapi perasaannya sudah tidak karuan. Ia khawatir dengan taehyung, tapi ia selalu membuang jauh pemikiran buruknya tentang keadaan taehyung sekarang.

Ia melirik jam.
"Ini sudah larut malam" keluh hani.
Bahkan jam baru menunjukkan pukul delapan malam. Tapi, hani saking khawatirnya ia menyimpulkan bahwa itu sudah larut malam.

Tiba-tiba hani mendengar suara benda jatuh dari arah ruang tamu.
Dengan ragu ia melangkah pelan menuju ruang tamu.
Hani sangat takut sekarang.

Ia tidak bisa melihat dengan jelas karna pencahayaan yang kurang. Saat ia menyalakan saklar lampunya ia terkejut karna melihat taehyung sedang terduduk sambil meremas kepalanya kesakitan.
"Aarrgghh...." pekiknya kesakitan.
Hani berlari kearah taehyung. Ia panik bukan main.

"A-apa yang terjadi?" tanya hani panik. Tapi, taehyung tidak merespon hani sama sekali. Ia terus mengerang kesakitan sambil meremas kepalanya bahkan rambutnya sudah acak-acakan dan sebagian sudah rontok.
"Kumohon berhenti, ada apa tae?" tanya hani.
"S-s-sakit" lirih taehyung.

Begitu terus,sampai taehyung mulai menghentikan remasan dikepalanya.
"Tae? Gwaenchana?" tanya hani dengan mata yang sudah sembab.
Taehyung menggeleng pelan.
"Pergilah tidur" ujar taehyung.
"Ne?" bingung hani.
"Pergilah" pinta taehyung.

Dengan bimbang hani meninggalkan taehyung dan pergi kekamar.

Sekarang taehyung yang sedang kacau. Saat tengah dijalanan, ia bertemu dengan seorang pria yang hanya beda 6cm dengannya.
Masalahnya pria itu bisa melihat taehyung yang artinya dia adalah indigo. Pria itu menyeringai.
"Huh, akhirnya aku bertemu denganmu...tapi aku belum ingin ke-intinya,aku ingin  melakukannya didepan orang yang kau sayangi" taehyung menautkan alis bingung.
"Apa maksudmu?" tanya taehyung dingin.
"Walaupun kau sedang tidak ingat apapun karna kau hanyalah seorang arwah/roh. Kau tetap berbicara dingin denganku, mengagumkan" ujar pria yang tidak dikenali taehyung.

"Sampai jumpa" ujar pria itu, saat dia melewati taehyung. Disaat itulah taehyung mengerang kesakitan sampai ia tiba dirumah.

Sedangkan hani dikamar masih memikirkan taehyung.
"Ada apa dengannya? Aku khawatir padanya, tapi dia malah mengusirku" kesal hani.

"Entahlah, aku hanya merasa... Aku akan segera pergi dari sini" ujar taehyung lemah yang masih terduduk diruang tamu.

~~~

"Chagi, perasaanku tidak enak" ujar eunha gelisah.
"Tidak akan ada apa-apa" ujar jungkook menenangkan.
"Aku ini punya kelebihan kook, aku bisa merasakannya" ujar eunha membenarkan kegelisahannya.
"Bagaimana, kalau besok kita kerumah hani?" usul jungkook.
"Nde, ide yang bagus" tanggap eunha.
~~~

Special mingyu pov

Aku keluar dari penjara sebulan yang lalu, karna aku terbukti telah melakukan pembunuhan berencana. Karna, orang yang telah menabrak taehyung itu adalah aku. Aku memang sudah merencanakannya saat ia menerima taruhan kami. Aku memang sudah muak dengannya.

Karna dia telah merebut eunha dariku, aku membenci taehyung seumur hidupku. Hanya saja, taehyung masih bisa diselamatkan dan sedang koma.

Kalian pikir aku akan mengakui kesalahanku setelah aku masuk ketempat terkutuk itu? Tidak, aku tidak akan pernah menyesal telah melakukan itu. Aku marah pada diriku sendiri karena tidak berhasil membunuh taehyung saat itu.

Tapi, tidak apa... Sekarang kim mingyu akan melakukannya lagi.
Sebenarnya aku menemukan dimana keberadaan taehyung itu semua berkat Mark tuan, dialah selama ini memantau dimana taehyung berada. Dia juga indigo, jangan kira hanya 1 atau 2 orang saja yang mempunyai kelebihan itu.

Dia menemukan taehyung saat disekolah ia tidak sengaja menyapa.... Kalau tidak salah namanya kim hani. Ya, ternyata taehyung selalu berada dengan wanita itu.

*flashback on

Mark pov.

Aku melangkahkan kakiku menyusuri lorong koridor, ini masih sangat pagi karna itu hanya sedikit saja murid yang berada disekolah.

Aku menghentikan langkahku, karna melihat hani yang tiba-tiba memekik keras. Dan ternyata itu adalah taehyung, astaga... Itu benar-benar taehyung. Kalau kalian ingin tau, saat mingyu dengan sengaja menabrak taehyung. Aku melihat semuanya, dan semenjak itu aku dipaksa menjadi suruhan kim mingyu.

Aku menghampiri hani.
"Hani? Gwaenchana?" tanyaku.
"Ah... Nde, gwaenchana" katanya pelan.
"Oh, begitu? Arraseo, aku pergi dulu" ujarku dan langsung berlalu dari situ.
Aku yakin pasti dia bingung mengapa aku bisa tau namanya.
Dia selalu dicap anak yang aneh, karna bisa melihat makhluk gaib. Bahkan, aku bisa melihat hantu juga. Hanya saja, aku tidak memperlihatkannya pada orang.

Dan aku menemukan taehyung, dan dengan segera memberi tau mingyu. Setelah itu aku lepas dari semuanya, aku tidak ingin lagi menjadi suruhan siapapun.

*flashback off

Sejak, saat itu aku terus memantau taehyung. Karna mark sudah tidak ingin ikut campur dengan urusanku lagi. Tidak apa, mingyu bukanlah orang yang lemah. Aku bisa melakukannya sendiri.

Aku akan melenyapkannya didepan orang yang disayangi taehyung, lihat saja. Didepan kim hani dan jung eunha.

Omong-omong, tanganku sudah sangat ingin mencekik leher taehyung sesegera mungkin.

Apa.... Aku melancarkan aksiku besok? Eumm,,, baiklah... Kim taehyung sebentar lagi kau akan lenyap ditangan kim mingyu.
Huh, aku sungguh tidak sabar.

---To Be Continued---

I Like Ghost[complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang